Prosedur Pembubaran di Masa Mendatang
6.5.2. Prosedur Pembubaran di Masa Mendatang
Pada bagian bentuk-bentuk pembubaran telah diuraikan bahwa pembubaran partai politik yang sesuai dengan konstitusi serta sesuai pula prinsip negara hukum dan demokrasi adalah pembubaran oleh pengadilan. UUD 1945 menentukan bahwa memutus pembubaran partai politik menjadi wewenang
MK. 1280 Saat ini pembubaran dapat dilakukan terhadap partai politik yang melakukan pelanggaran konstitusional. Di masa yang akan datang perlu
dipertimbangkan adanya pembubaran berdasarkan alasan partai politik tidak dapat
1279 O. C. Kaligis & Associate, Op. Cit., hal. 3-184. Bandingkan dengan ketentuan dalam Konstitusi Jerman pada Article 21 Para 3 yang menyatakan “Parties which, by reason of their aims of behavior of their adherents, seek to impair or abolish the free democratic
basic order or to endanger the existence of the Federal Republic of Germany are unconstitutional. The Federal Constitutional Court decides on the question of unconstitutionality” , serta Article 69 Para 5 Konstitusi Turki yang menyatakan “The permanent dissolution of a political party shall be decided finally by the Constitutional Court after the filling of a suit by the Office of the Chief Public Prosecutor of the Republic.” 1280
Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 yang merupakan bagian dari Perubahan Ketiga UUD 1945, disahkan pada 9 November 2001.
mengikuti pemilihan umum atau menempatkan wakilnya di lembaga perwakilan, seperti telah diuraikan pada sub bab alasan pembubaran.
Prosedur pembubaran yang dibahas pada bagian ini adalah pembubaran oleh MK. Prosedur tersebut meliputi pemohon dan permohonan, pemeriksaan persidangan, putusan, dan pelaksanaan putusan. Ketentuan yang lebih banyak mengatur prosedur pembubaran partai politik saat ini adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003.
6.5.2.1. Pemohon dan Permohonan
Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 menentukan bahwa pemohon dalam perkara pembubaran partai politik adalah pemerintah,
yaitu pemerintah pusat. 1281 Tidak ditentukan instansi mana yang mewakili pemerintah pusat tersebut. 1282 Menurut Hakim Konstitusi Maruarar Siahaan,
mengingat Pemerintahan Pusat dipimpin oleh Presiden, maka departemen pemerintahan yang akan mewakili pemerintah untuk mengajukan permohonan pembubaran partai politik harus dengan penunjukkan atau didasarkan surat kuasa
Presiden. 1283 Sebagai pemohon, sebaiknya adalah instansi yang di satu sisi memiliki
data dan memahami persoalan kepartaian sehingga dapat menentukan saat suatu partai politik telah melakukan pelanggaran yang diancam dengan sanksi pembubaran. Di sisi lain, pemohon juga harus menguasai persoalan hukum dan mekanisme beracara di peradilan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002, terdapat tiga instansi yang memiliki hubungan terhadap keberadaan partai politik. Pertama adalah Departemen Dalam negeri yang memiliki wewenang pengawasan terkait dengan
Pasal 68 Ayat (1) dan Penjelasannya, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Negara lain yang hanya menentukan pemerintah sebagai pemohon diantaranya adalah, Kamboja, Azerbaijan, Mongolia, Taiwan, Pakistan, Yordania, Afghanistan, Bulgaria, Korea Selatan, Moldova, Polandia. Lihat Tabel 4.1. 1282
Pemerintah dalam melaksanakan pengajuan permohonan pembubaran partai politik ada yang menentukan dilakukan oleh Presiden, pemerintah pusat atau federal, menteri, menteri kehakiman, menteri dalam negeri, atau oleh Penuntut Umum. Oleh Presiden misalnya dalam. Oleh pemerintah federal misalnya di Pakistan berdasarkan Article 15 Political Parties Order 2002. Oleh Menteri Kehakiman misalnya di Azerbaijan yang dalam Article 4 Para 6 Law on Political Parties of the Republic of Azerbaijan menyatakan “A political party may be liquidated by a court decision if it re-commits the acts referred to in Paragraph 3 of Article 15 this Law.” Ditentukan oleh Menteri saja misalnya di Yordania, yang dalam Article 25 Law Number 32, 1992, menyatakan “The party may be dissolved by decision of the Court, upon a case filed by the Minister, if the Party violates any of the provisions of Paragraphs (2) and (3) of Article (16) of the Constitution…” Yang menentukan oleh Penuntut Umum misalnya adalah di Turki berdasarkan Article 69 Para 5 Konstitusi Turki yang menyatakan “The dissolution of political parties shall be decided finally by the Constitutional Court after the filling of a suit by the office of the Chief Public Prosecutor of the Republic.” 1283
Maruarar Siahaan, op.cit., hal. 199-200.
pelanggaran yang dapat menjadi dasar pembubaran partai politik. 1284 Kedua, adalah Departemen Kehakiman yang memberikan pengesahan badan hukum
partai politik. 1285 Ketiga adalah KPU yang memiliki wewenang verifikasi untuk mengikuti pemilu dan pengawasan dana partai politik. 1286 Dari ketiga instansi
tersebut, yang keterkaitannya paling erat dengan pembubaran partai politik adalah Departemen Dalam Negeri.
