Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Berbasis Hak Asasi Ma- nusia

F. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Berbasis Hak Asasi Ma- nusia

Wujud perlindungan yang diberikan UU No. 39-2004 adalah sebagi berikut: ”Setiap calon TKI/TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perlindungan sebagaimana dimaksud dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan. ”

Apakah perlindungan yang diberikan oleh UU No. 39-2004 dan peraturan pelaksananya, sudah memenuhi perlindungan hak- hak pekerja Migran dan apakah sudah menjamin buruh migran untuk tidak mendapatkan eksploitasi fisik, kekerasan, pelecehan seksual, pemerkosaan dan lain-lain pada saat penempatan kerja di negara tujuan.

Berikut akan diuraikan, bagaimana permasalahan hak asasi manusia itu memang benar terjadi di negara tujuan. Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia di Hong Kong (ATKI-HK) bersatu dengan Buruh Migran Indonesia (BMI) dan kelompok peduli BMI di Indonesia serta negara-negara tujuan lain, menuntut pemerintah Indonesia untuk menghentikan segala bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap BMI dan Keluarganya. ATKI-HK juga mendesak pemerintah Indonesia agar menghentikan sikap pembiaran terhadap BMI di luar negeri dan segera memberikan perlindungan sejati bagi seluruh BMI di manapun berada. Sikap pembiaran atau lepas tanggung jawab tersebut telah berimbas negatif kepada jutaan BMI yang bekerja di luar negeri dan keluarganya di Indonesia. Di Timur Tengah, ratusan terjebak dalam kondisi kerja layaknya perbudakan, ribuan mati dibunuh majikan atau misterius, terancam hukuman gantung, menjadi budak seks dan korban penganiayaan serius dan pelanggaran lainnya.

Di Malaysia terlepas kedekatan bahasa, budaya dan agama, BMI banyak mengalami penganiayaan dan pemerkosaan, diskriminasi upah, tidak diupah dan tidak mendapatkan hak libur, dikontrol tekong dan diikat dengan berbagai kebijakan anti migran pemerintah Malaysia sehingga menyebabkan banyak dari mereka yang terpaksa tidak berdokumen atau ilegal. Di Taiwan, ratusan di penjara tanpa pembelaan karena lari dari majikan jahat atau Di Malaysia terlepas kedekatan bahasa, budaya dan agama, BMI banyak mengalami penganiayaan dan pemerkosaan, diskriminasi upah, tidak diupah dan tidak mendapatkan hak libur, dikontrol tekong dan diikat dengan berbagai kebijakan anti migran pemerintah Malaysia sehingga menyebabkan banyak dari mereka yang terpaksa tidak berdokumen atau ilegal. Di Taiwan, ratusan di penjara tanpa pembelaan karena lari dari majikan jahat atau

mereka selama 15-21 bulan. 54

Berdasarkan pada permasalahan di atas, sesungguhnya diskriminasi upah tidak dibenarkan dalam sebuah negara, Pasal 2 ayat (1) Konvensi Persamaan Upah, 1951, No. 100 menyebutkan:

“Dengan jalan yang sepadan dengan cara yang berlaku untuk menetapkan nilai pengupahan, tiap-tiap anggota harus memajukan dan sesuai dengan cara itu, menjamin pelaksanaan asas pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya untuk semua buruh”. Pasal 2 ayat (1) Konvensi Persamaan Upah, 1951, No. 100

menjelaskan bahwa setiap anggota PBB menjamin pelaksanaan asas pengupahan yang sama bagi semua buruh tanpa membedakan laki- laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya untuk semua buruh. Pekerjaan yang sama nilainya, misalnya TKI yang bekerja di Malaysia bekerja sebagai penata laksana rumah tangga atau perawat jompo digaji Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) maka warga malaysia yang bekerja sebagai penata laksana rumah tangga atau perawat jompo di Malaysia harus digaji Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) juga.

Di dalam Pasal 9 huruf (c) UU No. 39-2004, disebutkan bahwa TKI berkewajiban membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Terkait biaya penempatan TKI di Taiwan belum ada peraturan menteri yang mengaturnya, tetapi kita dapat melihat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-258/MEN/VI/2007 tentang Biaya Penempatan Dan Perlindungan Calon Tenaga Kerja Indonesia Negara Tujuan Republik Korea sebagai acuan biaya penempatan TKI yang wajib ditanggung TKI.

Biaya penempatan total adalah Rp 2.355.000,- (dua juta tiga ratus lima puluh lima ribu rupiah). Biaya penempatan tersebut belum termasuk tiket pemberangkatan. Biaya tiket pemberangkatan Taiwan kurang lebih pada hari normal adalah Rp 3.813.700,- (tiga juta delapan ratus tiga belas ribu tujuh ratus rupiah) dan biaya pulang ke negara asal adalah Rp 4.125.900,- (empat juta seratus dua puluh lima

54 https://www.voa-islamcom/bentuk-pelanggaran-ham-terhadap-tki, diakses pada

29 Desember 2012.

ribu sembilan ratus rupiah). 55 Jadi, total keseluruhan biaya penempatan kurang lebih adalah Rp 10.294.600,- (sepuluh juta dua ratus sembilan puluh empat ribu enam ratus rupiah).

Dimanakah implementasi pemerintah terhadap Pancasila yang salah satunya berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” apakah para tenaga kerja Indonesia tidak termasuk warga Indonesia? Atau pemerintah hanya memandang sebelah mata pada para TKI.

Seharusnya hakikat hak asasi manusia yang sebenarnya hak asasi manusia lahir sejak manusia sadar akan hak yang dimilikinya dan kedudukannya sebagai subjek hukum. Akan tetapi hak asasi manusia baru mendapat perhatian penyelidikan ilmu pengetahuan, sejak hak asasi manusia mulai berkembang dan mulai diperjuangkan terhadap serangan atau bahaya, yang timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh bentukan masyarakat yang dinamakan negara. Dalam negara modern, hak asasi manusia diatur dan dilindungi dalam hukum positif. Kenapa hak asasi manusia perlu dilindungi? Kuntjoro mengemukakan dalam bukunya, “Kekuasaan negara itu seolah-olah oleh manusia pribadi (individu) lambat-laun dirasakan sebagai suatu lawanan, karena di mana kekuasaan negara itu berkembang, terpaksalah ia memasuki lingkungan hak asasi manusia pribadi dan berkuranglah pula luas batas hak-hak yang dimiliki individu itu. Dan disini timbullah persengketaan pokok antara dua kekuasaan itu secara prinsip, yaitu kekuasaan manusia yang berujud dalam hak- hak dasar beserta kebebasan-kebebasan asasi yang selama itu dimilikinya dengan leluasa, dan kekuasaan yang melekat pada organisasai baru dalam bentuk masyarakat yang merupakan Negara tadi.” Oleh karena itu seharusnya para TKI juga memiliki hak asasi manusia yang sama sebagaimana yang lainnya, dan harus diperlakukan sebagai manusia seperti biasanya. Karena para TKI juga manusia merdeka yang dapat menikmati hak asasi manusia,

karena para TKI bukan hamba sahaya atau budak. 56

55 http://www.skyscanner.co.id/html, diakses pada 28 Desember 2012. 56 http://pemahamantentanghakasasimanusia.blogspot.com, diakses pada 28 Dese- mber 2012.

bab ix keselamatan dan kesehatan kerja )