Bentuk Pembubaran di Masa Mendatang
6.3.2. Bentuk Pembubaran di Masa Mendatang
Dari berbagai bentuk pembubaran tersebut, terdapat pembubaran yang seharusnya dihindari pada masa yang akan datang karena bertentangan dengan UUD 1945 serta prinsip negara hukum dan demokrasi. Bentuk-bentuk pembubaran tersebut berpeluang melanggar prinsip kebebasan berserikat dan dilakukan tanpa melalui proses peradilan. Bentuk-bentuk pembubaran tersebut adalah tidak diakuinya partai politik yang telah ada, perintah membubarkan diri dengan ancaman akan dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang jika tidak membubarkan diri tanpa melalui putusan pengadilan, pembubaran yang dilakukan oleh pemerintah tanpa ada proses peradilan, kebijakan penyederhanaan partai politik secara paksa, serta pembekuan partai politik tanpa batas waktu dan tanpa kepastian tindakan lebih lanjut dari pembekuan.
1164 Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002. Article 25 a Political Parties Law Jordania menyatakan “…The Court may decide to suspend the Party if the Minister submits a request therefore. The decision to suspend the Party shall be considered cancelled if,
within a period of eigh days from the date of service of that decision, the Minister does not file a case requesting the dissolution of the Party.’ Di Bulgaria, pembekuan dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi jika suatu partai politik gagal menempatkan calonnya dalam dua kali pemilihan berturut-turut, atau setidak- tidaknya calon di sepuluh daerah pemilihan, atau gagal menyelenggarakan forum nasional pengambilan keputusan dalam waktu lima tahun. Lihat Article 31 Law on Political Parties Rumania.
Di masa mendatang seharusnya hanya terdapat pembubaran partai politik berdasarkan putusan pengadilan, yaitu Mahkamah Konstitusi. Hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945. Proses pembubaran partai politik yang menjadi wewenang Mahkamah Konstitusi sesuai dengan pedoman Venise Commission bahwa pembubaran suatu partai politik harus diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi atau lembaga yudisial yang tepat dengan prosedur yang menjamin due process, keterbukaan, dan fair. Selain itu juga ditentukan bahwa pembubaran partai politik harus merupakan konsekuensi temuan yudisial tentang pelanggaran konstitusional yang tidak biasa dan diputus berdasarkan prinsip
proporsionalitas. 1165 Pembubaran karena alasan administratif yang selama ini terjadi, yaitu
dalam bentuk tidak diakuinya suatu partai politik yang telah sah sebelumnya karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang baru, sudah seharusnya juga dilakukan melalui proses pengadilan
karena pada prinsipnya merupakan tindakan pembubaran. 16 Dengan demikian, segala tindakan pembubaran yang pada hakikatnya menghilangkan atau
membatasi hak kebebasan berserikat tersebut tidak disalahgunakan dan benar- benar untuk mencegah ancaman bagi kebebasan, hak-hak asasi manusia, dan
tatanan masyarakat yang demokratis. 1167 Di sisi lain, kebijakan yang mengarah pada penyederhanaan partai politik tidak boleh dilakukan dengan pemaksaan,
apalagi dengan memberikan keistimewaan dan monopoli kepada partai politik tertentu yang melanggar esensi demokrasi. 1168
Untuk pembekuan partai politik, harus terdapat pembatasan waktu karena pembekuan dimaksudkan sebagai sanksi agar partai politik yang bersangkutan melakukan tindakan penyesuaian atau perbaikan atas pelanggaran yang dilakukan. Jika telah melakukan perbaikan, maka pembekuan harus dicabut. Namun jika tidak dicabut, pembekuan dilanjutkan dengan pembubaran yang juga harus dilakukan berdasarkan putusan pengadilan.
European Commission for Democracy Through Law (Venice Commission), Guideline on Prohibition, Op. Cit. 16 Pembubaran baik karena alasan pelanggaran konstitusional maupun karena alasan administratif menjadi
wewenang pengadilan juga terdapat misalnya di Rumania, Yaman, Yordania, Georgia, Moldova, Polandia, dan Hungari. Lihat Tabel 2.3. pada Bab Dua. 1167 European Commission for Democracy Through Law (Venice Commission), Guideline on Prohibition,
Op. Cit. 1168 Kelsen, General Theory of Law…, Op. Cit.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik mengatur keterkaitan antara sanksi pembekuan sementara partai politik yang diberikan oleh pengadilan dengan pembubaran partai politik telah diatur lebih jelas. Partai politik yang telah dibekukan sementara dan melakukan pelanggaran lagi, dibubarkan
dengan putusan Mahkamah Konstitusi. 1169 Hal itu juga berlaku untuk pembubaran partai politik lokal Aceh berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006.
Dinyatakan bahwa pengurus partai politik lokal yang melakukan kegiatan yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, atau peraturan perundang-undangan lain, serta kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dikenai sanksi administratif berupa pembekuan sementara paling lama
satu tahun oleh pengadilan negeri. 1170 Partai politik lokal yang telah dibekukan namun kembali melakukan pelanggaran, dapat dibubarkan oleh putusan
Mahkamah Konstitusi. 1171