HUKUM KETENAGAKERJAAN DAN PERKEMBANGANNY (1)

PENERBIT PERTAMA DENGAN KODE BATANG UNIK

PRAKATA

Di kalangan ilmuwan hukum, menghasilkan karya tanpa memposisikan diri sesuai bidang keilmuannya ibarat berjalan di atas lumpur. Dalam karya ini, kami ingin memberi pembahasan holistik terkait eksistensi Tenaga Kerja Indonesia yang berada di negara lain.

Karya yang bersifat pengantar ini setidaknya mampu melengkapi referensi ilmiah buku hukum ketenagakerjaan lainnya. Sehingga para masyarakatpun memiliki paradigma terhadap apa yang berkorelasi dengan hukum ketenagakerjaan. Apalagi jika kita membaca pasal dramatis yaitu Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Mengutip pepatah Jerman “mit einem lachenden und weinenden auge” – dengan satu mata yang tertawa dan mata yang lain menangis. Seperti itulah yang kami rasakan sebagai penulis. Selamat membaca…

Malang, April 2014

Penulis

SENARAI ISI PRAKATA

SENARAI ISI

ii

BAB I

Ilmu Hukum Dan Filsafat Hukum

BAB II

Filsafat Hukum Perburuhan

BAB III

Teori-Teori Hukum Perburuhan

BAB IV

Hubungan Kerja

BAB V

Peraturan Perusahaan Dan Perjanjian Kerja Bersama

BAB VI

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

BAB VII

Organisasi Buruh

BAB VIII

Perlindungan Buruh Migran 109

BAB IX

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 123

BAB X

Dasar-Dasar Dan Kelembagaan Keselamatan Dan Keseha- tan Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Bab i Ilmu hukum dan filsafat hukum

Sebelum kita berangkat ke filsafat hukum perburuhan, terlebih dahulu kita akan mengupas makna dari hukum.

A. Pengertian Hukum

Menurut pakar hukum, Bellefroid mengatakan bahwa “hukum adalah peraturan yang berlaku di suatu masyarakat, mengatur tata tertib masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat tersebut“. Sementara di dalam Ensiklopedia, “Hukum merupakan rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur

hubungan-hubungan antara anggota masyarakat ”. 1 Menurut pendapat penulis, hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh penguasa yang bersifat mengikat dan memaksa, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, yang bertujuan untuk mengatur tingkah laku manusia agar tercipta ketenteraman.

Ilmu-ilmu yang membantu ilmu hukum yaitu: N Sejarah hukum, salah satu bidang studi hukum yang mempelajari

perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam masyarakat tertentu dan memperbandingkan antar hukum yang berbeda karena dibatasi waktu yang berbeda pula. Sejarah hukum adalah bidang studi tentang bagaimana hukum berkembang dan apa yang menyebabkan perubahannya. Sejarah hukum erat terkait dengan perkembangan peradaban dan ditempatkan dalam konteks yang lebih luas dari sejarah sosial.

N Politik hukum, salah satu bidang studi hukum yang kegiatannya memilih atau menentukan hukum mana yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat.

N Perbandingan hukum, salah satu bidang studi hukum yang mempelajari dan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dua atau lebih sistem hukum antar negara maupun dalam negara sendiri.

N Antropologi hukum, salah satu bidang studi hukum yang mempelajari pola-pola sengketa penyelesaiannya dalam masyarakat sederhana

1 http://adampamrahman.blogspot.com.

maupun masyarakat yang sedang mengalami proses modernisasi. N Filsafat hukum, salah satu cabang filsafat yang mempelajari hakikat dari hukum, objek dari filsafat hukum adalah hukum yang dikaji secara mendalam.

N Sosiologi hukum, salah satu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris mempelajari hubungan timbal balik antara hukum

dengan gejala sosial lainnya. N Psikologi hukum, salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan jiwa manusia. Ilmu hukum positif, ilmu yang mempelajari hukum sebagai suatu kenyataan yang hidup berlaku pada waktu sekarang. 2

B. Tata Hukum Di Indonesia

Tata hukum di Indonesia meliputi:

1. Sistem Hukum

Macam-macam sistem hukum: o Sistem hukum Eropa Kontinental, o Sistem hukum Anglo Saxon, o Sistem hukum adat.

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa Kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).

Hukum agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-

budaya yang ada di wilayah Nusantara. 3

2 http://pengantarhukum.indonetwork.co.id/. 3 http://www.efendilaw.com/index.php/guest/cdn/articleDetail/35.

2. Hukum Tata Negara di Indonesia

* Hukum perdata Indonesia, * Hukum pidana Indonesia, * Hukum tata negara Indonesia, * Hukum dagang, * Hukum agraria, * Hukum pajak, * Hukum acara pengadilan, * Hukum administrasi negara, * Hukum adat, * Hukum Islam.

C. Klasifikasi Hukum 4

1. Berdasarkan Sifatnya

E Utrecht dalam buku fenomenaln ya berjudul “Pengantar Hukum Indonesia ” (1953) telah membuat suatu batasan. Utrecht memberikan batasan hukum bahwa hukum itu adalah himpunan peratura-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata-tertib suatu masyarakat dan karena harus ditaati oleh masyarakat itu. Akan tetapi tidaklah semua orang mau mentaati kaidah-kaidah hukum itu, maka peraturan kemasyarakatan itu harus dilengkapi dengan unsur memaksa.

Dengan demikian hukum itu mempunyai sifat mengatur dan memaksa.

peraturan-peraturan hidup masyarakat yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata tertib dalam masyarakat serta memberi sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh mentaatinya.

