Alasan Pembubaran di Masa Mendatang

6.4.2. Alasan Pembubaran di Masa Mendatang

Untuk menentukan alasan pembubaran partai politik, yang harus diperhatikan adalah dasar pemikiran adanya ketentuan pembubaran partai politik itu sendiri. Pembubaran partai politik merupakan salah satu bentuk pembatasan kebebasan berserikat yang diperlukan dalam masyarakat yang demokratis dan semata-mata dimaksudkan untuk melindungi keamanan nasional, keselamatan publik, mencegah kejahatan, melindungi kesehatan dan moral, serta melindungi

hak dan kebebasan orang lain. 1236 Berdasarkan pembatasan tersebut, pada bagian awal bab ini telah diuraikan bahwa adanya kemungkinan pembubaran partai

politik adalah untuk melindungi demokrasi, konstitusi, kedaulatan negara, keamanan nasional, dan ideologi negara.

Dari keempat hal yang hendak dilindungi tersebut, dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga, yaitu melindungi konstitusi, kedaulatan negara, dan keamanan nasional. Bahkan, ketiga kepentingan tersebut dapat disebut dalam pengertian umum untuk melindungi konstitusi yang di dalamnya mencakup ideologi negara,

prinsip demokrasi, kedaulatan negara, dan keamanan nasional. 1237 Oleh karena itu,

Dalam undang-undang ini, baik alasan normatif konstitusional maupun alasan administratif dapat menjadi dasar pembubaran partai politik. 1235 Jimly Asshiddiqie, Kebebasan Berserikat, Op. Cit., hal. 119.

1237 Barnett, Op. Cit., hal. 589. Konstitusi sebagai konsensus nasional dibentuk berdasarkan tiga kesepakatan dasar yaitu (1) kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance of the same

philosophy of government) yang di dalamnya terkait dengan masalah ideologi, tujuan negara, dan konsep kedaulatan; (2) Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of government) yang di dalam termasuk juga prinsip-prinsip demokrasi; dan (3) philosophy of government) yang di dalamnya terkait dengan masalah ideologi, tujuan negara, dan konsep kedaulatan; (2) Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of government) yang di dalam termasuk juga prinsip-prinsip demokrasi; dan (3)

karena partai politik tersebut unconstitutional. 1238 Dengan demikian, proses peradilan memutus pembubaran partai politik adalah proses menentukan

konstitusionalitas partai politik. Sandaran utama pembubaran adalah UUD 1945 mengingat keberadaan partai politik sebagai wujud kebebasan berserikat adalah hak konstitusional warga negara yang dijamin dalam UUD 1945.

Hal-hal yang dapat menjadi alasan pembubaran partai politik dalam peraturan perundang-undangan di masa yang akan datang tentu lebih baik jika ditentukan dengan cara lebih detail, berdasarkan tujuan pengaturan pembubaran partai politik, yaitu untuk melindungi konstitusi, yang di dalamnya termasuk melindungi demokrasi dan ideologi negara, kedaulatan negara, dan keamanan nasional. Pada bab dua telah diuraikan prinsip-prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh partai politik dan jika dilanggar menjadi alasan pembubaran di berbagai

negara. 1239 Berdasarkan tujuan pengaturan pembubaran partai politik dan perbandingan di beberapa negara, pemikiran tentang alasan pembubaran partai

politik di masa yang akan datang adalah sebagai berikut. 1240

Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures) yaitu tatanan kenegaraan konstitusional. Lihat, William G. Andrew, Constitution and Constitutionalism ,3 rd edition, (New Jersey: van Nostrand Company, 1968), hal. 9 1238 Dalam Konstitusi Chile pada Article 82 mengenai wewenang Mahkamah Konstitusi disebutkan salah

satunya adalah “To declare the unconstitutionality of organizations, movements or political parties in accordance with provisions of Article 8 of this Constitutions.” Article 8 Konstitusi Kongo menyatakan “Political Associations, Parties, and Groupings of which the goals aim to touch or overthrow the democratic constitutional order or compromise the existence of the Republic of Congo shall be unconstitutional.” Article

