Kelembagaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

C. Kelembagaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Kelembagaan K3 adalah sebuah organisasi independen non pemerintah yang bergerak di bidang penegelolaan keselamatan dan kesehatan kerja. Organisai ini terbentuk karena adanya amanat dari Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 1-1970 dengan peraturan pelaksanaannya yaitu:

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.125/Men/1984 tentang pembentukan, susunan dan tata kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), Dewan Keselamatan Kerja Wilayah (DK3W), dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan Kerja (P2K3) serta tata cara penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja (ahli K3).

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1995 tentang perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja (PJK3). Organisasi kelembagaan K3 pada saat ini adalah P2K3, DK3N, dan PJK3.

P2K3 adalah suatu lembaga yang dibentuk di perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari pengusaha dan pekerja.

Tugas P2K3 adalah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus perusahaan mengenai masalah K3 di tempat kerja. Fungsi P2K3 antara lain:

a. Menghimpun dan mengolah data tentang K3.

b. Membantu dan menjelaskan pada pekerja:

5 kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya juga nermis yang timbul di tempat kerja,

5 semua pengamanan dan alat-alat perlindungan ditempatkan pada tempatnya,

5 alat pelindung diri bagi tenaga kerja dan tamu perusahaan,

5 cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya,

5 memperhatikan ergonomi dan standar operasi yang ditetapkan oleh perusahaan.

c. Membantu pengusaha dan pengurus dalam:

5 mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja,

5 melakukan koreksi terhadap setiap tindakan,

5 senantiasa mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3,

5 mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat hubungan kerja serta langkah-langkah yang diperlukan sebagai

tindakan lebih lanjut,

5 mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dan ergonomi.

Untuk mewujudkan industrial harmoni kaitannya dengan K3 maka harus dibentuk P2K3 guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja. Di dalam praktik perwujudan untuk menyamakan persepsi tentang K3 sangat sulit. Maka P2K3 ini wajib dibentuk. Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya diatur dalam Keputusan Menetri Tenaga Kerja No. Kep. 125/Men/1984.

DK3N adalah suatu lembaga yang dibentuk untuk membantu memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri tentang usaha- usaha K3. Tugas DK3N adalah memberikan saran-saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada menteri tentang masalah di bidang K3 dan membantu pembinaan K3 secara nasional.

Fungsi DK3N adalah menghimpun dan mengolah segala data dan/atau permasalahan K3 di tingkat nasional serta membantu Fungsi DK3N adalah menghimpun dan mengolah segala data dan/atau permasalahan K3 di tingkat nasional serta membantu

PJK3 adalah suatu lembaga usaha berdasarkan surat keputusan penunjukan dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bergerak di bidang jasa, K3 dengan mempunyai ahli K3 dibidangnya.

Salah satu PJK3 yang ada di Indonesia adalah PJK3 Alkon, perusahaan jasa ini sebetulnya dari sudut ekonomi hanya untuk mencari keuntungan semata namun dalam praktiknya PJK3 peranannya cukup besar unutk membangun K3 di negeri ini.

Tugas PJK3 adalah membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku. Fungsi PJK3 adalah untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah K3 mulai dari tahap konsultasi, fabrikasi, pemeliharaan, reparasi, penelitian, pemeriksaan, pengujian, audit K3, dan pembinaan K3.

Menurut hemat peneliti perusahaan PJK3 merupakan peluang bisnis yang ada di Indonesia saat ini. Karena perusahaan jasa ini mulai jadi jujukan perusahaan-perusahaan baik asing maupun dalam negeri untuk upaya pengembangan K3 di perusahaan mereka. Berhubung kurangnya ahli K3 di Indonesia maka perkembangan perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja sedikit terhambat.