Namun demikian, dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tidak lagi diatur mengenai instansi yang melakukan pengawasan partai politik. Pasal 46 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 menyatakan,
Pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang ini dilakukan oleh lembaga negara yang berwenang secara fungsional sesuai dengan undang-undang.
Ketentuan tersebut tidak menunjukkan lembaga mana yang berwenang melakukan pengawasan. Penjelasan pasal tersebut hanya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “sesuai dengan undang-undang” adalah sesuai dengan undang- undang organik yang memberikan kewenangan kepada lembaga negara untuk
melakukan pengawasan. 1287 Tentu yang dimaksud dengan pengawasan dalam penjelasan tersebut, adalah pengawasan terhadap partai politik, bukan pengawasan
secara umum. Dalam lingkup pemerintahan, salah satu lembaga penyelenggara pengawasan adalah Kejaksaan. 1288 Salah satu wewenang pengawasan yang
dimiliki oleh Kejaksaan adalah pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara. Walaupun demikian kejaksaan merupakan institusi negara yang memang menjalankan fungsi penuntutan sehingga sudah pada tempatnya apabila menjalankan tugas penuntutan mewakili pemerintah dalam perkara pembubaran partai politik.
Di sisi lain, terkait dengan pengawasan partai politik dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 terdapat dua instansi yang disebut, yaitu Departemen Hukum dan HAM, dan Departemen Dalam Negeri. Departemen Hukum dan HAM memiliki wewenang melakukan verifikasi pendaftaran partai
Pasal 23 Huruf f junto Pasal 24 Ayat (1) Huruf c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002.
1286 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002. 1287 Pasal 26 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002. Penjelasan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008. 1288 Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Kejaksaan Republik Indonesia, UU No. 16 Tahun 2004,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401.
politik dan verifikasi periodik pemenuhan syarat-syarat pendaftaran partai politik. 1289 Sedangkan Departemen Dalam Negeri menerima laporan pemanfaatan
dana bantuan partai politik. 1290 Di antara kedua instansi tersebut, yang memiliki data lebih banyak adalah Departemen Hukum dan HAM karena salah satu syarat
verifikasi adalah menyampaikan AD dan ART partai politik yang di dalamnya berisi mulai dari asas dan ciri hingga keuangan partai politik. Selain itu, Departemen Hukum dan HAM juga melakukan verifikasi faktual terhadap syarat- syarat partai politik.
Mengingat yang ditentukan sebagai pemohon adalah pemerintah pusat, maka yang berwenang menentukan siapa yang bertindak sebagai pemohon adalah Presiden. Hanya saja berdasarkan wewenang dan kemampuan hukum instansi pemerintah, sebaiknya yang menjadi pemohon adalah penuntut khusus dari
Kejaksaan Agung bekerja sama dengan Departemen Hukum dan HAM. 1291
Pemberian hak mengajukan permohonan pembubaran partai politik hanya kepada pemerintah adalah untuk mencegah terjadinya saling menuntut pembubaran di antara partai politik yang ada. Namun demikian, permasalahan yang muncul adalah jika yang melakukan pelanggaran adalah partai yang sedang memerintah. Untuk itu di masa yang akan datang perlu dipertimbangkan hak mengajukan permohonan pembubaran partai politik juga diberikan kepada anggota DPR dan atau anggota DPD. Namun harus pula dibatasi dengan mensyaratkan jumlah tertentu sehingga mewakili pendapat banyak kelompok serta
berdasarkan bukti-bukti awal yang kuat. 1292
Pasal 4 Ayat (1) dan Penjelasannya, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008.
1291 Penjelasan Pasal 13 huruf i, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008. Pengajuan permohonan pembubaran partai politik menurut Venice Commission harus berdasarkan penilaian dan memperhatikan situasi negara, apakah partai tersebut benar-benar menjadi ancaman bagi
kebebasan dan tatanan politik yang demokratis dan hak-hak individu, atau apakah tidak ada tindakan lain yang lebih lunak untuk mencegah bahaya tersebut. Lihat, European Commission for Democracy Through Law (Venice Commission), Guideline on Prohibition and Dissolution, Op. Cit., hal. 133. Ukuran ini oleh Thomas Ayres disebut sebagai “party dissolution as ‘a drastic measure’ to be applied “only in the most serious cases”. Lihat Ayres, Op. Cit., hal. 3. 1292
Hal ini diterapkan di beberapa negara lain, diantaranya adalah Rumania, Armenia, Georgia, dan Jerman. Misalnya di Rumania, Article 28 Para 2 Law no. 47 of 18 May 1992 on the Organisation and Operation of the Constitutional Court menyatakan “The challenge regarding constitutionality of a political party may be filled in by the President of either Chamber of Parliament, or by the Government. The President of the Chamber may file a challenge only in the basis of a resolution passed by a majority vote of the Members of that Chamber.” Sedangkan Article 35 Para 1 The Constitutional Court Law of Georgia menyatakan “The President of Georgia, not less than one fifth of members of the Georgian Parliament and the supreme state bodies of Abkhazia and Adjara have the right to introduce a claim at the Constitutional Court on formation of political amalgamations of citizens and on constitutionality of activities.”