89 Konstitusi Georgia menyatakan bahwa salah satu wewenang Mahkamah Konstitusi adalah “c. consider constitutionality of formation and activity of political association of citizens.” Dapat dibandingkan pula dengan Article 21 Para 2 Konstitusi Jerman yang menyatakan “Parties which, by reason of their aims or behavior of their adherents, seek impair or abolish the free democratic basic order or to endanger the existence of the Federal Republic of germany are unconstitutional. The Federal Constitutional Court decides 1239 on the question of unconstitutionality.” Lihat Bab 2, huruf E, angka 4, huruf a tentang Pembatasan Partai Politik, hal. 132. 1240 Terdapat dua model perumusan alasan pembubaran, yaitu dirumuskan dalam satu kalimat dan dirumuskan dalam bentuk daftar. Perumusan dalam satu kalimat dapat dilihat misalnya pada Article 6 Para 2 Konstitusi Kroasia yang menyatakan “Political parties have to be organized according to a territorial principle. The work of any political party which by its program of activity violently endangers the democratic constitutional order, independence, unity, or territorial integrity of the Republic of Croatia is prohibited” ; dan Article 9 The Law of The Republic Armenia on Political Parties yang menyatakan, “Formation and activity of such parties, whose aims or activity are directed at violent overthrow of Constitutional order of the Republic of Armenia and territorial integrity of the Republic of Armenia, impaired of grounds of independece, formation of armed units, instigation of national, racial and religious hatred, incitement to violence and war, is prohibited.” Sedangkan ketentuan dalam bentuk daftar dapat dilihat pada Article 4 Para 2 Konstitusi Angola yang menyatakan, “Political parties shall, in their objectives, program and activity, contribute to: (a) The consolidation of the Angola nation, national independence and strengthened national unity; (b) The safeguarding of territorial integrity; (c) The defense of national sovereignty and democracy; (d) The protection of fundamental freedoms and the rights of the individual; (e) The defense of the republican form

1. Bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi.

2. Melanggar nilai dan prinsip dasar konstitusional. 1241

3. Hendak mengubah dan/atau mengganti UUD 1945 dengan jalan paksa atau kekerasan.

4. Bermaksud menggantikan tatanan demokrasi berdasarkan UUD 1945 dengan tatanan otoritarianisme atau fasisme.

5. Mengambil alih kekuasaan atau mempengaruhi kebijakan dengan cara kekerasan.

6. Melanggar kebebasan dasar dan hak asasi manusia.

7. Menerima bantuan pihak asing tanpa seijin pemerintah. 1242

8. Memberi bantuan kepada pihak asing tanpa seijin pemerintah.

9. Membahayakan persatuan dan kesatuan serta integritas wilayah nasional.

10. Membahayakan kedaulatan NKRI.

11. Membahayakan eksistensi dan kemerdekaan negara.

12. Mendirikan organisasi yang bersifat militer atau paramiliter, atau organisasi rahasia.

13. Menghasut atau mendukung sentimen rasial, agama, etnis, dan kedaerahan yang dapat menimbulkan konflik sosial.

14. Menggunakan cara-cara kekerasan dalam menjalankan aktivitasnya.

Alasan-alasan pembubaran tersebut meliputi aspek ideologi, asas, tujuan, program, serta kegiatan partai politik. Di antara aspek-aspek pelanggaran tersebut,

and unitary and secular nature of the State”, dan pada tingkat undang-undang partai politik dapat dilihat pada Article 3 Para 2 Political Parties Act Bulgaria yang menyatakan “A political party may not be establish when:

1. Its activities are aimed against the souvereignty or territorial integrity of the country and the unity of the nation, against the rights and the freedom of citizens; 2. Its goals run contrary to the Constitution and the legislation of the Country; 3. It is based on a confessional or an ethnic principle or puports to fan up racial, national, ethnic and religious enmity; 4. It proclaims a fascist ideology or is striving to achieve its goals 1241 through violence or other legally impermissible means.” Di dalam nilai dan prinsip dasar konstitusional tercakup dasar dan tujuan negara. 1242 Di beberapa negara terdapat larangan mutlak menerima dan memberikan dana atau sumbangan dalam