Hukum

merupakan

2. Berdasarkan Fungsinya

Fungsi hukum ialah untuk mengatur, sebagai petugas, serta sebagai sarana untuk menciptakan dan memelihara ketertiban. Yang akan diatur oleh hukum ialah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat, adanya sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas, bersifat memaksa, dan peraturan

4 http://hukum-on.blogspot.com/2013/01/Pengantar-Hukum-Indonesia.html.

hukum diadakan oleh badan-badan resmi. Hukum yang diciptakan penguasa memiliki tiga tujuan yang hendak dicapai.

Untuk menjelaskan tujuan ini terdapat 3 (tiga) teori yang menjelaskan tentang tujuan hukum yaitu teori etis (tujuan hukum untuk mencapai keadilan), teori utilitas (tujuan hukum untuk mencapai kebahagiaan manusia), teori campuran (tujuan hukum untuk mencapai ketertiban (yang utama) dan keadilan yang berbeda- beda isinya dan ukurannya menurut masyarakat dan zaman. Sedangkan tujuan hukum Negara Republik Indonesia menurut hukum positif tertuang dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

dan untuk

memajukan

Tujuan hukum intinya menghendaki adanya keseimbangan, kepentingan, keadilan, ketertiban, ketenteraman dan kebahagiaan setiap insan manusia, maka dari hal tersebut dapat diketahui apa sebenarnya fungsi dari hukum itu sendiri.

Secara umum fungsi hukum dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, yaitu:

þ Alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. þ Sarana mewujudkan keadilan sosial. þ Alat penggerak pembangunan nasional. þ Alat kritik. þ Sarana penyelesaian sengketa atau perselisihan.

3. Berdasarkan Isinya

Hukum berdasarkan isinya adanya hukum privat dan hukum publik. Pengertian dari masing-masing tersebut ialah hukum privat. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subjek hukum dan hubungan antara subjek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil. Hukum privat ialah termasuk hukum pribadi, hukum keluarga, hukum kekayaan dan hukum waris, contohnya seperti seseorang melakukan perjanjian jual beli. Sedangkan hukum publik ialah Hukum berdasarkan isinya adanya hukum privat dan hukum publik. Pengertian dari masing-masing tersebut ialah hukum privat. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subjek hukum dan hubungan antara subjek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil. Hukum privat ialah termasuk hukum pribadi, hukum keluarga, hukum kekayaan dan hukum waris, contohnya seperti seseorang melakukan perjanjian jual beli. Sedangkan hukum publik ialah

4. Berdasarkan Waktu Berlakunya

Hukum berdasarkan waktu berlakunya berdasarkan hukum positif atau tata hukum dengan nama asing disebut ius constitutum sebagai lawan kata dari pada ius constituendum yakni perbuatan hukum yang berdampak positif bagi masyarakat, seperti seseorang memliki keinginan untuk mencuri atau merampok, tetapi seseorang tersebut tidak jadi mencuri atau merampok karena mengetahui adanya hukuman atau sanksi bagi yang melakukan perbuatan tersebut. Berikut sebaliknya ius constituendum yakni hukum negatif ialah seseorang tersebut telah mengerti adanya hukuman atau sanksi bagi pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan-kejahatan tersebut tetapi seseorang tersebut seakan tidak mempedulikan hal tersebut, seperti korupsi. Serta hukum antar waktu yakni hukum yang mengatur suatu peristiwa yang menyangkut hukum yang berlaku pada masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.

5. Berdasarkan Bentuknya

Menurut bentuknya, hukum itu dapat dibedakan antara:

a. Hukum tertulis

Hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan suatu negara, contohnya: Ω UUD NRI 1945, Ω Peraturan pemerintah, Ω Peraturan presiden, Ω Peraturan daerah.

Mengenai hukum tertulis, ada yang telah dikodifikasikan, dan yang belum dikodifikasikan. Secara etimologis, kodifikasi ialah pembukaan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. Unsur kodifikasi ialah jenis hukum tertentu (misalnya hukum perdata), sistematis, lengkap. Sedangkan Mengenai hukum tertulis, ada yang telah dikodifikasikan, dan yang belum dikodifikasikan. Secara etimologis, kodifikasi ialah pembukaan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. Unsur kodifikasi ialah jenis hukum tertentu (misalnya hukum perdata), sistematis, lengkap. Sedangkan

b. Hukum tidak tertulis

Hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan (disebut juga hukum kebiasaan), disebut hukum adat ( adat law).

Perhatian dari luar terhadap hukum adat, bangsa Indonesia tidak lepas dari kontak dengan bengsa- bangsa lain. Istilah “hukum ada t” adalah terjemahan dari perkataan Belanda “adat recht”.

I stilah “adat recht” ini ialah untuk pertama kali dipakai dan merupakan ciptaan Snouck Hurgronje kemudian dipakai oleh pengarang-pengarang lain. Tetapi kesemuanya ini memakainya masih secara sambil lalu dan hanya untuk hukum Indonesia asli, terlepas dan akibat pengaruh-pengaruh dari luar, seperti pengaruh agama.

6. Berdasarkan Waktu Berlakunya

 Hukum nasional Hukum yang berlaku dinegara yang bersangkutan, misalnya hukum nasional Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menempatkan UUD NRI 1945 sebagai hukum positif tertinggi.

 Hukum internasional Hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum yang terjadi dalam, pergaulan internasional.

 Hukum asing Hukum yang berlaku dinegara lain, misalnya bagi bangsa Indonesia adalah hukum yang berlaku di Malaysia, Amerika Serikat, Australia.

 Hukum gereja Hukum yang ditetapkan oleh gereja (seperti Kitab Hukum Kanonik) dan diperlakukan terhadap para jemaatnya.

D. Sumber-Sumber Hukum Di Indonesia

Sumber hukum adalah merupakan tempat diketemukannya hukum. Sumber hukum juga dapat diartikan segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan bersifat memaksa, yaitu apabila dilanggar akan mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata.