Pemberian hak kepada anggota parlemen tersebut juga dianut oleh beberapa negara, dan merupakan salah satu model pembubaran partai politik dilihat dari pemohonnya. Bahkan di Slovenia setiap orang berhak mengajukan
inisiatif permohonan pembubaran partai politik. 1293 Namun pemberian hak kepada setiap orang tersebut bertentangan dengan argumentasi diberikannya hak sebagai
pemohon terbatas kepada pemerintah dan parlemen, yaitu akan menimbulkan saling menggunggat di antara partai politik dan dapat menggeser kompetisi partai
politik dari wilayah politik ke wilayah hukum. 1294 Apabila telah ditentukan bahwa wewenang memutus pembubaran partai
politik ada pada MK, berarti tidak ada lembaga lain yang memiliki wewenang tersebut. Pembubaran yang tidak dilakukan oleh MK adalah batal demi hukum. Namun demikian, tetap ada kemungkinan pembubaran dilakukan secara sepihak oleh pemerintah, baik secara jelas berupa keputusan pembubaran ataupun melalui
keputusan lain yang dapat mengakibatkan pembubaran, misalnya pembekuan. 1295 Terhadap keputusan tersebut, partai politik tidak dapat mengajukannya ke
MK karena sudah ditentukan bahwa pemohon adalah pemerintah. Kondisi ini menurut Jimly Asshiddiqie tidak sesuai dengan maksud pendirian MK untuk melindungi hak atas kebebasan berserikat dalam perkara pembubaran partai
politik. 1296 Partai politik memang dapat mengajukan gugatan ke PTUN dengan asumsi keputusan pembubaran merupakan keputusan pejabat tata usaha negara.
Namun proses gugatan itu memerlukan waktu yang lama dan merugikan partai politik, apalagi jika keputusan pembekuan dijatuhkan menjelang pelaksanaan
pemilu. 1297
Article 68 Para 1 The Constitutional Court Act Slovenia menyatakan “Any person may make an initiative, and the proposers from Article 23 of this Law a demand, for an assessment of the unconstitutionality of 1294 particular acts and activities of political parties.” Selain itu, pemberian hak kepada pemerintah sebagai pemohon adalah terkait dengan tanggungjawab
pemerintah untuk menjalankan UUD dan undang-undang yang berlaku, serta mengupayakan tegaknya UUD dan semua undang-undang dengan sebaik-baiknya. Lihat, Jimly Asshiddiqie, Kebebasan Berserikat, Op. Cit., hal. 138. 1295 Misalnya kasus pembekuan Partai Murba pada masa Orde Lama, pembubaran PKI, serta pembekuan
Partindo yang tidak memiliki dasar hukum. Kasus ini juga terjadi dalam bentuk Maklumat Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan Partai Golkar. 1296 1297 Jimly Asshiddiqie, Kebebasan Berserikat, Op. Cit., hal. 139. Misalnya, pada kasus pembubaran Masjumi pada masa Orde Lama, diajukan gugatan ke Pengadilan
Jakarta namun diputus bahwa pengadilan tidak berwenang. Terhadap putusan tersebut diajukan banding tetapi menurut Deliar Noer tidak pernah diputuskan pada tingkat banding. Lihat, Deliar Noer, Partai Politik, Op. Cit ., hal. 387.
Menurut Jimly Asshiddiqie, hal itu menunjukkan mekanisme yang diskriminatif (unequal treatment under the law). 1298 Di beberapa negara, partai
politik dapat mengajukan tindakan atau keputusan pemerintah tersebut melalui mekanisme constitutional complaint ke MK. 1299 Namun di Indonesia, hal itu
belum dimungkinkan karena berdasarkan UUD 1945 MK tidak memiliki wewenang mengadili perkara constitutional complaint.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, di masa yang akan datang perlu dipertimbangkan adanya wewenang memutus constitusional complaint oleh MK. Apalagi praktik di negara lain, misalnya Jerman dan Austria, perkara yang paling
banyak adalah perkara constitusional complaint. 1300 Di samping itu, terdapat alternatif lain khusus untuk perlindungan terhadap partai politik dari tindakan
sewenang-wenang pembubaran oleh pemerintah, perlu dipertimbangkan partai politik di masa yang akan datang diberikan hak, khusus untuk mengajukan permohonan pembatalan keputusan pemerintah yang membubarkan atau yang
mengakibatkan pembubaran suatu partai politik. 1301 Dengan demikian obyek permohonannya adalah keputusan pemerintah yang membubarkan atau yang
mengakibatkan bubarnya suatu partai politik. Kedudukan sebagai pemohon ini tidak untuk mengajukan permohonan pembubaran partai politik lain. Pemberian hak ini tidak bertentangan dengan Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945, bahkan mempertegas bahwa setiap pembubaran partai politik harus diputus oleh MK.