bentuk apapun. Misalnya dalam Article 17 Parties and Political Organizations Law, Yaman, menyatakan “The party, or, political organization may nor accept from non-Yemeni individuals of parties (even if they acquired Yemeni nationality) any gift, merits, or service.” Namun demikian di era saat ini kerjasama antar partai politik lintas negara juga dimungkinkan. Kerjasama tersebut bersifat timbal-balik sehingga tidak terhindarkan ada proses memberi dan menerima bantuan dalam bentuk tertentu. Oleh karena itu yang terpenting adalah bahwa proses kerjasama dan saling memberi-menerima tersebut dengan ijin pemerintah untuk memastikan bahwa hal itu tidak mengurangi atau merugikan kepentingan negara, terutama kedaulatan dan integritas wilayah nasional. Hal ini dapat dibandingkan dengan Article 9 Law on Political Parties Mongolia yang menyatakan “A Party may receive donation from parties and citizens of foreign countries in accordance with the law of Mongolia. The amounts of such donations shall be made public.” bentuk apapun. Misalnya dalam Article 17 Parties and Political Organizations Law, Yaman, menyatakan “The party, or, political organization may nor accept from non-Yemeni individuals of parties (even if they acquired Yemeni nationality) any gift, merits, or service.” Namun demikian di era saat ini kerjasama antar partai politik lintas negara juga dimungkinkan. Kerjasama tersebut bersifat timbal-balik sehingga tidak terhindarkan ada proses memberi dan menerima bantuan dalam bentuk tertentu. Oleh karena itu yang terpenting adalah bahwa proses kerjasama dan saling memberi-menerima tersebut dengan ijin pemerintah untuk memastikan bahwa hal itu tidak mengurangi atau merugikan kepentingan negara, terutama kedaulatan dan integritas wilayah nasional. Hal ini dapat dibandingkan dengan Article 9 Law on Political Parties Mongolia yang menyatakan “A Party may receive donation from parties and citizens of foreign countries in accordance with the law of Mongolia. The amounts of such donations shall be made public.”

Untuk dapat dibubarkannya suatu partai politik, pelanggaran-pelanggaran yang memenuhi alasan pembubaran di atas tidak hanya merupakan tindakan perseorangan pengurus atau anggota partai politik, tetapi pelanggaran yang

dilakukan oleh partai politik sebagai organisasi. 1243 Paling tidak harus dibuktikan bahwa partai politik telah dengan sengaja membiarkan pengurus atau anggota

tertentu menggunakan organisasi partai politik untuk melakukan pelanggaran yang dapat mengakibatkan pembubaran. 1244

Pembubaran suatu partai politik adalah penghilangan status badan hukum partai politik sebagai organisasi yang utuh, dari pusat hingga daerah. Muncul permasalahan jika pelanggaran tersebut hanya dilakukan oleh pengurus tingkat daerah, apakah dapat diajukan pembubaran untuk daerah tertentu saja atau juga dapat menjadi alasan pembubaran keseluruhan organisasi. Mengingat bahwa

badan hukum adalah suatu tata hukum tersendiri (partial legal order) 1245 yang mengikat dari pusat hingga satuan terkecil, maka subyek hukum yang

berhubungan dengan hukum negara adalah badan hukum yang diwakili oleh pengurus puncaknya, atau pengurus pusat. Sedangkan organisasi partai politik di tingkat daerah adalah bagian dari badan hukum partai politik yang berhubungan secara hierarkis dengan pengurus tingkat pusat. Jika partai politik di tingkat daerah melakukan tindakan hukum tertentu, harus dilihat sebagai organ badan hukum yang mewakili kepentingan partai politik secara keseluruhan.

Pedoman Venice Commission menyatakan bahwa suatu partai politik tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakan individu anggotanya yang tidak mendapatkan mandat dari partai politik. Lihat, European Commission for Democracy Through Law (Venice Commission), Guideline on Prohibition and Dissolution, Op. Cit. 1244

Dalam Penpres Nomor 7 Tahun 1959 hal ini dirumuskan dalam bentuk adanya pengurus yang ikut melakukan atau mendukung pemberontakan dan partai politik itu tidak menyalahkan perbuatan tersebut. Hal ini diterapkan dalam pembubaran Masjumi dan PSI. 1245

Kelsen, Pure Theory of Law, Op. Cit., hal. 190-191.

Oleh karena itu, jika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus di tingkat daerah, maka dapat menjadi alasan bagi pembubaran partai politik secara keseluruhan, bukan hanya daerah yang melakukan pelanggaran. Namun demikian dapat terjadi bahwa pelanggaran tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan atau tanpa adanya mandat organ partai politik yang lebih tinggi. Oleh karena itu, terhadap kasus demikian sebaiknya diberikan peringatan terlebih dahulu kepada pengurus pusat partai politik agar melakukan tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pengurusnya di tingkat daerah, sebelum mengajukan pembubaran partai politik secara keseluruhan kepada MK. Hal itu karena yang berhak melakukan tindakan terhadap pengurus daerah adalah organ partai politik yang

diatur berdasarkan AD dan ART partai politik itu sendiri. 1246 Jika pengurus tingkat pusat tidak melakukan tindakan apapun terhadap pelanggaran sebagai

tindak lanjut peringatan yang disampaikan, tindakan pelanggaran dapat dinilai merupakan kebijakan organisasi, dan dapat menjadi alasan pembubaran partai politik secara keseluruhan.