Sumber hukum dapat dilihat dari 2 (dua) segi yaitu segi

materiil dan segi formil. 5

1. Sumber hukum materiil Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi kaidah hukum, dan terdiri atas:

a Perasaan hukum seseorang atau pendapat umum,

a Agama,

a Kebiasaan,

a Politik hukum dari pemerintah. Sumber hukum materiil yaitu tempat materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.

2. Sumber hukum formil Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu berlaku. Sumber hukum formil antara lain:

h Undang-undang (statute) Suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara.

h Kebiasaan (custom) Perbuatan manusia yang terus dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum.

h Keputusan hakim (yurisprudensi) Peraturan pokok yang pertama pada zaman Hindia Belanda dahulu adalah Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia yang

5 http://herutrijayanto.blogspot.com/2012/01/sumber-hukum.html.

disingkat A.B. (ketentuan-ketentuan umum tentang peraturan perundangan untuk Indonesia).

h Traktat (treaty) Apabila dua orang mengadakan kata sepakat (konsensus) tentang sesuatu hal maka mereka itu lalu mengadakan perjanjian. Akibat dari perjanjian itu adalah kedua belah pihak terikat pada isi dari perjanjian yang disepakatinya.

h Pendapat sarjana hukum (doktrin) Pendapat para sarjana hukum yang ternama juga mempunyai kekuasaan dan berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh hakim. Dalam yurisprudensi terlihat bahwa hakim sering berpegang pada pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.

E. Fungsi Dan Tujuan Hukum

Dimana ada masyarakat di sana ada hukum (ubi societas ibi ius) . Hukum ada pada setiap masyarakat, kapan pun, di manapun, dan bagaimanapun keadaan masyarakat tersebut. Artinya eksistensi hukum bersifat sangat universal, terlepas dari keadaan hukum itu sendiri sangat dipengaruhi oleh corak dan warna masyarakatnya (hukum juga memiliki sifat khas, tergantung dengan perkembangan

dan perubahan yang terjadi dalam sebuah komunitas). 6 Dalam sejarah pemikiran ilmu hukum, terdapat 2 (dua) paham mengenai fungsi dan peran hukum dalam masyarakat: Pertama, mengatakan bahwa fungsi hukum adalah mengikuti dan mengabsahkan (justifikasi) perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, artinya hukum sebagai sarana pengendali sosial. Maka yang tampak, hukum bertugas mempertahankan ketertiban atau pola kehidupan yang ada. Paham ini dipelopori ahli hukum mazhab sejarah dan kebudayaan dari Jerman yang diintrodusir oleh Friedrich Carl von Savigny (1799-1861).

Kedua, menyatakan hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Paham ini dipelopori oleh ahli hukum dari Inggris, Jeremy Bentham (1748- 1852), untuk kemudian dipopulerkan oleh hakim Amerika Serikat dengan konsepsi “hukum (harus juga) berfungsi sebagai sarana

6 http://www.pustakasekolah.com/fungsi-dan-tujuan-hukum.html.

untuk mengadakan perubahan masyarakat” (law as a tool of social engineering) .

Dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana pengendali dan perubahan sosial, hukum memiliki tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, damai, adil yang ditunjang dengan kepastian hukum sehingga kepentingan individu dan masyarakat dapat terlindungi. Dalam beberapa literatur ilmu hukum para sarjana hukum telah merumuskan tujuan hukum dari berbagai sudut

pandang, dan paling tidak ada 3 (tiga) teori: 7

j Teori etis

Teori etis pertama kali dikemukakan oleh filsuf Yunani, Aristoteles, dalam karyanya ethica dan Rhetorika, yang menyatakan bahwa hukum memiliki tujuan suci memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Menurut teori ini hukum semata-mata bertujuan demi keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan etis kita mana yang adil dan mana yang tidak. Artinya hukum menurut teori ini bertujuan mewujudkan keadilan.

Mengenai isi keadilan, Aristoteles membedakan adanya 2 (dua) macam keadilan yaitu justitia distributive (keadilan distributif) dan justitia commulative (keadilan kumulatif). Keadilan distributif adalah suatu keadilan yang memberikan kepada setiap orang berdasarkan jasa atau haknya masing-masing. Makna keadilan bukanlah persamaan melainkan perbandingan secara proporsional. Adapun keadilan kumulatif adalah keadilan yang diberikan kepada setiap orang berdasarkan kesamaan. Keadilan terwujud ketika setiap orang diperlakukan sama.

j Teori utilitis

Menurut teori ini, hukum bertujuan untuk menghasilkan kemanfaatan yang sebesar-besarnya pada manusia dalam mewujudkan kesenangan dan kebahagiaan. Penganut teori ini adalah Jeremy Bentham dalam bukunya “Introduction to the Morals and L egislation”. Pendapat ini dititikberatkan pada hal-hal yang berfaedah bagi orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan aspek keadilan.

7 http://www.pustakasekolah.com/fungsi-dan-tujuan-hukum.html.

j Teori campuran

Menurut Van Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil. Mochtar Kusumaatmadja menjelaskan bahwa kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya masyarakat yang teratur dan damai. Dan untuk mewujudkan kedamaian masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain, dan setiap orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya. Dengan demikian pendapat ini dikatakan sebagai jalan tengah antara teori etis dan utilitis.

