1. Kebutuhan akan prestasi need for achievement = n Ach Kebutuhan akan prestasi n Ach merupakan daya penggerak
yang memotivasi semangat kerja seseorang. Karena itu, n Ach akan mendorong seseorang untuk mengembangkan
kreativitas dan mengerahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang
maksimal.
Pegawai
akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk itu diberikan kesempatan.
2. Kebutuhan akan afiliasi need for affiliation = n Af Kebutuhan akan Afiliasi n Af menjadi daya penggerak yang
akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Oleh karena itu, n Af ini yang merangsang gairah bekerja
pegawai
karena setiap orang menginginkan hal-hal berikut:
a Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia tinggal dan bekerja sense of
belonging b Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap
manusia merasa
dirinya penting
sense of
importance c Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal sense
of achievement d Kebutuhan akan perasaan ikut serta sense of
participation
3. Kebutuhan akan kekuasaan need for power = n Pow Kebutuhan akan kekuasaan n Pow merupakan daya
penggerak yang memotivasi semangat kerja
pegawai
. n Pow akan merangsang dan memotivasi gairah kerja
pegawai
serta mengerahkan semua kemampuannya demi mencapai
kekuasaan atau kedudukan yang terbaik.
c. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Menurut Anyim dan Chidi 2012:34 ada beberapa faktor yang memotivasi seseorang untuk bekerja, faktor motivasi dapat dibagi
menjadi dua: 1. Faktor Moneter atau financial
a. Gaji atau Upah Gaji atau upah merupakan salah satu faktor motivasi
yang paling penting. Pemberian gaji yang baik harus dibayar tepat waktu. Faktor pertimbangan untuk
pemberian gaji atau upah adalah biaya hidup dan kemampuan perusahaan untuk membayar.
b. Bonus Hal ini mengacu pada pembayaran tambahan kepada
pegawai yang lebih atau berprestasi dan atas gaji yang diberikan sebagai insentif. Para pegawai harus
diberi jumlah bonus yang cukup.
c. Insentif Organisasi juga dapat memberikan insentif tambahan
seperti tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan, dan lain-lain.
d. Insentif Khusus Individu Perusahaan dapat memberikan insentif khusus
kepada individu. Insentif tersebut harus diberikan kepada pegawai untuk ikut memberikan saran yang
layak dan berharga untuk perusahaan. 2. Faktor Non Moneter atau non financial
Terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: a. Status atau Jabatan
Dengan memberikan status yang lebih tinggi kepada pegawai maka pegawai tersebut akan merasa
termotivasi. Karena pegawai lebih suka dan bangga apabila mereka mendapat status atau jabatan yang
tinggi di dalam perusahaan. b. Apresiasi dan Pengakuan
Pegawai harus dihargai karena jasa mereka. Pujian tidak harus datang dari atasan langsung tetapi juga
datang dari pihak yang mempunyai wewenang yang lebih tinggi.
c. Pendelegasian wewenang Pendelegasian wewenang memotivasi bawahan
untuk melakukan tugas-tugas dengan dedikasi dan berkomitmen. Ketika tugas-tugas didelegasikan,
bawahan harus tahu bahwa perusahaan telah menempatkan kepercayaan pada pegawaiya.
d. Kondisi Kerja Memperhatikan kondisi kerja yang lebih baik seperti
sarana dan prasarana yang baik akan memotivasi pegawai.
e. Keamanan Kerja Jaminan
keamanan kerja
atau kurangnya
pemberhentian pada pegawai juga dapat menjadi cara yang baik untuk memotivasi pegawai. Apabila ini
tidak diperhatikan dapat mengakibatkan pegawai meninggalkan perusahaan.
f. Job Enrichment Pengayaan atau perluasan pekerjaan yang melibatkan
tugas dan tanggung jawab yang lebih menantang bagi pegawai. Misalnya, seorang eksekutif yang terlibat
dalam penyusunan dan penyajian laporan kinerja juga mungkin diminta untuk membuat rencana
kinerja.
g. Partispasi Pegawai Mengajak pegawai untuk menjadi anggota lingkaran
inti atau semacam komite atau bentuk lain dari partisipasi pegawai juga dapat memotivasi angkatan
kerja. h. Hubungan Cordial atau Ramah
Hubungan yang baik dan sehat harus ada di seluruh organisasi. Ini pasti akan memotivasi pegawai.
i. Faktor-faktor yang lain Ada beberapa faktor lain untuk memotivasi pegawai:
Memberikan pelatihan kepada pegawai, penempatan pekerjaan yang layak, promosi yang tepat dan
transfer, umpan balik kinerja yang tepat, fasilitas kesejahteraan yang tepat, dan jam kerja fleksibel.