Kemungkinan lain yang terjadi adalah pelanggaran dilakukan oleh organisasi sayap politik. 1247 Terhadap pelanggaran tersebut tentu harus dilihat

terlebih dahulu hubungan antara organisasi sayap politik dengan partai politik itu sendiri. Prinsipnya, pelanggaran yang dilakukan oleh sayap politik dapat menjadi dasar pembubaran jika dapat dibuktikan bahwa partai politik dimaksud menggunakan organisasi sayap politik, atau walaupun partai politik memiliki hubungan kewenangan yang dapat mencegah dan menghentikan terjadinya pelanggaran, namun membiarkannya. Sebaliknya, pembubaran suatu partai politik selalu diikuti dengan pembubaran organisasi sayap politiknya karena merupakan

organisasi yang dibentuk oleh partai politik dimaksud. 1248

1247 Ibid., hal. 180-185. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 memberikan hak kepada partai politik untuk membentuk organisasi sayap politik. Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organisasi sayap Partai Politik

merupakan organisasi yang dibentuk oleh dan/atau menyatakan diri sebagai sayap Partai Politik sesuai dengan AD dan ART masing-masing Partai Politik. 1248 Hal ini berbeda jika yang dimaksud sayap politik tersebut adalah organisasi yang bersifat mandiri, hanya

memiliki afiliasi terhadap partai politik yang tentu harus dibuktikan terlebih dahulu keterlibatannya. Demikian pula jika pelanggaran dilakukan oleh organisasi yang bersifat mandiri dan hanya berafiliasi tidak selalu diikuti dengan pembubaran partai politik. Sebagai perbandingan, lihat Article 46 Para 2 Bundesverfassungsgerichts-Gesetz, yang menyatakan “The declaration may be confined to a legally or organisationally independent section of a party.”

Pengaturan mengenai alasan-alasan pembubaran partai politik di beberapa negara ada yang diatur dalam konstitusi, 1249 ada yang diatur dalam Undang-

Undang Partai Politik saja, 1250 namun ada pula yang baik dalam konstitusi maupun dalam undang-undang. 1251 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi lebih

banyak mengatur mengenai proses persidangan perkara atau hukum acara. Pengaturan di masa yang akan datang sebaiknya ditentukan pinsip dasarnya dalam konstitusi dengan mengingat bahwa memutus perkara pembubaran partai politik adalah memutus konstitusionalitas partai politik. Sedangkan penjabaran prinsip dasar dalam konstitusi di atur lebih lanjut dalam Undang-Undang tetang Partai Politik yang dapat berbentuk larangan atau kewajiban partai politik, serta Undang- Undang tentang Mahkamah Konstitusi.

Selain pembubaran dengan alasan pelanggaran konstitusional, juga terdapat bentuk pembubaran karena alasan administratif. Hal itu terkait dengan tidak terpenuhinya lagi syarat-syarat pendaftaran partai politik sebagai badan hukum serta tidak dapat menyesuaikan diri berdasarkan undang-undang yang baru. Selain itu suatu partai politik ditentukan tidak dapat mengikuti pemilihan umum baik karena tidak lolos verifikasi oleh KPU, maupun karena tidak memenuhi electoral treshold tetap diberikan hak hidup.

Namun, berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 1252 , ketentuan tentang electoral treshold digantikan dengan ketentuan parliamentary

Misalnya di Jerman ketentuan yang diatur dalam konstitusinya adalah “Parties which, by reason of their aims or behavior of their adherents, seek to impair or abolish the free democratic basic order or to endanger the existence of the Federal Republic of Germany are unconstitutional. The Federal Constitutional Court decides on the question of unconstitutionality.” Sedangkan dalam Sedangkan dalam Article 35 Political

Parties Act Jerman hanya menunjuk pada ketentuan dalam Article 21 Para 2 Konstitusi Jerman tersebut. 1250