Sesuai dengan kedudukan pemohon, materi permohonan di masa yang akan datang terdiri atas dua jenis. Permohonan pertama adalah permohonan pembubaran suatu partai politik yang diajukan oleh pemerintah atau oleh anggota parlemen. Dalam permohonan pembubaran partai politik tersebut, harus ditunjuk dengan tegas partai politik yang dimohonkan untuk dibubarkan. Oleh karena itu Hakim Konstitusi Maruarar Siahaan menyatakan bahwa partai politik yang
Jimly Asshiddiqie, Kebebasan Berserikat, Op. Cit., hal. 139-142. 1299 Misalnya di Jerman dan Austria. Article 93 Para 1 menyebutkan salah satu wewenang MK Jerman adalah
“4a. on complaints of unconstitutionality, being filed by any person claiming that one of his basic rights or one of his rights under Article 20 (4) or under Article 33, 38, 101, 103 or 104 has been violated by public authority.” 1300
Jimly Asshiddiqie, Kebebasan Berserikat, Op. Cit., hal. 142. 1301 Hal ini berbeda dengan pemberian hak kepada partai politik untuk mengajukan permohonan pembubaran
partai politik lain seperti yang dianut di Slovakia. Article 64 Para 1 Act of the National Council of the Slovak Republic on the Organization of the Constitutional Court of the Slovak Republic, menyatakan “A motion for the review of a decision to dissolve a political party or political movement may be submitted, apart from by the submitters quoted in Art 18 Clause 1 Subsection a) to e), also by a political party or political movement. The motion for the commencement of proceedings shall have suspensive effect. “ partai politik lain seperti yang dianut di Slovakia. Article 64 Para 1 Act of the National Council of the Slovak Republic on the Organization of the Constitutional Court of the Slovak Republic, menyatakan “A motion for the review of a decision to dissolve a political party or political movement may be submitted, apart from by the submitters quoted in Art 18 Clause 1 Subsection a) to e), also by a political party or political movement. The motion for the commencement of proceedings shall have suspensive effect. “
untuk memberi kesempatan kepada partai politik untuk melakukan pembelaan diri serta mengajukan bukti, saksi, dan ahli untuk melindungi kepentingannya.
Sedangkan jenis permohonan kedua, adalah permohonan yang diajukan oleh pemohon partai politik terhadap keputusan pemerintah yang membubarkan atau mengakibatkan bubarnya partai politik. Dengan demikian yang akan diadili adalah keputusan pemerintah dimaksud dan sebagai termohon adalah pemerintah
yang mengeluarkan keputusan. 1303 Di dalam permohonan pembubaran partai politik, harus diuraikan alasan
atau argumentasi yang mendasari permohonan. Untuk permohonan pembubaran partai politik karena alasan konstitusional, yang harus diuraikan adalah ideologi, asas, tujuan, program, atau kegiatan partai politik yang bertentangan dengan UUD
1945 1304 , dan memenuhi salah satu atau lebih dari 14 alasan pembubaran partai politik yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. 1305 Untuk permohonan
karena alasan ketidakmampuan menjalankan fungsi dan aktivitas sebagai partai politik, yang harus diuraikan adalah bahwa partai tersebut tidak mampu mengikuti pemilihan umum untuk jangka waktu tertentu dan/atau tidak mampu menempatkan wakilnya di lembaga parlemen dalam beberapa kali pemilu.
Sedangkan untuk permohonan yang diajukan oleh partai politik terhadap keputusan pemerintah yang membubarkan atau mengakibatkan bubarnya partai
1303 Maruarar Siahaan, Op. Cit., hal. 200-201. Dapat dibandingkan dengan sengketa tata usaha negara yang menjadi wewenang PTUN. Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara menyatakan “Sengketa Tata
Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3344. Sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Pengadilan Tata Usaha Negara , Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4380.