Memberikan motivasi kepada pegawai oleh pimpinannya merupakan proses kegiatan pemberian motivasi kerja, sehingga
pegawai tersebut berkemampuan untuk pelaksanaan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.
3. Disiplin Kerja
a. Pengertian Disiplin Kerja
Hasibuan 2011:193 mengemukakan bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, seseorang akan mematuhimengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas
paksaan. Menurut Simamora 2004:610, Disiplin adalah prosedur yang
mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan pengendalian diri pegawai dan
pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi. Tindakan disipliner menuntut
suatu hukuman terhadap pegawai yang gagal memenuhi standar yang ditatapkan. Tindakan disipliner yang efektif terpusat pada
perilaku pegawai yang salah, bukan pada diri pegawai sebagai pribadi. Sedangkan menurut Siswanto 2005:291 adalah, suatu
sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan- peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta
sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang
diberikan kepadanya. Disiplin berarti menunjukan suatu kondisi
atau sikap hormat yang ada pada diri pegawai pada peraturan dan ketetapan perusahaan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Syadam 1996 terdapat beberapa faktor karyawan yang memilikimdisiplin kerja yaitu:
1 Memiliki rasa kepedulian terhadap pencapaian tujuan perusahaan yaitu taat akan pencapaian. Karyawan yang
memiliki rasa kepedulian terhadap pencapaian tujuan perusahaan yakin bahwa dengan adanya disiplin kerja maka
program kerja dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran
perusahaan.
2 Memiliki semangat, gairah kerja dan inisiatif yaitu tidak merasa tertekan oleh aturan pekerjaan. Karyawan yang
memiliki semangat, gairah kerja dan inisiatif yang tinggi dapat mencari idea tau untuk melaksanakan serta
menyelesaikan suatu pekerjaan.
3 Memiliki rasa tanggung jawab yaitu taat dalam menjaga asset perusahaan. Karyawan yang memiliki rasa tanggung
jawab dapat berusaha untuk selalu menjaga peralatan kantor
dan intropeksi diri apabila mengalami kegagalan.
4 Adanya rasa memiliki dan rasa solidaritas yaitu saling menjaga disiplin. Karyawan selalu berusaha untuk bekerja
sama antar rekan kerja sehingga tidak saling menjatuhkan
maupun pertentangan di antara karyawan.
5 Adanya efisiensi yaitu taat atas rasa efisiensi. Karyawan yang memiliki disiplin kerja akan menggunakan fasilitas
perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan menggunakan
waktu secara maksimal.
6 Meningkatnya produktifitas yaitu kesedian untuk memenuhi tuntutan kerja. Karyawan yang memiliki disiplin kerja akan
berpengaruh terhadap hasil kerja atau produktifitas karena karyawan tentu akan memberikan kontribusi kepada
perusahaan dan bekerja tanpa memikirkan imbalan yang di
dapat. c.
Indikator Disiplin Kerja
Indikator dari disiplin kerja menurut Soejono 2000:67 yaitu:
1. Ketepatan waktu.
Para pegawai datang ke kantor tepat waktu, tertib dan teratur, dengan begitu dapat dikatakan memiliki disiplin kerja baik.
2. Menggunakan peralatan kantor dengan baik.
Sikap hati- hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang
baik, sehingga peralatan kantor dapat terhindar dari kerusakan.
3. Tanggungjawab yang tinggi.
Pegawai yang senantiasa menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan prosedur dan bertanggungjawab atas
hasil kerja, dapat pula dikatakan memiliki disiplin kerja yang baik.
4. Ketaatan terhadap aturan kantor.
Pegawai memakai seragam kantor, menggunakan kartu tanda pengenal identitas, membuat ijin bila tidak masuk kantor, juga
merupakan cerminan dari disiplin yang tinggi.
