Peraturan Perusahaan

B. Peraturan Perusahaan

Peraturan perusahaan diatur dalam Pasal 108 ayat (1) UU No. 13-2003. Di dalamnya membahas tentang kewajiban pengusaha membuat peraturan perusahan. Berdasarkan pengertian yang tercantum dalam Pasal 1 angka 20 UU No. 13-2003, peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib

perusahaan. 45 Bagi pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan

44 Pasal 188 ayat (1) UU No. 13-2003. 45 F X Djumialdji dan Wiwoho Soejono, Perjanjian Perburuhan dan Hubungan Perburu- han Pancasila, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985, hlm 62.

perusahaan. Ini merupakan sebuah kewajiban, jadi jika tidak dilaksanakan pasti ada resikonya, yakni merupakan pelanggaran, dan dapat dikenakan sanksi pidana denda. Pidana ini tergolong pidana pelanggaran. Sanksi ini diatur dalam Pasal 188 UU No. 13- 2003.

Dalam hal isi dari peraturan perusahaan, masih banyak orang yang belum mengetahui apa saja yang harus ada di dalamnya. Isi dari peraturan perusahaan adalah syarat-syarat kerja yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan dan rincian pelaksanaan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Isi peraturan perusahaan yang demikian itu bertujuan untuk mempermudah pengusaha dan pekerja untuk melaksanakan kewajibannya masing-masing. Dilihat dari tujuan dan isinya maka peraturan perusahaan penting untuk dibuat.

Peraturan perusahaan ini dibuat dan disusun oleh pengusaha dengan

pertimbangan wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Maksudnya, pekerja atau buruh ikut dilibatkan dalam pembuatan peraturan perusahaan. Kemudian masukan atau ide yang disampaikan oleh serikat pekerja/serikat buruh dan/atau wakil pekerja/buruh bersifat saran dan pertimbangan, sehingga pembuatan peraturan perusahaan tidak dapat diperselisihkan. Pengusaha harus menyampaikan naskah rancangan peraturan perusahaan kepada wakil pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh untuk mendapatkan saran dan pertimbangan.

Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) peraturan perusahaan yang berlaku bagi seluruh pekerja di perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal peraturan perusahaan akan mengatur kembali materi dari peraturan perundangan maka ketentuan dalam peraturan perusahaan tersebut harus lebih baik dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

Pengesahan peraturan perusahaan dilakukan oleh: ] kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota untuk perusahaan yang terdapat hanya dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota;

] kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di provinsi untuk perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;

] naskah peraturan perusahaan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yang telah ditandatangani oleh pengusaha;

] bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan dari serikat pekerja/serikat buruh dan/atau wakil pekerja/buruh apabila di perusahaan tidak ada serikat pekerja/serikat buruh.

Pengusaha harus mengajukan permohonan pengesahan peraturan perusahaan. Permohonan pengesahan sebagaimana dimaksud harus memuat:

{ nama dan alamat perusahaan; { nama pimpinan perusahaan; { wilayah operasi perusahaan; { wilayah operasi perusahaan; { jenis/bidang usaha; { jumlah pekerja/buruh menurut jenis kelamin; { status hubungan kerja; { upah tertinggi dan terendah; { nama dan alamat serikat pekerja/serikat buruh (apabila ada); { nomor pencatatan serikat pekerja/serikat buruh (apabila ada); { masa berlakunya peraturan perusahaan; dan { pengesahan peraturan perusahaan.

Pengesahan peraturan perusahaan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UU No. 13-2003 harus sudah diberikan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak naskah peraturan perusahaan diterima.

Ketentuan-ketentuan dalam peraturan perusahaan yang telah berakhir masa berlakunya tetap berlaku sampai ditandatanganinya perjanjian kerja bersama atau disahkannya peraturan perusahaan yang baru.

Peraturan perusahaan bertujuan untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis di tingkat perusahaan. Peraturan perusahaan ini juga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, dan serta tercapainya kesejahteraan bagi pekerja dan pengusaha secara adil. Untuk mewujudkan industrial harmoni ini maka perlu diatur hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja dalam sebuah

aturan internal di ruang lingkup perusahaan. 46

46 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm 31.