1305 Sesuai dengan Pasal 68 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi; Melanggar nilai dan prinsip dasar konstitusional; Hendak mengubah dan/atau mengganti UUD 1945 dengan jalan paksa atau kekerasan; Bermaksud menggantikan
tatanan demokrasi berdasarkan UUD 1945 dengan tatanan otoritarianisme atau fasisme; Mengambil alih kekuasaan atau mempengaruhi kebijakan dengan cara kekerasan; Melanggar kebebasan dasar dan hak asasi manusia; Menerima bantuan pihak asing tanpa seijin pemerintah; Memberi bantuan kepada pihak asing tanpa seijin pemerintah; membahayakan persatuan dan kesatuan serta integritas wilayah nasional; Membahayakan kedaulatan NKRI; Membahayakan eksistensi dan kemerdekaan negara; Mendirikan organisasi yang bersifat militer atau paramiliter, atau organisasi rahasia; Menghasut atau mendukung sentimen rasial, agama, etnis, dan kedaerahan yang dapat menimbulkan konflik sosial; dan Menggunakan cara-cara kekerasan dalam menjalankan aktivitasnya.
politik, harus diuraikan adanya suatu keputusan pemerintah itu sendiri dan argumentasi bahwa keputusan tersebut adalah pembubaran atau mengakibatkan bubarnya partai politik yang mengajukan permohonan.
Permohonan perkara pembubaran partai politik yang diterima Mahkamah Konstitusi dicatat dalam Buku Registrasi perkara Konstitusi. Mahkamah konstitusi menyampaikan permohonan yang sudah dicatat tersebut kepada partai politik yang bersangkutan dalam waktu paling lambat 7 hari kerja sejak pencatatan dilakukan. Di masa yang akan datang, batas waktu 7 hari kerja tersebut dapat juga terapkan untuk penyampaian kepada pemerintah dalam kasus permohonan disampaikan oleh partai politik terhadap keputusan pembubaran atau yang mengakibatkan pembubaran yang dibuat pemerintah.
6.5.2.2. Persidangan
Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, acara persidangan pembubaran partai politik tidak diatur secara khusus, sehingga proses pemeriksaan persidangan mengikuti hukum acara Mahkamah Konstitusi yang
meliputi pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan persidangan, dan putusan. 1306 Perkara pembubaran partai politik wajib diputus dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 60 hari kerja sejak permohonan diregistrasi. 1307 Batasan waktu ini diperlukan untuk menjamin terselenggaranya prinsip peradilan yang cepat
sehingga cepat pula diperoleh kepastian hukum. 1308 Proses persidangan, dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pemeriksaan
pendahuluan dan pemeriksaan persidangan. Di dalam pemeriksaan pendahuluan yang diperiksa adalah kelengkapan dan kejelasan permohonan. Pemohon
diberikan kesempatan untuk memperbaiki permononannya. 1309
1307 Sebagaimana diatur dalam Pasal 39 sampai Pasal 49 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Pasal 71 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Selain itu, tata cara persidangan juga diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 03/PMK/2003 tentang Tata Tertib Persidangan pada Mahkamah
Konstitusi. Saat ini Mahkamah Konstitusi tengah menyusun PMK tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Pembubaran Partai Politik. Di Azerbaijan waktu yang ditentukan adalah mulainya persidangan pertama sejak permohonan diterima. 1308
Hal ini juga mengingat perkara pembubaran partai politik menyangkut hak anggota partai politik yang banyak jumlahnya. Apalagi jika proses pembubaran tersebut jangka waktunya dekat dengan pelaksanaan pemilihan umum. Di Azerbaijan, batas waktu yang ditentukan adalah persidangan pertama sejak diterimanya permohonan. Article 60 Para 3 The Law of Azerbaijan Republic on the Constitutional Court menyatakan “Consideration of the essence of acecepted request by the Constitutional Court shall commence not later than 15 days since acceptance.” 1309
Lihat, Pasal 39 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003.
Sedangkan dalam pemeriksaan persidangan akan dilakukan untuk mendengarkan keterangan pemohon, termohon, serta pihak terkait lainnya. Pada proses selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap alat bukti serta mendengarkan keterangan saksi dan ahli. Pada proses persidangan ini pertanyaan hukum yang harus dijawab adalah kedudukan hukum (legal standing) pemohon, kewenangan MK, serta alasan permohonan.
Terkait dengan pemohon harus dibuktikan bahwa pemohon memang memiliki kedudukan hukum. Untuk pemohon pemerintah, harus dibuktikan bahwa
pemohon tersebut mewakili pemerintah pusat. 1310 Untuk pemohon anggota parlemen harus dibuktikan bahwa pemohon bertindak untuk dan atas nama
sejumlah anggota DPR dan/atau DPD sesuai yang dipersyaratkan. 1311 Sedangkan untuk pemohon partai politik, yang harus dibuktikan adalah
pemohon bertindak atas nama suatu partai politik yang telah sah sebagai badan hukum. 1312 Selain itu, yang harus dibuktikan pula adalah adanya keputusan
pemerintah yang telah membubarkan atau mengakibatkan bubarnya partai politik itu. Namun hal itu sesungguhnya telah masuk pada pemeriksaan pokok perkara karena obyek permohonan adalah keputusan dimaksud, sehingga pemeriksaan dan pembuktiannya dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan pokok perkara.
