Sejarah Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

A. Sejarah Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) saat ini banyak dipengaruhi oleh tokoh keselamatan kerja yang bernama H W Heinrich dalam bukunya yang terkenal “Industrial Accident Prevention” pada tahun 1931. Buku ini merupakan titik awal gerakan K3 di seluruh dunia, karena buku ini mengarahkan K3 ke arah yang lebih teroganisir dan memihak pekerja. Isi dari buku ini adalah unsur-unsur dari program K3 yang terarah.

Sebelum membahas K3 lebih lanjut sebaiknya kita mengetahui awal mula atau sejarah awal pemahaman K3. Sejak zaman purba atau pada awal kehidupan manusia, manusia untuk memenuhi kebutuhannya dia harus bekerja. Secara naluri jika pekerjaan itu menimbulkan kecelakaan maka manusia akan mencegahnya.

Penerapan ilmu pengetahuan dimulai pada abad ke-18 sejak dimulainya revolusi listrik dan industri. Munculnya industri tenun di daerah Eropa dan penemuan ketel uap untuk keperluan industri merupakan hal yang bermanfaat untuk peradaban manusia. Namun pemanafaatannya sangat mengandung potensi bahaya karena ketel uap merupakan bejana bertekanan yang dapat menimbulkan ledakan. Oleh karena itu segala bentuk resiko terhadap keselamatan pekerja harus diikuti dengan pemikiran positif tentang upaya-upaya pencegahan kecelakaan kerja.

Perkembangan K3 dapat disampaikan sebagai berikut:

G Kurang lebih 1700 tahun sebelum masehi Raja Hamurabi dalam kitab undang-undangnya menyatakan: “Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli bangunan tersebut di bunuh”.

G Zaman Mozai ± 5 (lima) abad setelah Hamurabi menyatakan bahwa ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan pekerjanya, dengan G Zaman Mozai ± 5 (lima) abad setelah Hamurabi menyatakan bahwa ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan pekerjanya, dengan

G Kurang lebih 80 (delapan puluh) tahun sesudah masehi Plinius seorang ahli ensiklopedia bangsa Roma mensyaratkan pekerja tambang wajib memakai tutup hidung.

G Tahun 1450 Dominico Fontana diserahi tugas membangun obelisk di tengah lapangan St Pieter Roma. Ia selalu mensyaratkan agar pekerja

memakai topi baja untuk perlindungan benda yang jatuh dari atas dan jatuh dari ketinggian.

Zaman modern bagi kesehatan kerja di Indonesia ini dapat dikatakan mulai dasawarsa ketiga abad ke-20 ini. 57 Pada saat itu

dikeluarkan “Maatregelen ter Beperking van de Kinderarbeid en de Nachtarbeid van de Vrouwen” (Peraturan tentang Pembatasan Pekerjaan Anak dan Pekerjaan Wanita Pada Malam Hari, Ordonansi tanggal 17 Desember 1925 No. 647, mulai berlaku di Indonesia Pada tanggal 1 Maret 1926). Peristiwa-peristiwa sejarah di atas masih banyak lagi yang menggambarkan masalah K3. Hal ini merupakan K3 sudah menjadi perhatian para ahli dan pemimpin pada zamannya.

Pada tahun di Amerika Serikat diberlakukan Work ’s Compansation Law , menyebutkan kompensasi diberikan tanpa memandang apakah kecelakaan kerja diakibatkan karena kesalahan pekerja atau pengusaha. Undang-undang ini mendapatkan apresiasi dari seluruh dunia karena undang-undang ini merupakan permulaan usaha pencegahan dan penyelesaian kecelakaan kerja yang lebih terarah yang merupakan landasan norma undang-undang itu adalah perikemanusiaan.

Islam juga memberikan pengaruh untuk perkembangan K3. K3 dalam islam mencakup semua, hak mendapatkan keselamatan, kesehatan dan perlindungan kerja, terutama bagi pekerja yang cacat, anak dan perempuan dalam sebuah Hadith, Nabi bersabda: ... ْمٌُ ْمُكُوا َُْخِإ ُمٍَُلَعَج ُ َّللَّا َتْحَت ْمُكيِدْيَأ ْهَمَف َلَعَج ُ َّللَّا ُياَخَأ َتْحَت ِيِدَي ًُْمِعْطُيْلَف اَّمِم ُلُكْأَي ًُْسِبْلُيْل ََ اَّمِم ُسَبْلَي

َلَ ََ ًُُفِّلَكُي َهِم ِلَمَعْلا اَم ًُُبِلْغَي ْنِإَف ًَُفَّلَك اَم ًُُبِلْغَي ًُْىِعُيْلَف ًِْيَلَع (ياَر ِراخب لا) ”Para perkerja adalah saudaramu yang dikuasakan Allah kepadamu.

Maka barang siapa mempunyai pekerja hendaklah diberi makanan

57 Imam Supomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja (Perlindungan Buruh), Ja- karta: PT. Pradnya Paramita, 1986, hlm 15.

sebagaimana yang ia makan, diberi pakaian sebagaimana yang ia pakai, dan jangan dipaksa melakukan sesuatu yang ia tidak mampu. Jika terpaksa, ia harus dibantu .” (H R Ahmad).

Hadith ini sangat jelas menyatakan bahwa keamanan buruh berada dalam tanggungan para majikan.