Upaya Penyederhanaan Partai Politik
5.1.3. Upaya Penyederhanaan Partai Politik
Sejak awal masa reformasi telah disadari bahwa sistem kepartaian yang sesuai dengan kondisi Indonesia adalah sistem multi partai sederhana. Hal itu diwujudkan dalam bentuk peraturan yang mengarahkan penyederhanaan partai politik, baik melalui political engineering by legal process yaitu syarat
Sulastomo, “Membangun Sistem Politik Bangsa”, dalam St. Sularto (ed)., Masyarakat Warga dan Pergulatan Demokrasi: Menyambut 70 Tahun Jacob Utama 823 , (Jakarta: Kompas, 2001), hal. 62. A. A. Oka Mahendra dan Soekedy, Op. Cit., hal 88-89. Bandingkan dengan, Mam, “Maswadi Rauf: Parpol Belum Siapkan Kader”, Harian Kompas, 12 Maret 2004; dan J. Kristiadi, “Menuju Terwujudnya Sistem Partai Kartel?”, Harian Kompas, Senin, 9 Mei 2005. 824
Data Kompas diolah. Lihat, “Jajak Pendapat ‘Kompas’: Menuju Pemilu 2009 dengan Menyeret Luka”, Harian Kompas, Sabtu, 7 Mei 2005.
pembentukan, political engineering by beurocratic/administrative process melalui verifikasi administrasi dan faktual, maupun political engineering by electoral
process 825 melalui ketentuan electoral treshold. Namun, sistem multi partai sederhana yang dikehendaki belum dapat
sepenuhnya terwujud, walaupun jika dilihat dari jumlah partai peserta pemilihan umum telah mengalami kecenderungan penurunan, dari 48 partai pada pemilihan
umum 1999 menjadi 24 pada 2004. 826 Selain itu juga ditunjukkan adanya koalisi partai dalam pengajuan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden pada
pemilihan umum 2004. Hal itu dipandang pengamat cukup menggembirakan karena sejarah partai politik di Indonesia menunjukkan sulitnya kerja sama antar
partai. 827 Oleh karena itu, upaya mewujudkan sistem multi partai sederhana melalui mekanisme hukum dan politik yang tidak melanggar hak berserikat
menjadi salah satu permasalahan dalam pembahasan RUU Partai Politik dan RUU Pemilihan Umum.
Upaya penyederhanaan partai politik juga dikemukakan oleh kalangan partai politik, utamanya partai politik besar. Pramono Anung misalnya, menyatakan bahwa sudah saatnya melakukan penyederhaan partai politik. Sistem kepartaian harus stabil dan tidak lagi dipenuhi partai-partai seumur jagung yang akan berganti baju pada pemilihan umum berikutnya. Idealnya partai politik di
Indonesia jumlahnya 4 sampai 7 partai politik. 828 Salah satu mekanisme yang digunakan adalah adanya ketentuan batas
minimal suara yang harus diperoleh suatu partai politik sebagai syarat untuk dapat mengikuti pemilihan umum selanjutnya, untuk dapat mencalonkan pasangan Presiden dan Wakil Presiden, serta mencalonkan pasangan kepala daerah dalam proses pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Upaya penyederhanaan partai politik tersebut menjadi salah satu permasalahan dalam pembahasan RUU Partai Politik dan RUU Pemilihan Umum yang akan menjadi landasan hukum pelaksanaan pemilihan umum. Selain
Mukthie Fadjar, Mahkamah Konstitusi, Partai Politik, dan Pemilu, makalah disampaikan pada Sarasehan dan Lokakarya Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia bagi fungsionaris Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Jakarta, 31 Agustus 2007., hal. 5-6.
826 827 Jumlah ini meningkat lagi pada Pemilu 2009, yaitu 44 Partai Politik. Lihat, 69J, “Analisis Maswadi Rauf: Kemungkinan Koalisi Partai”, Harian Suara Merdeka, Sabtu 10 April 2004.
828 Pramono Anung, “Menyederhanakan Sistem Kepartaian”, Harian Kompas, 23 November 2005.
menggunakan sarana electoral treshold 829 , Fraksi Partai Golkar dan Fraksi PDIP juga mengusulkan perubahan besaran daerah pemilihan dan diterapkannya
parliamentary treshold, yaitu batas minimal suara yang diperoleh untuk dapat memperoleh kursi parlemen. Hal itu dimaksudkan untuk menjamin bahwa hanya partai yang mendapatkan dukungan signifikan dari rakyat yang berhak duduk di
parlemen. 830 Namun demikian fraksi-fraksi yang tidak terlalu besar keberatan terhadap usulan tersebut. Bahkan Fraksi PKS menghendaki electoral treshold
tidak terlalu tinggi untuk menjamin partisipasi politik demokrasi yang lebih luas. 831 Pada akhirnya yang disetujui adalah parliamentary treshold sebesar 2,5
persen.