Untuk lebih memudahkan menafsirkan peraturan perusahaan harus diketahui pengertian dan mekanisme kewajiban pengusaha terkait peraturan perusahaan:

Dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 13-2003 menyebutkan pengertian pengusaha: Pengusaha:

¶ orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.

¶ orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.

¶ orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Adapun kewajiban pengusaha terkait pelaksanaaan pembuatan peraturan perusahaan digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

Bagan 1.

Tata Cara Pembuatan Peraturan Perusahaan

Perusahaan 10 (se- Naskah rencana

Wakil pekerja at-

au serikat peker- puluh) pekerja

peraturan peru-

sahaan ja dan pekerja yang tidak men-

jadi anggota seri- kat pekerja

Diterima Tidak diterima

Saran

Disahkan Tidak bisa disengketakan

Diterima

Dinas Tenaga Kerja Tidak diterima

Sumber: UU No. 13-2003, diolah.

Adapun kewajiban yang dimaksud dalam Kepmennakertrans Nomor 48 Tahun 2004 kepada pengusaha antara lain:

1. Pasal 2 ayat (1): Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib memuat peraturan perusahaan.

2. Pasal 6 ayat (1): Pengusaha harus menyampaikan naskah rancangan peraturan perusahaan kepada wakil pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh untuk mendapatkan saran dan pertimbangan.

3. Pasal 16 ayat (1): Dalam hal di perusahaan telah terbentuk serikat pekerja/serikat buruh namun keanggotaannya tidak mewakili mayoritas pekerja/buruh di perusahaan tersebut, maka pengusaha selain memperhatikan saran dan pertimbangan dari pengurus serikat pekerja/buruh harus juga memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

4. Pasal 5: Pembuatan peraturan perusahaan merupakan kewajiban dan tanggung jawab pengusaha, sedangkan masukan yang disampaikan oleh serikat pekerja/serikat buruh dan/atau wakil pekerja/buruh bersifat saran dan pertimbangan, sehingga pembuatan peraturan perusahaan tidak dapat diperselisihkan.

5. Pasal 8 ayat (1): Pengusaha harus mengajukan permohonan pengesahan peraturan perusahaan kepada pejabat Dinas Ketenagakerjaan.

6. Pasal 8 ayat (6): Perusahaan wajib menyampaikan peraturan perusahaan yang telah dilengkapi dan/atau diperbaiki kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya pengembalian peraturan perusahaan.

7. Pasal 11 ayat (1): Pengusaha wajib mengajukan pembaruan peraturan perusahaan paling lama tiga puluh hari kerja sebelum berakhir masa berlakunya peraturan perusahaan kepada pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 untuk mendapat pengesahan.

Untuk menjaga agar peraturan perusahaan dapat dilaksanakan tanpa adanya pertentangan kedua belah pihak, maka peraturan perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja di perusahaan yang bersangkutan. Dengan ketentuan jika di perusahaan yang bersangkutan telah terbentuk serikat pekerja atau serikat buruh maka wakil pekerja atau buruh maka di wakili pengurus serikat pekerja/serikat buruh. Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan belum terbentuk serikat pekerja atau serikat buruh, wakil pekerja atau buruh sebagaimana dimaksud adalah pekerja atau buruh yang dipilih secara demokratis untuk mewakili kepentingan para pekerja atau buruh di perusahaan yang bersangkutan.

Demi terciptanya harmonisasi dalam perusahaan, maka UU No. 13-2003 menetapkan bahwa peraturan perusahaan sekurang- kurangnya harus memuat:

¥ hak dan kewajiban pengusaha; ¥ hak dan kewajiban pekerja/buruh; ¥ syarat kerja; ¥ tata tertib perusahaan; dan ¥ jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Di Dinas Tenaga Kerja setempat sudah ada standar pembuatan peraturan perusahaan, itu bisa dibuat acuan dalam membuat peraturan perusahaan. Karena dikhawatirkan banyak perubahan situasi diperusahaan, ekonomi dalam dan luar negeri, serta adanya kebijakan pemerintah lain, maka masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan wajib diperbarui setelah habis masa berlakunya. Selama masa berlakunya peraturan perusahaan, apabila serikat pekerja atau serikat buruh di perusahaan menghendaki perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama, maka pengusaha wajib melayani. Dalam hal perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud tidak mencapai kesepakatan, maka peraturan perusahaan tetap berlaku sampai habis jangka waktu berlakunya.