F. Hubungan Hukum Dengan Filsafat Hukum

Filsafat hukum adalah filsafat yang objeknya khusus hukum. Pokok kajian filsafat hukum terbagi menjadi:

d Ontologi hukum yaitu ilmu tentang segala sesuatu (merefleksi hakikat hukum dan konsep-konsep fundamental dalam hukum, seperti konsep

demokrasi, hubungan hukum dan kekuasaan, hubungan hukum dan moral).

d Aksiologi hukum yaitu ilmu tentang nilai (merefleksi isi dan nilai- nilai yang termuat dalam hukum seperti kelayakan, persamaan,

keadilan, kebebasan, kebenaran).

d Ideologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang mengangkut cita manusia (merefleksi wawasan manusia dan masyarakat yang melandasi dan melegitimasi kaidah hukum, pranata hukum, sistem hukum dan bagian-bagian dari sistem hukum).

d Teleologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita hukum itu sendiri (merefleksi makna dan tujuan hukum).

d Epistemologi yaitu ilmu tentang pengetahuan hukum (merefleksi sejauh mana pengetahuan tentang hakikat hukum dan masalah- masalah fundamental dalam filsafat hukum mungkin dijalankan akal budi manusia).

d Logika hukum yaitu ilmu tentang berpikir benar atau kebenaran berpikir (merefleksi atran-aturan berpikir yuridik dan argumentasi yuridik, bangunan logikal serta struktur sistem hukum).

Ajaran hukum umum dimana yurisprudens adalah ilmu yang mempelajari pengertian dan sistem hukum secara mendalam.

Pokok kajian yurisprudens yaitu terbagi menjadi: Logika hukum, Ontologi hukum (penelitian tentang hakikat dari hukum), Epistemologi hukum (ajaran pengetahuan), Aksiologi (penentuan isi dan nilai).

BAB II FILSAFAT HUKUM PERBURUHAN

A. Latar Belakang Filsafat Hukum Perburuhan

Ilmu hukum meliputi tiga bagian,yaitu dogmatis hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. Yang termasuk dalam dogmatis hukum adalah hukum tertulis, kaidah-kaidah hukum, pengetahuan tentang hukum, teori hukum adalah membuat jelas apa yang ada di tahapan dogmatis hukum.

Filsafat hukum sendiri adalah induk dari disiplin ilmu yuridik, karena filsafat hukum membahas masalah yang paling fundamental yang timbul dari hukum. Masalah fundamnetal tersebut itu seperti hakikat hukum, tentang dasar mengikat dari hukum, fungsi hukum, tujuan hukum. Penting halnya kita memahami filsafat dalam membahas hukum perburuhan, karena filsafat hukum akan membantu penyelesaian masalah-masalah hukum yang belum mampu dijawab oleh peraturan perundang-undangan.

Dalam filsafat hukum untuk mempermudah penerapan dan pemahamannya maka filsafat hukum dibedakan dalam berbagai

wilayah bagian, di antara lainnya adalah: 8

æ Aksiologi hukum adalah penetapan isi nilai, seperti keadilan, kepatutan, persamaan, kebebasan.

æ Teologi hukum adalah menetukan makna dan tujuan dari hukum. æ Logika hukum adalah cara berpikir yang benar dalam melakukan

penelitian tentang kaidah-kaidah yuridik dan argumentasi yuridik. Ditinjau dari filsafat hukum, pada hakikatnya permasalahan hukum perburuhan tidak terlepas dari masalah keserasian nilai –nilai yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai itu meliputi menghargai, menghormati, gotong royong, dan sesuatu yang di anggap baik lainnya dalam masyarakat.

Permasalahan hukum ketenagakerjaan berkutat pada lemahnya implementasi perlindungan terhadap posisi buruh yang lemah. Berkaitan dengan perlindungan hukum untuk pekerja, Suliati

8 http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/filsafat-hukum/.

Rachmat mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia. 9 Frase “segenap bangsa Indonesia” berarti mencakup pula pekerja. Selanjutnya Suliati Rachmat mengatakan bahwa perlindungan hukum pekerja, baik dengan maupun tanpa bantuan organisasi pekerja, melalui peraturan-peraturan dan tindakan- tindakan yang bertujuan melindungi pihak yang lemah, menempatkan pekerja pada kedudukan yang layak sebagai manusia. Analog dengan hal ini, maka perlindungan hukum dapat diwujudkan dengan membentuk suatu peraturan yang melindungi hak pekerja.

Filsafat hukum adalah induk dari disiplin yuridik, karena filsafat hukum membahas masalah-masalah yang paling fundamental yang timbul dalam hukum. Oleh karena itu orang mengatakan juga bahwa filsafat hukum berkenaan dengan masalah-masalah sedemikian fundamental sehingga bagi manusia tidak terpecahkan, karena masalah-masalah itu akan melampaui kemampuan berpikir manusia. Pelaksanaan hukum ditentukan dari nama dan isi aturan hukum itu sendiri berdasar sudut kefilsafatan.

Hal itu merupakan alasan paling penting mengapa karena masyarakat akan menerima hukum. Jika masyarakat menerima hukum, maka mereka juga akan berperilaku mematuhi hukum. Hal itu sekaligus akan membawa akibat bagi para pejabat hukum dimungkinkan untuk melaksanakan dan menegakkannya. Jadi bisa dilihat bahwa hukum membawa hukum itu sendiri dari aspek sistematika. Pada dasarnya hukum merupakan suatu sistem

konseptual aturan hukum dan putusan hukum. 10

Penetapan tujuan filsuf hukum adalah murni teoretikal. Pandangan-pandangan filsuf berkaitan erat dengan nilai-nilai, yang ada pada landasan kaidah hukum. Dilihat dari wilayah Aksiologi hukum adalah penetapan isi nilai, seperti keadilan, kepatutan, persamaan dan kebebasan dapat juga digunakan untuk memberikan dasar pembentukan hukum perburuhan, antara lain:

9 Suliati Rachmat, Upaya Peningkatan Perlindungan Hukum Wanita Pekerja di Perusahaan Industri Swasta , Disertasi, Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996, hlm 10.