Setelah pemeriksaan legal standing, dilanjutkan dengan pemerikasan pokok perkara. Hal yang utama dalam pemeriksaan pokok perkara ini adalah permohonan dan alasan permohonan. Untuk permohonan pembubaran suatu partai
Menurut Hakim Konstitusi Maruarar Siahaan, hal itu harus dibuktikan dengan surat kuasa khusus dari Presiden. Lihat, Maruarar Siahaan, Op. Cit. 1311 Misalnya surat kuasa yang ditandatangani oleh 1/5 dari jumlah anggota DPR dan DPD. Di Armenia dan
Georgia, pengajuan dilakukan oleh sejumlah anggota Parlemen. Di Armenia ditentukan bahwa permohonan dapat diajukan oleh 1/3 wakil rakyat. Article 63 Para 1 Law on the Constitutional Court Armenia menyatakan “With regard to the issues provided by paragraph 9 article 100 of the Constitution, the Constitutional Court may be appealed to by 1) the President of the Republic; 2) at least one third of deputies. ” Article 35 Para 1 The Constitutional Court Law of Georgia menyatakan, “The President of Georgia, not less than one fifth of members of te Georgian Parliament and the supreme state bodies of abkhazia and Adjara have the right to introduce a Claim at the Constitutional Court on formation of political amalgamations of citizens and on Constitutionality of activities.” Di Jerman, ditentukan salah satu yang dapat menjadi pemohon pembubaran partai politik adalah parlemen sebagai lembaga, yaitu Bundestag dan Bundesrat. Article 43 Para 1 Bundesverfassungsgerichts-gesetz menyatakan “The application for a decision on wether a party is unconstitutional (Article 21 (2) of the Basic Law) may be made by the Bundestag, the Bundesrat or the Federal Government.” Sedangkan di Rumania, permohonan juga dapat diajukan oleh parlemen yang diputuskan melalui suara terbanyak. Article 28 Para 2 Law no. 47 of 18 May 1992 on the Organisation and Operation of the Constitutional Court Rumania menyatakan, “The challenge regarding the constitutionality of a political party may be filed in by the President of either Chamber of Parliament, or by Government. The President of the Chamber may file a challenge only on the basis of a resolution passed by majority vote of the Members of that Chamber.” 1312
Syarat ini sesuai dengan makna pembubaran yang berarti hilangnya status badan hukum partai politik. Keberadaan partai politik dari sisi hukum adalah pada statusnya sebagai badan hukum.
politik yang diajukan oleh pemerintah atau anggota parlemen, terdapat dua pertanyaan yang harus dijawab dalam persidangan. Pertama, apakah partai politik sebagai termohon memiliki ideologi, asas, tujuan, program dan/atau melakukan kegiatan yang dinilai oleh pemohon memenuhi klasifikasi sebagai alasan pembubaran partai politik. Kedua, apakah ideologi, asas, tujuan, program, dan/atau kegiatan dimaksud memang memenuhi klasifikasi sebagai alasan pembubaran partai politik.
Proses pembuktian dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pembuktian terhadap dokumen dan pembuktian terhadap fakta. 1313 Pembubaran terhadap
dokumen adalah pembuktian terkait dengan ideologi, asas, tujuan, dan program partai politik. Untuk melihat hal itu, alat bukti utama yang diperlukan adalah statuta pendirian partai politik, AD dan ART, Platform, Program Kerja, serta dokumen dan keputusan-keputusan partai politik lainnya. Partai politik dapat dibubarkan jika dari dokumen partai politik terbukti bahwa ideologi asas, tujuan, dan programnya memenuhi salah satu alasan pembubaran, yaitu,
1. bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi;
2. melanggar nilai dan prinsip dasar konstitusional;
3. hendak mengubah dan/atau mengganti UUD 1945 dengan jalan paksa atau kekerasan;
4. bermaksud menggantikan tatanan demokrasi berdasarkan UUD 1945 dengan tatanan otoritarianisme atau fasisme;
5. mengambil alih kekuasaan atau mempengaruhi kebijakan dengan cara kekerasan;
6. melanggar kebebasan dasar dan hak asasi manusia;
7. membahayakan persatuan dan kesatuan serta integritas wilayah nasional;
8. membahayakan kedaulatan NKRI;
Di beberapa negara, ditentukan bahwa pembuktian dilakukan dengan menggunakan acara pidana dan beban pembuktian ada pada pemohon. Article 57 The Constitutional Tribunal Act Hungary menyatakan “1. Application concerning the conformity of activities of political parties to the Constitutions shall be examined by the Tribunal by applying the provisions of the Code of Criminal Procedure accordingly. 2. The burden of proving the non-conformity to the Constitution shall rest with the applicant, who therefore shall present or give notice of evidence indicating such non-conformity.” Article 33 Para 1 Law of the Organisation and Trial Procedure of the Constitutional Court Turki menyatakan “In cases concerning the dissolution of political parties being investigated by the Chief Public Prosecutor of the Republic, the case shall be investigated and decided upon files in accordance with the regulations of the Law on Criminal Procedure. In these cases defences brought forward by the general presidency of the political party, the dissolution of which is intended by the Chief Public Prosecutor of the Republic, or by a designated deputy shall be heard.”