Konstitusi Kamboja sama sekali tidak mengatur partai politik. Pengaturan tentang pembubaran partai ada dalam Kram Dated October 28, 1997 on The Political Parties. Alasan pembubaran adalah pelanggaran terhadap larangan partai politik yang diatur dalam Article 6 meliputi “1. Creating a secession jeopardizing national unity and territorial integrity of Kingdom of Cambodia; 2. Carrying on subversion against liberal 1251 and multiparty democratic regime by using violence to seize power; 3. Setting up armed forces.” Hal ini dapat di lihat dalam Konstitusi Bulgaria. Article 11 Para 4 menyatakan “(4) There shall be no

political parties on ethnic, racial, or religious lines, nor parties which seek the violent usurpation of state power. ” Sedangkan dalam Article 23 Para 1 Political Parties Act Bulgaria disebutkan bahwa pembubaran partai politik diajukan oleh Jaksa Agung jika partai melakukan kegiatan yang melanggar Article 3. Article 3 dimaksud sebagai alasan pembubaran meliputi “1. Its activities are aimed against the souvereignty or territorial integrity of the country and the unity of the nation, against the rights and the freedom of citizens; 2. Its goals run contrary to the Constitution and the legislation of the Country; 3. It is based on a confessional or an ethnic principle or puports to fan up racial, national, ethnic and religious enmity; 4. It proclaims a fascist ideology or is striving to achieve its goals through violence or other legally impermissible means.” 1252

Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah , UU No. 10 Tahun 2008, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4836.

treshold . Konsekuensinya, suatu partai politik yang tidak memperoleh jumlah suara sekurang-kurangnya 2,5% dari suara sah tidak dapat menempatkan wakilnya

di DPR, 1253 walaupun perolehan suara tersebut mencukupi untuk jumlah kursi tertentu. Namun partai politik tersebut tetap dapat mengikuti pemilihan umum

berikutnya. 1254 Konsekuensi dari ketentuan tersebut yang menimbulkan permasalahan

adalah, pertama, terdapat partai politik yang telah memperoleh status badan hukum dari proses pendaftaran di Departemen Hukum dan HAM 1255 namun tidak

dapat mengikuti pemilihan umum karena tidak lolos verifikasi KPU 1256 . Namun, partai politik ini dapat mengikuti verifikasi pada pemilihan umum berikutnya

tanpa harus mendaftarkan badan hukumnya kembali. Kedua, terdapat partai politik yang berhasil mengikuti pemilihan umum tetapi tidak dapat memperoleh kursi di DPR karena tidak memenuhi parliamentary treshold. Partai politik ini tetap dapat mengikuti pemilihan umum berikutnya.

Terhadap eksistensi kedua jenis partai politik tersebut, dapat dilakukan tindakan pembubaran melalui pengadilan, yaitu Mahkamah Konstitusi, karena tidak mampu menjalankan fungsi sesuai dengan tujuan pendiriannya. Hal itu juga

dimungkinkan menurut penjelasan Venice Commission. 1257 Disebutkan dalam penjelasan ke-7 bahwa pada saat legislasi nasional menyatakan partai kehilangan

statusnya sebagai partai politik jika tidak berhasil mengikuti pemilihan umum atau memperoleh wakil di lembaga legislatif, mereka harus dibolehkan melanjutkan eksistensi dan aktivitasnya berdasarkan hukum yang mengatur organisasi secara umum. Dengan demikian terdapat dua pilihan bagi partai politik tersebut, yaitu mengubah diri jenis organisasi menjadi non-partai politik atau dibubarkan.

Di beberapa negara, pembubaran terhadap partai politik yang tidak dapat mengikuti pemilihan umum atau menempatkan wakilnya di parlemen nasional ditentukan dengan batas tertentu, misalnya dalam dua kali pemilihan umum

Pasal 202 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 menyatakan “Partai Politik Peserta pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara sekurang-kurangnya 2,5% (dua koma lima perseratus) dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi DPR”

1254 Ketentuan Pasal 8 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 menyatakan “Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu sebelumnya dapat menjadi Peserta Pemilu pada Pemilu berikutnya.” 1255

Diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008.

1257 Diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008. European Commission for Democracy Through Law (Venice Commission), Guideline and Explanatory Report, Op. Cit., hal. 2-3.

berturut-turut. Hal itu dapat dilihat misalnya di Rumania dan Korea Selatan. Di Korea Selatan, partai politik yang gagal berpartisipasi dalam pemilihan umum anggota National Assembly dalam empat tahun terakhir, atau dalam pemilihan kepala daerah, atau gagal memperoleh kursi di National Assembly setelah mengikuti pemilihan umum dan gagal memperoleh 2% dari jumlah suara sah

dibatalkan pendaftarannya oleh Komisi Pemilihan Umum. 1258 Di Rumania, partai politik yang gagal menempatkan calonnya, baik sendiri maupun bersama partai

lain, dalam dua pemilihan legislatif berturut-turut sekurang-kurangnya di sepuluh distrik, atas permintaan pemerintah, pengadilan menetapkan pembubarannya. 1259