10 http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/11/hukum-ketenagakerjaan-efekt- ifikas peraturan perusahaan.htm.

+ Kemajuan yang dicapai perusahaan sedapat mungkin harus dinikmati oleh buruh dan pengusaha secara adil. Adil disini adalah diharapkan kemajuan yang dicapai perusahaan dapat dinikmati bersama antara

buruh dan pengusaha secara proporsional. Penekanan pada nilai keuntungan dan melupakan pekerja akan memperlihatkan sifat materialistis pengusaha. Hal ini tidak dibenarkan karena menciderai nilai keadilan.

+ Dalam hubungan industrial nilai kebebasan akan mendukung terciptanya keadilan. Dengan adanya kebebasan buruh tidak akan terkekang dan pastinya akan tercipta industrial harmoni di dalam perusahan. Mengutarakan pendapat, kebebasan untuk menentukan pekerjaan itu sanggup dilakukan atau tidak adalah contoh wujud kebebasan dalam ketenagakerjaan.

+ Pelaksanaan hubungan perburuhan harus didasarkan pada nilai persamaan. Maksudnya disini adalah tidak ada diskriminasi. Tidak membeda-bedakan perumpuan dan laki-laki, tua muda, suku, agama. Hal

ini dimaksudkan untuk mencapai titik suatu keadaan dimana tidak ada kemampuan buruh yang tidak terpakai. Demikian pula tidak ada kesempatan yang terisi oleh orang yang sebenarnya tidak mampu. Dalam keadaan demikian, diharapkan hubungan industrial dapat dipertahankan sehingga dapat mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi.

1. Ontologi, Aksiologi, Epistemologi Hukum Perburuhan

Dalam berbagai pemikiran terdapat banyak pengertian tentang filsafat. Secara etimologis filsafat berasal dari kata “philos”

yang artinya love (cinta) dan sophia artinya wisdom (kebijaksanaan- kearifan). Jadi filsafat dapat diartikan cinta secara mendalam terhadap kebijaksanaan, cinta akan kearifan. Menurut Henderson filsafat dapat berarti sebagai pendirian hidup, sebagai pandangan hidup. Misalnya falsafah Pancasila merupakan pandangan atau

pendirian hidup bagi bangsa Indonesia. 11

A Leighton mendefinisikan filsafat sebagai “a world-view, or rasoned conception of the whole cosmos, and a life view, or doctrine of values, meanings, and purpose of human life”. Dari definisi ini pengertian filsafat adalah sistem atau sistematika filsafat yaitu metafisika, etika

11 B Arief Sidharta, Posisi Ilmu Hukum dalam Klasifikasi Ilmu, makalah tanpa tahun, hlm 7.

dan logika yang atinya secara berturut adalah teori tentang kosmologi dan ontologi.

Theodore Brameld dalam bukunya menyatakan salah satu definisi filsafat adalah “the discipline conserred with the formulation of procise meaning” dimana menimbulkan kemungkinan salah satu istilah yang sama diartikan berbeda dan sebaliknya.

Webster mendefinisikan filsafat itu sebagai “love of wisdom” dan sebagai “ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta, dan prinsip- prinsip kenyataan hakikat dan kelakuan manusia”.

Definisi filsafat menurut beberapa ilmuwan antara lain: 12 / Plato (427 SM-347 SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).

/ Aristoteles (384 SM-322 SM) mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

/ C Marcus Tullius Cicero (106 SM-43 SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

/ Al-Farabi (meninggal 950 M), filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

/ Immanuel Kant (1724-1804), yang sering disebut raksasa pikir barat, mengatakan filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu ”apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)”, “apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)” hingga “dimanakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)”.

/ Fuad Hasan, guru besar psikologi Universitas Indonesia menyimpulkan filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal,

artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang

12 Lili Rasjidi dan I B Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993, hlm 24.

radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan- kesimpulan yang universal.

/ H Hasbullah Bakry merumuskan ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

2. Filsafat Hukum Menurut para Ahli

a. Menurut Soetikno

Soetikno adalah ahli hukum yang memberikan pernyataan hukum yang berkaitan dengan filsafat hukum. Agar lebih jelas sebelum membahas filsafat hukum kita harus tahu filsafat hukum itu sendiri. Filsafat hukum menurut Soetikno adalah mencari hakikat dari

hukum sebagai pertimbangan nilai, dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat (dasar-dasar) sampai pada dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari hukum.

hukum, menyelidiki

kaidah-kaidah

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU No. 13-2003), ada beberapa norma hukum yang tidak sesuai dengan apa yang diingini masyarakat. Misal, adanya pengaturan tentang ”outshourching”. Pasal ini menambah mimpi buruk buruh, karena dalam kenyataannya sampai matipun buruh tidak akan berkembang dengan adanya sistem itu. Pertimbangan-pertimbangan nilai mana yang dipakai, seharusnya buruh mendapatkan perhatian serius. Karena mereka adalah aset negara.

Negara akan maju bila para pekerja atau buruhnya juga maju. Kemajuan dari buruh disini dapat dilihat dari buruh itu memiliki sumber daya manusia yang baik, sehat, memiliki waktu untuk keluarganya, dan memiliki perekonomian yang baik.

Hal ini dapat diperjelas dengan teori hukum Friedman (lahir dari aliran utilistis). Tujuan hukum dan wujud keadilan adalah untuk mewujudkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sebanyak- banyaknya orang. Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan Hal ini dapat diperjelas dengan teori hukum Friedman (lahir dari aliran utilistis). Tujuan hukum dan wujud keadilan adalah untuk mewujudkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sebanyak- banyaknya orang. Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan

Tujuan hukum perundang-undangan menurut Jeremy Bentham adalah untuk menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat. Untuk itu peraturan perundang-undangan harus berusaha mencapai

4 (empat) tujuan, yaitu: ' to provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup). ' to provide abundance (untuk memberikan makanan yang berlimpah). ' to provide security (untuk memberikan perlindungan). ' to attain equality (untuk mencapai persamaan).

