Macam-Macam Perjanjian Kerja

E. Macam-Macam Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja yang dibuat tidak berdasarkan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 52 tersebut di atas dengan sendirinya batal demi hukum atau dapat dibatalkan. Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali/dibatalkan dan/atau diubah kecuali atas persetujuan buruh dengan pengusaha.

Macam-macam perjanjian kerja:

1. Menurut bentuknya

a. Lisan (Pasal 51 UU No. 13-2003) Perjanjian yang tidak dituangkan dalam bentuk tulisan. Kelemahan perjanjian kerja tidak tertulis yakni apabila ada beberapa

isi perjanjian yang ternyata tidak dilaksanakan maka sangat mudah untuk diingkari oleh para pihak. Maka perjanjian kerja meski dapat dibuat secara lisan sebaiknya dibuat secara tertulis.

b. Tertulis (Pasal 51 UU No. 13-2003) Perjanjian yang dibuat dalam bentuk tulisan dapat dipakai sebagai bukti tertulis yang kuat apabila muncul perselisihan hubungan industrial.

Sekurang-kurangnya memuat nama, alamat perusahaan dan jenis usaha; nama, jenis kelamin, umur dan alamat buruh; jabatan atau jenis pekerjaan; tempat pekerjaan; besarnya upah dan cara pembayarannya; syarat-syarat kerja yang memuat hak dan

41 A Ridwan Halim, Seri Buku Perburuhan Aktual, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1987, hlm 29.

kewajiban pengusaha dan buruh; mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja (Pasal

54 UU No. 13-2003). Dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing buruh dengan pengusaha harus mendapat dan menyimpan Perjanjian Kerja (Pasal 54 ayat (3) UU No. 13-2003).

2. Menurut waktu berakhirnya

a. Perjanjian kerja waktu tertentu atau kontrak (Pasal 56-59 UU No. 13-2003). Didasarkan atas jangka waktu dan selesainya pekerjaan tertentu. Dibuat secara tertulis dalam 3 (tiga) rangkap yaitu untuk buruh,

pengusaha dan Dinas Tenaga Kerja (Permenaker No. Per- 02/Men/1993); apabila dibuat secara lisan maka dinyatakan sebagai perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

Tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja, bila disyaratkan maka batal demi hukum (Pasal 58 UU No. 13-2003). Jenis dan sifat pekerjaan yang diperbolehkan adalah pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama

dan paling lama 3 (tiga) tahun; pekerjaan yang bersifat musiman; dan pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan (Pasal 59 ayat (1) UU No. 13-2003).

Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap (terus menerus diproduksi) dan dapat diperpanjang atau diperbarui; pemberitahuan perpanjangan perjanjian paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja berakhir.

Pembaruan perjanjian kerja hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja yang lama, pembaruan hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.

Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Terdapat anggapan bahwa suatu perjanjian kerja tertentu diadakan dengan tujuan untuk melindungi pengusaha atau majikan.

Akan tetapi sebaliknya bukan melindungi pekerja atau buruh, yang dalam kenyataanya berada pada kondisi dan kedudukan yang lemah

yang seharusnya memerlukan perlindungan. 42

Hal ini terlihat wajar, pengusaha terkesan menghindari adanya pesangon apabila terjadi pemutusan hubungan kerja. Di Indonesia hampir semua perusahaan menerapkan sistem kontrak. Lihat saja sekeliling Anda, tetangga, rekan Anda, teman, apalagi mereka yang baru lulus dari perguruan tinggi atau lulusan baru hampir semua dari mereka pernah mengalami sistem kontrak ini dalam jenjang kariernya. Kenapa hal ini terjadi, kita sebenarnya tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pada pengusaha. Kalau kita berpikir jauh ke depan, bagaimana kalau seluruh posisi pekerjaan di perusahan sudah diisi, pastinya pengangguran akan lebih banyak lagi di Indonesia. Sebenarnya ada keuntungan timbal balik antara pengusaha dan buruh melalui sistem kontrak ini. Pengusaha akan mendapatkan pekerja yang benar-benar andal untuk mewakili dan mengurusi kepentingannya, sedangkan untuk buruh kesempatan kerja akan terbuka lebar.

memikirkan untuk berwiraswasta, tujuannya adalah menambah lapangan pekerjaan lebih banyak lagi di negara tercinta ini. Pekerjaan rumah ini seharusnya dibebankan pada mahasiswa, yang dikenal ulet, kreatif, dan memiliki semangat juang.

Di Indonesia

sudah

saatnya

b. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (Pasal 56 UU No. 13-2003) Dapat mensyaratkan masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan dimana pengusaha dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku.

Bila dibuat secara lisan maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi buruh yang bersangkutan, sekurang-kurangnya memuat keterangan nama dan alamat buruh; tanggal mulai bekerja;

jenis pekerjaan; dan besarnya upah. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu adalah mimpi seluruh

buruh yang masih dalam masa kontrak atau outsourcing. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu biasa disebut pekerja tetap. Dengan sudah

42 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1992, hlm 62-63.

diangkatnya buruh menjadi pekerja tetap, maka mereka dapat lebih tenang dalam bekerja tanpa di hantui oleh berakhirnya masa kerja.

c. Perjanjian pemborongan atau outsourcing (Pasal 64-66 UU o. 13- 2003)

Pasal 1601 huruf b BW juga mengatur adanya pengakuan tentang perjanjian pemborongan pekerjaan. Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya dalam bentuk badan hukum melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan tenaga pekerja.

Syaratnya: dilakukan terpisah dari kegiatan utama; dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja; merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; tidak menghambat proses produksi secara langsung.

Perlindungan kerja untuk buruh outsourcing adalah sama dengan perlindungan kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan. Setiap hari buruh nasional, pemerintah diminta peka

terhadap masalah buruh, tuntutan itu datang dari organisasi- organisasi

di Indonesia. Mereka memperjuangkan untuk dicabutnya sistem outsourcing. Sistem kontrak kerja atau outsourcing akan dihapus karena banyak merugikan pekerja atau buruh.

buruh

yang tersebar