9. membahayakan eksistensi dan kemerdekaan negara;
10. mendirikan organisasi yang bersifat militer atau paramiliter, atau organisasi rahasia; atau
11. menghasut atau mendukung sentimen rasial, agama, etnis, dan kedaerahan yang dapat menimbulkan konflik sosial;
Namun demikian, dapat terjadi bahwa bukti-bukti dari dokumen kurang meyakinkan, atau bahkan tidak terbukti sama sekali, maka proses pembuktian dilanjutkan pada fakta kegiatan yang dilakukan oleh partai politik. Pemohon harus menunjukan dan membuktikan kegiatan-kegiatan partai politik yang memenuhi salah satu atau lebih ke-11 alasan pembubaran. Selain itu, suatu partai politik juga dapat dibubarkan jika telah melakukan kegiatan; (1) memberi bantuan kepada pihak asing tanpa seijin pemerintah; (2) menerima bantuan kepada pihak asing tanpa seijin pemerintah; atau (3) menggunakan cara-cara kekerasan dalam menjalankan aktivitasnya. Pembuktian fakta kegiatan ini dapat dilakukan dari bentuk dan substansi atau materi kegiatan serta dari dampak atau akibat yang secara obyektif memang diinginkan dari pelaksanaan kegiatan partai politik.
Untuk persidangan pembubaran partai politik dengan alasan partai politik tidak dapat mengikuti sejumlah pemilihan umum atau tidak dapat menempatkan wakilnya di lembaga perwakilan, yang harus dibuktikan pertama adalah bahwa partai politik tersebut telah sah terdaftar sebagai badan hukum. Kedua, bahwa partai politik dimaksud telah tidak dapat atau atas keinginan sendiri tidak mengikuti beberapa kali pemilihan umum secara berturut-turut. Ketiga, partai politik telah mengikuti beberapa pemilu, namun tidak dapat menempatkan
wakilnya di lembaga perwakilan secara berturut-turut. 1314 Sedangkan untuk permohonan yang diajukan oleh partai politik yang
dibubarkan oleh pemerintah, terdapat tiga hal yang harus dibuktikan. Pertama, adalah adanya keputusan dari pemerintah terkait dengan partai politik yang menjadi pemohon. Kedua, keputusan tersebut adalah membubarkan partai politik dimaksud, dan/atau ketiga, keputusan tersebut mengakibatkan pembubaran partai
Berdasarkan hal-hal yang harus dibuktikan tersebut, maka alat bukti yang sangat berperan adalah alat bukti dokumen, yaitu dokumen status badan hukum, dokumen yang menunjukkan lolos verifikasi untuk mengikuti pemilu, serta dokumen penetapan hasil pemilu dan pembagian kursi lembaga perwakilan dari KPU.
politik dimaksud. Hal itu dapat dilihat dari dokumen dan/atau fakta, yaitu dokumen keputusan pembubaran atau fakta suatu pernyataan pembubaran, atau fakta, paling tidak bersifat potensial, bahwa bahwa keputusan atau pernyataan tersebut memiliki akibat yang sama dengan pembubaran.
6.5.2.3. Putusan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 menyatakan bahwa jika MK berpendapat bahwa permohonan tidak memenuhi syarat yang diatur dalam Pasal
68 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, amar putusan menyatakan permohonan tidak dapat diterima. 1315 Ketentuan ini di masa yang akan datang
perlu disesuaikan dengan pihak yang dapat mengajukan permohonan, meliputi pemerintah, anggota parlemen, dan partai politik (untuk keputusan pembubaran yang dilakukan oleh pemerintah), serta alasan pembubaran yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
Apabila subyek pemohon dan obyek permohonan telah sesuai serta MK berpendapat permohonannya beralasan, maka amar putusannya menyatakan
permohonan dikabulkan. 1316 Hal itu berarti terbukti bahwa ideologi, asas, tujuan, program, dan/atau kegiatan partai politik memenuhi kriteria alasan pembubaran,
atau partai politik tersebut terbukti tidak mengikuti sejumlah pemilu berturut-turut atau tidak dapat menempatkan wakilnya di lembaga perwakilan untuk beberapa
periode secara berturut-turut, dan partai politik tersebut diputus dibubarkan. 1317 Sedangkan apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa permohonan tidak
beralasan, amar putusan menyatakan permohonan ditolak. 1318 Untuk putusan atas permohonan yang diajukan oleh partai politik
dinyatakan tidak dapat diterima jika pemohon tidak memenuhi syarat, yaitu suatu partai politik dan partai itu terkena suatu keputusan pemerintah. Apabila keputusan atau pernyataan terkait dengan partai politik tersebut ternyata dinilai oleh MK bukan merupakan bentuk pembubaran atau tidak mengakibatkan bubarnya partai politik, maka putusannya adalah menolak permohonan. Sedangkan apabila MK menilai bahwa permohonan itu beralasan dalam arti
1316 Pasal 70 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. 1317 Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 diatur pada Pasal 70 Ayat (2). Jika alasan pembubaran bukan alasan pelanggaran konstitusional, maka organisasi ini harus dapat
melanjutkan organisasinya dalam bentuk badan hukum lain selain partai politik. Lihat European Commission for Democracy Through Law (Venice Commission), Guideline and Explanatory Report, Op. Cit., hal. 3. 1318
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 diatu pada Pasal 70 Ayat (3).