Jadi, peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hukum perburuhan harus mampu memberikan kesejahteraan untuk buruh, memberikan perlindungan dan mensejajarkan posisi buruh dan pengusaha. Apa yang harus dilakukan pemerintah sekarang, tidak lain adalah memberikan sebuah keadilan bagi seluruh buruh dan memberikan kemanfaatan-kemanfaatan dalam bentuk norma dam implementasinya agar tercapai kesejahteraan bagi buruh.

b. Menurut Satjipto Rahardjo

Filsafat hukum menrut Satjipto Rahardjo adalah mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum. Pertanyaan tentang hakikat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum. Misal, di dalam hukum perburuhan pancasila adalah sebagai falsafah bangsa, sila mana yang dijadikan acuan hukum perburuhan. Contoh lainnya pertanyaan fundamental tentang hukum perburuhan adalah setiap peraturan harus dibukukan dan diatur terlebih dahulu agar tercipta sebuah kepastian hukum maka hukum ketenagakerjaan harus diatur secara implisit dalam setiap ruang lingkupnya. Atas dasar yang demikian itu maka filsafat hukum bisa menggarap semua bahan hukum.

Menurut penulis berfilsafat hukum sebenarnya merupakan kegiatan berpikir yang dilakukan secara mendalam dan terus menerus untuk menemukan dan merumuskan hakikat, sifat dan substansi hukum yang ideal.

Filsafat hukum merupakan kegiatan yang tidak pernah berakhir, karena mencoba memberikan jawaban pada pertanyaan- pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu pengetahuan.

c. Menurut M Van Hoecke

Filsafat Hukum adalah filsafat umum yang diterapkan pada gejala-gejala hukum (Wat Is Rechtsteorie, 1982: 83-87). Dalam filsafat dibahas pertanyaan-pertanyaan terdalam berkenaan makna, landasan, struktur, dan sejenisnya dari kenyataan.

Dalam filsafat hukum juga dibedakan berbagai wilayah bagian antara lain: \ Ontologi hukum: penelitian tentang hakikat hukum dan hubungan

antara hukum dan moral; \ Aksiologi hukum: penetapan isi nilai-nilai, seperti keadilan, kepatutan, persamaan, kebebasan; \ Ideologi hukum: pengejawantahan wawasan menyeluruh tentang

manusia dan masyarakat; \ Epistemologi hukum: penelitian terhadap pertanyaan sejauh mana

pengetahuan tentang “hakikat” hukum dimungkinkan; \ Teologi hukum: menentukan makna dan tujuan dari hukum; \ Teori-ilmu dari hukum: filsafat sebagai meta-teori tentang teori hukum

dan sebagai meta-teori dari dogmatika hukum; \ Logika hukum: penelitian tentang kaidah-kaidah berpikir yuridik dan

argumentasi yuridik. Bagian ini sering dipandang sebagai suatu bidang studi tersendiri, yang telah melepaskan diri dari filsafat hukum.

Filsafat hukum perburuhan menurut penulis adalah filsafat hukum yang membahas masalah-masalah perburuhan yang paling fundamental yang timbul dalam waktu sekarang atau yang telah lampau, pemikiran secara menyeluruh dan mendalam secara terus menerus sampai menemukan hakikat hukum perburuhan yang sebenarnya sehingga masalah hukum perburuhan bisa terpecahkan. Dan tujuan dari perenungan itu adalah masyarakat khususnya pekerja, pengusaha dan pemerintah akan menerima hukum sebagai acuan bertindak.

3. Korelasi Perburuhan dengan Pancasila sebagai Falsafah Bangsa

Hubungan industrial Pancasila menurut penulis adalah hubungan antara buruh, pengusaha dan pemerintah yang didasarkan atas nilai-nilai dari keluhuran sila-sila Pancasila. Musyawarah mufakat adalah salah satu nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Oleh karena itu, setiap perselisihan perburuhan harus diupayakan Hubungan industrial Pancasila menurut penulis adalah hubungan antara buruh, pengusaha dan pemerintah yang didasarkan atas nilai-nilai dari keluhuran sila-sila Pancasila. Musyawarah mufakat adalah salah satu nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Oleh karena itu, setiap perselisihan perburuhan harus diupayakan

Untuk mengoperasikan perburuhan pancasila tersebut, telah ditetapkan berbagai sarana untuk mewujudkan industrial harmoni, yaitu: O Peraturan perundang-undangan terkait perburuhan harus dapat

mengakomodasi semua kepentingan pekerja dan pengusaha. Terutama pihak buruh, karena posisi mereka yang lemah sehingga dapat mengurangi terjadinya perselisihan.

O Lembaga bipartit, setiap perselisihan yang terjadi dapat diselesaikan secara musyawarah, penyelesaian secara bipartit adalah langkah yang wajib ditempuh pihak yang bersengketa, sebelum lanjut ke penyelesaian secara mediasi, konsiliasi, arbitrase dan adjudication. Adjudication dalam hal ini adalah Pengadilan Hubungan Industrial. Penyelesaian perselisihan melalui lembaga bipartit berarti penyelesaian yang dilaksanakan melalui dua pihak, yaitu buruh dan pengusaha.

O Peradilan perburuhan melalui peradilan khusus Mahkamah Agung membuat pengadilan hubungan industrial untuk rakyat pencari keadilan terkait perburuhan. Pengadilan hubungan industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.

