Hubungan Kerja Tenaga Kerja Asing Di Indonesia

G. Hubungan Kerja Tenaga Kerja Asing Di Indonesia

Pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis. izin tertulis ini dari menteri atau pejabat yang ditunjuk. Tenaga kerja asing yang dipekerjakan di Indonesia hanya dapat dengan status kontrak, tidak boleh pekerja tetap. Dan jika masa kerjanya habis dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya. Dan pemberi kerja wajib memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir.

Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang memuat keterangan:

alasan penggunaan tenaga kerja asing; jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur

organisasi perusahaan yang bersangkutan; jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing; dan penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping

tenaga kerja asing yang dipekerjakan. Untuk memajukan perindustrian dalam negeri maka pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing.

Adanya pembatasan penggunaan tenaga kerja asing adalah dalam rangka perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan amanah Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945 yakni ”Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaa n”.

Semua ini bertujuan untuk memenuhi hasrat bangsa Indonesia untuk menduduki tempat-tempat yang layak dalam berbagai lapangan kerja yang sampai sekarang kebanyakan masih ditempati oleh orang-orang asing.

Kebanyakan tenaga kerja asing ada di sektor pertambangan, baik minyak gas ataupun ataupun pertambangan mineral lainnya. Chevron, Total, Petrosea, New Mount, Thiess adalah contoh Kebanyakan tenaga kerja asing ada di sektor pertambangan, baik minyak gas ataupun ataupun pertambangan mineral lainnya. Chevron, Total, Petrosea, New Mount, Thiess adalah contoh

Sumber daya alam yang dikelola oleh pemerintah seharusnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena itu jika sumber daya alam Indonesia dikuasai oleh pihak asing dan ditambah dengan banyaknya tenaga kerja asing ilegal dapat dipastikan buruh kita sangat sulit sekali untuk makmur.

Untuk menghindari tenaga kerja asing ilegal perekrutan dan penempatan tenaga kerja asing sebenarnya sudah diatur jelas dalam peraturan perundang-undangan. Dasar hukum tenaga kerja asing diatur mulai dari UUD NRI 1945, undang-undang, dan peraturan pelaksana. Lihat rinciannya sebagai berikut. Dasar hukum tenaga kerja asing antara lain: \ Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945 ”Tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Meskipun tidak mengatur secara khusus namun pasal ini digunakan sebagai dasar untuk memberikan pembatasan penggunaan tenaga asing di Indonesia dalam rangka perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia.

\ Pasal 42-49 UU No. 13-2003 tentang penggunaan tenaga kerja asing. \ Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor Kep. 20/MEN/III/2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

\ Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 229/MEN/2003 tentang Tata Cara Perizinan Dan

Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja. Kenapa setelah ada peraturan yang mengatur begitu bagusnya namun tetap saja ada pelanggaran. Sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini sebanarnya juga sudah cukup tegas. Lihat rinciannya sebagai berikut:

Jenis-jenis pelanggaran dan sanksinya terkait penggunaan tenaga kerja asing menurut UU No. 13-2003 adalah:

Pasal 185

1. Mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa ijin tertulis (pasal

42 ayat 1 dan 2) dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 400.000,00 (empat ratus juta rupiah).

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 merupakan tindak pidana kejahatan Pasal 187

1. Pasal 44 ayat (1), tentang Kewajiban pemberi kerja tenaga kerja asing untuk menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku dan Pasal

45 ayat (1), tentang kewajiban pemberi kerja tenaga kerja asing untuk menunjuk tenaga kerja WNI sebagai tenaga pendamping dan melaksanakan pendidikan dan pelatihannya. dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat 1 merupakan tindak pidana pelanggaran.