B. Penelitian yang Relevan
1. Pengaruh Motivasi, Kepuasan, dan Disiplin Kerja atas Kinerja Pegawai di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta oleh Listianto
dan Setiaji 2002 dengan hasil: Variabel motivasi, kepuasan kerja, dan variabel disiplin kerja terbukti mempunyai pengaruh positif dan
signifikan secara parsial dan simultan terhadap kinerja pegawai di
kantor Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta.
2. Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada Sub Dinas Kebersihan dan
Tata Kota Dinas Pekerjaan Umum dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten Karanganyar oleh Suprayitno dan Sukir 2007 dengan hasil
penelitian: Variabel Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan;
Dugaan ada pengaruh positif dan signifikan disiplin kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja
karyawan Sub Dinas Kebersihan dan Tata Kota Dinas Pekerjaan Umum dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten Karanganyar terbukti
kebenarannya dengan nilai koefisien regresi 53,3 . 3. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin
Kerja Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan Studi Kasus Pada PT. Perusahaan Listrik Negara Persero APD Semarang oleh Susanty, dan
Baskoro 2012 dengan hasil penelitian: Variabel Motivasi dan Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif secara signifikan terhadap Disiplin
Kerja; Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif secara signifikan terhadap disiplin kerja; motivasi kerja memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja karyawan; gaya kepemimpinan berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja karyawan; disiplin kerja berpengaruh
positif secara signifikan kinerja karyawan.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Mangkunegara 2011:93 menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri
pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Jadi motivasi adalah kondisi yang
menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya.
Selanjutnya motivasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-
baiknya agar mencapai prestasi. Dalam latar belakang telah di tampilkan data salah satu hal yang memotivasi pegawai dalam pemenuhan
kebutuhan-kebutuhannya adalah dengan meningkatkan motivasi kerja para pegawai agar kinerja pegawai dalam meningkatkan tujuan
organisasi terpenuhi sehingga para pegawai pun dapat menerima gaji dan tunjangan yang memang diberikan sesuai dengan target penerimaan
pajak yang telah ditentukan. Suharto dan Cahyono 2005 dan Hakim 2006 menyebutkan dalam
Supriadi dan Yusof 2015:124 menyebutkan ada salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor motivasi, dimana motivasi
merupakan kondisi yang menggerakan seseorang berusaha untuk mencapai tujuan atau mencapai hasil yang diinginkan. Rivai 2005
dalam Supriadi dan Yusof 2015:124 menunjukan bahwa semakin kuat motivasi kerja, kinerja pegawai akan semakin tinggi. Hal ini berarti
bahwa setiap peningkatan motivasi kerja pegawai akan memberikan peningkatan yang sangat berarti bagi peningkatan kinerja pegawai
dalam melaksanakan pekerjaannya. Tunjangan yang diberikan diharapkan mampu menggerakkan motivasi para pegawai KPP Pratama
Wonosari dalam meningkatkan kinerja mereka sehingga target organisasi dapat tercapai.
2. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku di
sekitarnya. Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang
dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan. Disiplin mencoba mengatasi kesalahan dan keteledoran yang disebabkan karena kurang
perhatian, ketidakmampuan, dan keterlambatan. Disiplin berusaha mencegah permulaan kerja yang lambat atau terlalu awalnya mengakhiri
kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau kemalasan. Sutrisno 2011: 86 mengemukakan bahwa disiplin menunjukkan
suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri pegawai terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian bila peraturan
atau ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan, atau sering dilanggar, maka pegawai mempunyai disiplin kerja yang buruk.
Sebaliknya, bila pegawai tunduk pada ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik. Disiplin juga
berusaha untuk melindungi perilaku yang baik dengan menetapkan respons yang diinginkan sehingga akan memudahkan organisasi
mewujudkan tujuan organisasi. Kekhawatiran muncul dengan adanya pegawai yang datang terlambat bahkan lebih dari 3 kali dalam sebulan
dan dengan adanya data yang terlihat di lapangan bahwa persentase keterlambatan semakin meningkat di dua bulan pertama tahun 2016