merupakan bentuk pembubaran partai politik atau mengakibatkan bubarnya suatu partai politik, maka putusannya adalah mengabulkan. Konsekuensi dari dikabulkannya permohonan ini, keputusan yang dimohonkan dinyatakan batal
demi hukum 1319 karena bertentangan dengan konstitusi serta tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat.
Keputusan MK bersifat final dan mengikat sejak dibacakan dalam persidangan pengucapan putusan. 1320 Hal itu berarti yang membubarkan suatu
partai politik, jika permohonan pembubaran dikabulkan, adalah MK. Putusan MK disampaikan kepada partai politik yang bersangkutan. 1321 Demikian pula pada
kasus pembatalan keputusan pemerintah yang membubarkan partai politik sudah seharusnya disampaikan kepada pemerintah dan pihak lain yang terkait.
6.5.2.4. Pelaksanaan Putusan
Pelaksanaan putusan MK yang membubarkan partai politik dilakukan dengan membatalkan pendaftaran pada Pemerintah. 1322 Namun demikian,
eksistensi partai politik yang dibubarkan tersebut sesungguhnya telah berakhir pada saat dibacakan putusan pembubarannya oleh MK. Tindakan pembatalan pendaftaran hanya merupakan tindakan pelaksanaan atau konsekuensi dari adanya
putusan MK. 1323 Selain itu, Putusan itu juga harus diumumkan oleh pemerintah dalam berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu 14 hari kerja harus
sejak putusan diterima, sebagai bentuk pengumuman agar diketahui oleh masyarakat. 1324 Mengingat yang menangani pendaftaran partai politik adalah
Departemen Hukum dan HAM, maka pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi
Hal ini berarti bahwa putusan pembubaran tersebut dibuat oleh lembaga yang tidak berwenang mengingat yang berwenang memutus pembubaran partai politik berdasarkan Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 adalah MK. 1320 Pada umumnya putusan MK adalah bersifat final dan mengikat. Article 59 The Constitutional Court Act
Korea Selatan menyatakan “When a decision ordering dissolution of a political party is pronounced, the political party shall be dissolved.” 1321 1322 Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 diatur pada Pasal 72. 1323 Pasal 73 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Di Korea Selatan, pelaksanaan putusan pembubaran partai politik dilakukan oleh komisi pemilihan
umum. Article 60 The Constitutional Court Act Korea Selatan menyatakan “The decision of the Constitutional Court ordering dissolution of a political party shall be executed by the National Election Commission in accordance with the Political Parties Act.” Di Slovakia, pelaksanaan putusan pembubaran partai politik dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri. Article 64 Para 4 Act of the National Council of the Slovak Republic on the organisation of the Constitutional Court of the Slovak Republic menyatakan “The decision of the Constitutional Court shall be delivered to the submitter and to the Ministry of Interior of the Slovak Republic.” 1324
Pasal 73 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Dapat dibandaingkan dengan Article 153 Para 6 Konstitusi Turki yang menyatakan, “Decisions of the Constitutional Court shall be published immediately in the Official Gazette, and shall be binding on the legislative, executive, and judicial organs, on the administrative authorities, and on persons and corporate bodies.” Pasal 73 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Dapat dibandaingkan dengan Article 153 Para 6 Konstitusi Turki yang menyatakan, “Decisions of the Constitutional Court shall be published immediately in the Official Gazette, and shall be binding on the legislative, executive, and judicial organs, on the administrative authorities, and on persons and corporate bodies.”
Untuk putusan MK yang menyatakan bahwa keputusan pemerintah yang membubarkan atau mengakibatkan bubarnya partai politik adalah bertentangan dengan konstitusi sehingga batal demi hukum serta tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, pelaksanaannya dilakukan dengan mengumumkannya dalam Berita Negara agar diketahui oleh semua pihak dan masyarakat umum. Putusan tersebut tidak perlu ditindaklanjuti dengan tindakan pemerintah mencabut keputusan dimaksud. Hal itu karena keputusan itu dianggap tidak pernah ada
karena dibuat oleh lembaga yang tidak berwenang. 1326