Latar Belakang dan Dasar Hukum

1. Latar Belakang dan Dasar Hukum

Pembangunan di sektor industri dewasa ini banyak menggunakan peralatan yang cenderung terus berkembang seiring perkembangan teknologi, baik jumlah maupun jenisnya. Perkembangan tersebut di satu pihak memberikan kemudahan dalam proses produksi kerja, meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas kerja, tetapi di lain pihak akan menimbulkan resiko bahaya kerja yang lebih besar apabila tidak diimbangi dengan pengenalan dan pemahaman ketentuan dan syarat-syarat keselamatan kerja bagi pengusaha atau pengurus perusahaan dan tenaga kerjanya serta peningkatan kualitas tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang layak untuk dioperasikan. Tetapi Pembangunan di sektor industri dewasa ini banyak menggunakan peralatan yang cenderung terus berkembang seiring perkembangan teknologi, baik jumlah maupun jenisnya. Perkembangan tersebut di satu pihak memberikan kemudahan dalam proses produksi kerja, meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas kerja, tetapi di lain pihak akan menimbulkan resiko bahaya kerja yang lebih besar apabila tidak diimbangi dengan pengenalan dan pemahaman ketentuan dan syarat-syarat keselamatan kerja bagi pengusaha atau pengurus perusahaan dan tenaga kerjanya serta peningkatan kualitas tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang layak untuk dioperasikan. Tetapi

Berdasarkan statistik, kasus kecelakaan yang terjadi di tempat kerja relatif tinggi. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya pengurus atau pengusaha maupun tenaga kerja belum mengenal dan memahami norma-norma K3. Disamping itu kemampuan pegawai pengawas ketenagakerjaan kurang memadai dan minimnya pegawai spesialisasi yang tersebar di seluruh Indonesia serta belum optimalnya pengawasan terhadap peralatan kerja, sikap, lingkungan kerja yang digunakan di perusahaan atau tempat kerja.

Mengingat bahwa resiko bahaya potensial cenderung meningkat, maka perlu adanya upaya pengendalian, pembinaan, penyuluhan, latihan dan kursus sehingga dapat dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan dinamis menuju pencapaian tingkat nihil kecelakaan.

Dalam pembangunan ketenagakerjaan perlu dibina dan dikembangkan perbaikan syarat-syarat kerja serta perlindungan tenaga kerja dalam menuju peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, sesuai dengan Pasal 86 dan Pasal 87 UU No. 13-2003. Sistem manajemen K3 merupakan salah satu upaya untuk pemwujudannya. Dengan memperhatikan banyaknya resiko yang diperoleh perusahaan dewasa ini, maka ditetapkanlah manajemen resiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. Penerapan ini sudah preventif terhadap kecelakaan yang akan terjadi. Manajemen resiko menuntut tidak hanya keterlibatan manajemen saja namun juga komitmen semua pihak terkait.

Peraturan untuk pemwujudan perlindungan melalui SMK3 tertera pada norma-norma di bawah ini:

7 UU No. 1-1970,

7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.05/MEN/1996,

7 Peraturan perundang-undangan lainnya,

7 Standar nasional dan internasional. Sejarah standar internasional di bidang SMK3, dimulai dari Lembaga ISO yang telah mulai merancang sebuah sistem manajemen K3 dengan melakukan pendekatan terhadap sistem manajemen mutu ISO 9000 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14000. K3 merupakan struktur yang bersifat tripartit, yaitu unsur buruh, 7 Standar nasional dan internasional. Sejarah standar internasional di bidang SMK3, dimulai dari Lembaga ISO yang telah mulai merancang sebuah sistem manajemen K3 dengan melakukan pendekatan terhadap sistem manajemen mutu ISO 9000 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14000. K3 merupakan struktur yang bersifat tripartit, yaitu unsur buruh,

Pada April tahun 2001 telah disepakati The ILO Guidelines on OSH Management System (THE ILO/OSH 2001). THE ILO/OSH 201 merupakan model yang unik. Selain dapat disesuaikan dengan sistem manajemen lainnya, tapi tidak ditujukan untuk menggantikan undang-undang di negara bersangkutan, tidak mengikat dan tidak mempersyaratkan sertifikasi. Akan tetapi pada tahun 1999 BSI dengan badan-badan sertifikasi dunia meluncurkan juga sebuah standar sistem manajemen K3 yang diberi nama Occupational Health and Safety Management System .

Tingginya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dewasa ini mengundang perhatian serius ILO dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Permasalahan ini sekaligus menjadi keprihatinan organisasi buruh dan organisasi pengusaha. Permasalahan ini menuntut penerapan SMK3 secara nyata di tempat kerja.

Tingginya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja selalu ada kaitannya dengan rendahnya kesadaran manusia akan pentingnya K3. Selain itu terdapat lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi saat ini diganti menjadi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan SMK3 yang merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan, yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Setiap rangkaian kegiatan dari SMK3 selalu mengacu pada keadaan buruh baik jasmani dan rohani dalam keadaan sehat dan selamat.