Pembatalan Keabsahan Badan Hukum
5.3.5. Pembatalan Keabsahan Badan Hukum
Selain membubarkan diri, bergabung dengan partai lain, dan dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi, suatu partai politik pada masa reformasi juga dapat kehilangan eksistensinya apabila tidak dapat menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang. Ketentuan tersebut belum terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999, dan baru ada pada Undang-Undang Nomor 31 tahun 2002.
Ketentuan peralihan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 hanya menyatakan bahwa organisasi peserta pemilihan umum tahun 1997 berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1985 dianggap telah memenuhi syarat sebagai partai politik dan didaftar sebagai badan hukum serta wajib menyesuaikan diri dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999. 966 Tidak ada ketentuan lebih lanjut tentang konsekuensi hukum jika organisasi tersebut, yaitu PPP, PDI,
dan Golkar, tidak melakukan penyesuaian diri. Hal itu berbeda dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002. Pasal 29 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002, menyatakan sebagai berikut.
(1) Partai politik yang menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik telah disahkan sebagai badan hukum oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia diakui keberadaannya dan wajib menyesuaikan dengan ketentuan undang-undang ini selambat-lambatnya 9 (sembilan) bulan sejak berlakunya undang-undang ini.
(2) Partai politik yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibatalkan keabsahannya sebagai badan hukum dan tidak diakui keberadaannya menurut undang-undang ini.
Ditentukan bahwa partai politik yang menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 telah disahkan sebagai badan hukum, diakui keberadaannya dan wajib menyesuaikan diri selambat-lambatnya 9 bulan sejak berlakunya Undang-
Lihat, Laski, Op. Cit., hal. 312; Barendt, Op. Cit., hal. 149; Kranenburg dan Sabaroedin, Op. Cit., hal. 115; serta Friedrich, Op. Cit., hal. 442. 966 Pasal 20 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999.
Undang Nomor 31 Tahun 2002. 967 Partai politik yang tidak menyesuaikan diri dalam waktu tersebut, dibatalkan keabsahannya sebagai badan hukum dan tidak
diakui keberadaannya. 968 Ketentuan-ketentuan tersebut membawa konsekuensi hilangnya status
badan hukum suatu partai politik, yang berarti hilangnya eksistensi partai politik sebagai subyek hukum. Konsekuensi itu sama halnya dengan bubarnya partai politik. Tindakan itu tidak dapat disamakan dengan penolakan pendaftaran pembentukan partai politik karena secara faktual partai politik tersebut telah menjadi badan hukum yang diakui keabsahannya.
Undang-undang tidak menentukan siapa yang melakukan tindakan pembatalan keabsahan. Jika dilihat dari ketentuan yang melakukan pengesahan
partai politik sebagai badan hukum adalah Menteri Hukum dan HAM 969 setelah menerima pendaftaran. Oleh karena itu yang melakukan pembatalan adalah yang
memberikan pengesahan, yaitu Menteri Hukum dan HAM. Dengan demikian, jika dilihat dari konsekuensi hukum dan inisiatifnya, pembatalan keabsahan partai politik sebagai badan hukum sama dengan tindakan pembubaran partai politik. Dengan tindakan tersebut, partai politik tidak lagi diakui keberadaannya secara
hukum di seluruh wilayah Indonesia. 970 Perbedaannya adalah pada alasan yang menyebabkan suatu partai politik
dapat kehilangan statusnya sebagai badan hukum. Jika pembubaran partai politik yang diputus Mahkamah Konstitusi alasannya adalah ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan partai politik, alasan yang menjadi dasar pembatalan keabsahan partai politik adalah terkait dengan syarat-syarat pembentukkan partai politik. Syarat-syarat tersebut, di samping syarat administratif, meliputi pula syarat-syarat substantif terkait dengan tujuan, asas, dan ciri partai politik.
Dengan demikian terdapat dua cara bubarnya partai politik di luar pembubaran yang dilakukan oleh partai politik itu sendiri, yaitu melalui mekanisme yang menjadi wewenang Mahkamah Konstitusi dan melalui
Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002. Undang-Undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan, yaitu 27 Desember 2002.
969 Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002. Pasal 4 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999; Pasal 3 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002; dan Pasal 4 Ayat (3) RUU Partai Politik. 970
Berdasarkan Penjelasan Pasal 17 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999, yang dimaksud dengan pembubaran partai politik adalah mencabut hak hidup dan keberadaan partai politik di seluruh wilayah Indonesia.
pembatalan keabsahan badan hukum partai politik oleh Menteri Hukum dan HAM. Pembubaran oleh Mahkamah Konstitusi terkait dengan pelanggaran ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan partai politik melalui keputusan pengadilan. Sedangkan pembubaran dalam bentuk pembatalan keabsahan badan hukum oleh Menteri Hukum dan HAM terkait dengan kondisi partai politik yang sudah tidak memenuhi syarat untuk diakui sebagai badan hukum berdasarkan ketentuan undang-undang yang baru.
Jika keputusan pembatalan keabsahan badan hukum partai politik dipandang sebagai keputusan administratif pejabat tata usaha negara, mekanisme upaya hukumnya adalah melalui Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun demikian, berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 perkara partai politik diajukan melalui pengadilan negeri yang putusannya merupakan putusan pertama dan terakhir, serta hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Dengan demikian masih terdapat ketidakpastian proses hukum terkait
dengan pembatalan keabsahan badan hukum partai politik. 971