O Organisasi buruh, serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan hubungan industrial yang sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia telah meratifikasi beberapa konvensi International Labour Organization (ILO). Konvensi yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia antara lain adalah Konvensi Nomor 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi

(Konvensi No. 87-1948). Dan sampai saat ini pemerintah Indonesia sedang mengadakan evaluasi terhadap UU No. 13-2003.

Undang-undang tersebut nantinya harus disesuaikan dengan keinginan masyarakat, sehingga bisa terwujud hubungan industrial Pancasila. Dalam perkembangannya hubungan industrial Pancasila belumlah dapat terlaksana dengan baik, karena masih banyak terjadi perselisihan dan pelanggaran terhadap hak-hak buruh.

4. Hubungan Industrial dalam Islam

Sudah seharusnya buruh diperlakukan secara manusiawi bahkan dianggap seperti anak sendiri. Anak menggantungkan hidupnya pada orang tua dan buruh menggantungkan hidupnya pada pengusaha. korelasi demikian dapat diartikan bahwa anak dan buruh menggantungkan hidupnya pada sesuatu. Oleh karena itu mereka harus diberi hak untuk hidup secara layak. Islam berpandangan bahwa modal tidak dapat menghasilkan laba tanpa adanya seorang buruh.

Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Artinya Islam adalah rahmat bagi sekalian alam juga mengatur tentang hukum perburuhan, misalnya di Surat Al-Baqarah ayat 286 yang mengatur pijakan bagi buruh untuk mendapat hak beristirahat.

Islam mengatur masalah ketenagakerjaan adalah pernyataan Rasulullah SAW tentang bayarlah upah buruhmu sebelum kering keringatnya, dan masih banyak yang lainnya yang akan diuraikan di bawah.

Hubungan buruh dan pengusaha harus syariah yang didasarkan pada rasa hormat terhadap hak-hak pekerja dan pengusaha. Secara umum, prinsip hubungan industrial dalam Islam harus mengakomodasi kepentingan buruh yang meliputi: ¥ Hak mendapatkan pendidikan dan keterampilan sesuai kompetensinya

Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja, sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja untuk meningkatkan produktivitas mereka. Dalam surat al-Mulk ayat 2 Allah SWT berfirman:

”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ”. Ayat ini menyatakan bahwa Allah menciptakan kematian dan

kehidupan adalah untuk menemukan siapa di antara mereka yang lebih baik perbuatannya. Dalam konteks ekonomi, yang lebih baik perbuatannya adalah yang lebih produktif. Nabi juga pernah menyatakan bahwa barang siapa yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin berarti rugi karena tidak ada nilai tambah. ¥ Hak melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya dengan tetap

mendapatkan upah Semua orang adalah sama tidak peduli kaya miskin, majikan buruh, keturunan raja atau rakyat biasa yang membedakannya adalah derajat keimanan dan ketakwaannya dimata Allah SWT saja. Oleh karena itu hak melaksanakan ibadah tidak boleh dihalang- halangi.

Pelaksanaan ibadah bagi seorang buruh sepertinya sudah dijalankan di seluruh perusahaan di Indonesia. Indonesia sebagai negara muslim sangat sensitif jika diusik masalah keimanannya dan ketakwaannya terhadap Allah yang esa. Majikan yang baik adalah majikan yang bersedia mengurangi waktu kerja buruh untuk mengerjakan ibadah. Seperti dalam Hadith Nabi:

”Tidak masuk Surga orang pelit, penipu, pengkhianat, dan orang yang jelek pelayananannya terhadap majikan. Sedangkan orang yang pertama kali mengetuk pintu Surga adalah para buruh yang baik terhadap sesamanya, taat kepada Allah, dan kepada majikannya .” (H R Ahmad). Hadith ini dengan tegas menyatakan bahwa Islam tidak

menyamakan tenaga kerja sebagai mesin. Yang menarik dari hadith nabi ini adalah buruh dituntut memberikan pelayanan yang sebaik- baiknya terhadap majikan. Jika hubungan seperti ini dipertahankan terus maka akan tercipta industrial harmoni.

Selain apa yang disebutkan di atas masih banyak lagi prinsip hubungan industrial dalam Islam yang mengakomodasi kepentingan buruh, seperti hak untuk masuk dan berorganisasi dalam serikat pekerja, mendapatkan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan dalam bekerja, mendapatkan upah yang layak, hak untuk Selain apa yang disebutkan di atas masih banyak lagi prinsip hubungan industrial dalam Islam yang mengakomodasi kepentingan buruh, seperti hak untuk masuk dan berorganisasi dalam serikat pekerja, mendapatkan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan dalam bekerja, mendapatkan upah yang layak, hak untuk

BAB III TEORI-TEORI HUKUM PERBURUHAN

Teori hukum bertujuan untuk menjelaskan kejadian-kejadian dalam bidang hukum dan mencoba untuk memberikan penilaian. Teori hukum dipelajari sudah sejak zaman dahulu oleh para ahli hukum Yunani maupun Romawi dengan membuat berbagai pemikiran tentang hukum sampai kepada akar-akar filsafatnya.

Sebelum abad ke-19, teori hukum merupakan produk sampingan yang terpenting dari filsafat agama, etika, dan politik. Para ahli pikir hukum terbesar pada awalnya adalah ahli-ahli filsafat, ahli-ahli agama, ahli-ahli politik. Perubahan terpenting filsafat hukum dari para pakar filsafat atau ahli politik kepada filsafat hukum dari para ahli hukum barulah terjadi pada akhir-akhir ini yaitu setelah adanya perkembangan yang hebat dalam penelitian, studi teknik dan penelitian hukum. Teori-teori hukum pada zaman dahulu dilandasi oleh teori filsafat dan politik umum, sedangkan teori-teori hukum modern dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri. Perbedaannya terletak dalam metode dan penekanannya. Teori hukum dari ahli hukum modern didasarkan atas keyakinan tertinggi yang ilhamnya datang dari luar bidang hukum itu sendiri.

A. Teori Hukum Menurut Para Pakar

1. St Thomas Aquinas

Teori hukum ini berkembang pada abad pertengahan. Aquinas berpendapat hukum pada dasarnya merupakan cerminan tatanan Ilahi. Legislasi hanya memiliki fungsi untuk mengklarifikasi dan menjelaskan tatanan Ilahi itu. Tugas hakim adalah menegakkan keadilan melalui fungsinya menerapkan hukum dalam kaitan dengan pemberlakuan undang-undang.

Pemikiran Aquinas ini hanya bisa dipahami dalam konteks kosmologi, artinya mengizinkan penalaran rasional selama batas- batas yang ditetapkan oleh wahyu Ilahi, tidak dilanggar. Penerapan hukum positif pada kasus riil, harus dibaca sebagai implementasi hukum Ilahi. Dalam konteks itulah Aquinas membedakan antara hukum yang berasal dari wahyu, dengan hukum yang dijangkau Pemikiran Aquinas ini hanya bisa dipahami dalam konteks kosmologi, artinya mengizinkan penalaran rasional selama batas- batas yang ditetapkan oleh wahyu Ilahi, tidak dilanggar. Penerapan hukum positif pada kasus riil, harus dibaca sebagai implementasi hukum Ilahi. Dalam konteks itulah Aquinas membedakan antara hukum yang berasal dari wahyu, dengan hukum yang dijangkau

2. Hans Kelsen

Teori hukum ini, berkembang pada abad ke-20. Kelsen berpendapat bahwa teori hukum yang murni haruslah bersih dari politik, etika, sosiologi dan sejarah. Menurut Kelsen hukum berurusan dengan bentuk forma, tidak berurusan dengan materia (isi). Sedangkan keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum. Oleh karena itu gagasan-gagasan mengenai keadilan haruslah menjadi tema di dalam politik, tidak di dalam hukum. Ilmu hukum adalah suatu hirarki mengenai hubungan normatif, bukan suatu hubungan sebab akibat. Demikian pula Kalsen hanya berbicara mengenai hukum sebagai yang ada (law is it is), tidak sebagai yang seharusnya ada (law as ought to be). Objek tunggal hukum adalah menentukan apa yang dapat diketahui secara teoritis tentang tiap jenis hukum pada tiap waktu dan dalam tiap keadaan.

Dari uraian di atas, dapat penulis sebutkan dasar-dasar esensial dari teori Kelsen, sebagai berikut:

 Tujuan teori hukum seperti setiap ilmu pengetahuan adalah untuk mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan.

 Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku, bukan mengenai hukum yang seharusnya.  Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif, bukan ilmu alam.

 Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak ada hubungannya dengan daya kerja norma-norma hukum.

 Teori hukum adalah suatu teori tentang cara menata, mengubah isi dengan cara yang khusus.

 Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari hukum positif ialah hubungan apa yang mungkin dengan hukum yang ada.

Dari uraian tersebut, Kelsen menganggap bahwa ada perbedaan antara norma hukum dan norma moral, terutama sekali dilihat dari segi sanksinya. Kelsen dianggap sebagai pencetus teori murni tentang hukum, di samping sebagai pencetus dan berjasa mengembangkan teori jenjang yang dicetuskan oleh Adolf Merkl (1836-1896), yaitu teori yang menganggap susunan hukum berbentuk piramida, di mana hukum yang lebih rendah harus sesuai dengan hukum yang lebih tinggi.

3. H L A Hart

Teori hukum ini menyebutkan antara lain adalah ” that laws are commands of human beings” artinya hukum adalah perintah. Juga

dikatakan “that there is no necessary connection between law and morals or law as it is and law as it ought to be”, artinya tidak ada kebutuhan untuk menghubungkan hukum dengan moral, hukum sebagaimana diundangkan, ditetapkan, positum, harus senantiasa dipisahkan dari hukum yang seharusnya diciptakan, dan yang diinginkan. Selanjutnya Hart berpendapat “that a legal system is a closed logical system in which correct decisions can be deduced from predetermined legal rules by logical means alone”, artinya sistem hukum adalah sistem tertutup yang logis, yang merupakan putusan-putusan yang tepat yang dapat dideduksikan secara logis dari aturan-aturan yang sudah ada sebelumnya.

Sejalan dengan itu teori ini menghendaki, bahwa apapun bunyi pasal yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan sebagai contoh, Pasal 76 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (UU No. 7-1989), yang mengatur tentang proses syikak, harus diwujudkan dalam kenyataan.

4. John Austin

Teori hukum ini menganut aliran positivis dan disebutkan bahwa ”law was the command of sovereign”, artinya hukum adalah perintah pihak yang berdaulat. Ilmu hukum selalu berkaitan dengan hukum positif atau dengan ketentuan-ketentuan lain yang secara Teori hukum ini menganut aliran positivis dan disebutkan bahwa ”law was the command of sovereign”, artinya hukum adalah perintah pihak yang berdaulat. Ilmu hukum selalu berkaitan dengan hukum positif atau dengan ketentuan-ketentuan lain yang secara

Konsep tentang kedaulatan negara mewarnai hampir keseluruhan dari ajaran Austin. Hal mana dapat diikhtisarkan antara lain sebagai berikut:  Kedaulatan yang digunakan dalam ilmu hukum menunjuk pada suatu

atribut negara yang bersifat internal maupun eksternal.  Sifat eksternal dari kedaulatan negara tercermin pada hukum internasional, sedangkan sifat internal kedaulatan negara tercermin pada

hukum positif.

5. Jeremy Bentham