1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara multikultural dengan beragam suku dan bangsa. Masing-masing suku dan bangsa di setiap daerah di Indonesia memiliki
ciri khas yang unik dan berbeda. Kekhasan masing-masing daerah tidak hanya menjadi identitas daerah tetapi menjadi khasanah kekayaan budaya nasional, salah
satunya adalah aksara Jawa. Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang membutuhkan
makhluk lain dan saling berinteraksi dengan berkomunikasi. Aksara Jawa menjadi alat komunikasi tulis masyarakat suku Jawa pada zaman dahulu. Maka aksara
Jawa menjadi bagian hidup yang penting bagi peradapan masyarakat suku Jawa. Aksara Jawa sebagai alat komunikasi tulis tentunya digunakan untuk
pengarsipan dan dokumentasi suatu peritiwa atau kejadian. Penggunaan aksara Jawa ini terbukti dari peninggalan-peninggalan penting sejarah yang dituliskan
dengan menggunakan aksara Jawa. Selain itu, aksara Jawa juga digunakan untuk mengekspresikan gagasan dan karya pada zaman dahulu. Peninggalan-
peninggalan bersejarah tersebut sangat penting sebagai salah satu bukti peradapan bangsa dan penting untuk diketahui maknanya. Maka upaya pelestarian aksara
Jawa penting untuk dilakukan. Salah satu usaha pelestarian aksara Jawa yaitu melalui pendidikan.
Sekolah sebagai sarana pendidikan formal mempunyai fungsi sebagai pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke genarasi berikutnya Suharjo, 2006:32.
2 Pendidikan kebudayaan daerah tersebut disusun dengan adanya mata pelajaran
muatan lokal. Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial budaya,
serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari setiap murid di daerah itu Yufiarti, 1999:2. Pelestarian aksara Jawa di DIY melalui muatan lokal Bahasa Jawa diatur
dalam Peraturan Gubernur No.64 Tahun 2013 mengenai Bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib di sekolah atau madrasah. Berdasarkan lampiran materi yang
terdapat pada Peraturan Gubernur No.64 Tahun 2013, materi mengenai aksara Jawa mulai diajarkan di sekolah dasar kelas IV.
Peneliti melakukan observasi awal pada tanggal 23 Februari dengan mewawancarai guru dari beberapa SD di Yogyakarta, yaitu SD Negeri Tahunan,
SD Negeri Golo, SD Juara, dan SD Negeri Pandeyan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, ditemukan bahwa bahasa Jawa merupakan mata pelajaran
yang sulit bagi siswa terutama untuk materi aksara Jawa. Peneliti pun melakukan observasi lebih mendalam di SD N Pandeyan
Yogyakarta. Observasi dilakukan pada tanggal 25 Februari 2016 dengan mengamati langsung pembelajaran bahasa Jawa di kelas IV. Berdasarkan
observasi ini, ditemukan bahwa siswa terlihat kesulitan dalam memahami materi aksara Jawa. Beberapa siswa yang maju ke depan untuk mengerjakan soal, sering
bingung membedakan aksara Jawa yang memiliki kesamaan bentuk. Penyampaian materi aksara Jawa oleh guru terkesan tergesa-gesa dan kurang memberikan siswa
waktu untuk memahami materi yang disampaikan.
3 Fasilitas sumber materi belajar di sekolah terbatas hanya dengan buku teks
dan LKS. Buku teks dan LKS yang digunakan oleh guru pada pembelajaran bahasa Jawa memiliki tampilan yang tidak menarik. Selain itu, Buku teks dan
LKS bahasa Jawa yang digunakan memiliki beberapa kekurangan diantaranya yaitu, 1 kurang mengakomodasi kesulitan belajar siswa, 2 kurang terdapat
latihan-latihan yang terstruktur untuk memahami aksara Jawa, 3 terdapat materi aksara Jawa yang tidak sesuai dengan Komptensi Inti dan Komptensi Dasar untuk
kelas IV SD di DIY. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas IV SD
N Pandeyan, diketahui alasan kenapa guru dalam menyampaikan materi aksara Jawa terkesan tergesa-gesa. Guru mengungkapkan bahwa pembelajaran bahasa
Jawa di sekolah hanya dua 2 jam setiap minggu, sedangkan materi yang dicakup sangat banyak. Selain itu, guru juga mengungkapkan bahwa siswa kurang
termotivasi untuk belajar aksara Jawa diakibatkan karena aksara Jawa dirasa asing dan jarang ditemui dalam keseharian siswa. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan peneliti pada beberapa siswa kelas IV secara acak, beberapa siswa menyatakan bahwa aksara Jawa adalah materi yang paling sulit. Ketika ditanya
alasannya, siswa menjawab karena bentuk aksara Jawa sulit, banyak yang hampir mirip dan sulit untuk membedakannya. Siswa tersebut juga mengungkapkan
bahwa waktu yang digunakan untuk belajar aksara Jawa di sekolah sangat sedikit. Sumber belajar yang berupa buku teks dan LKS yang digunakan tidak menarik
sehingga siswa juga malas untuk belajar secara mandiri di rumah.
4 Penggunaan buku sebagai sumber materi belajar pada dasarnya sangat
mendukung siswa untuk belajar baik di sekolah maupun untuk dipelajari di rumah. Akan tetapi, pada kenyataannya buku paket dan buku pegangan yang
digunakan dalam pembelajaran kurang menarik dan kurang sesuai dengan karakteristik siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Putu Sukerni dalam Jurnal
Pendidikan Indonesia 2014: 387 mengemukakan permasalahan yang sering terjadi di sekolah yang berkaitan dengan sumber belajar mengajar adalah
mengenai kajian materi setiap bahan ajar bervariasi dan materi yang terdapat dalam bahan ajar kurang sesuai dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu,
diperlukannya pengembangan sumber materi belajar yang dapat mengatasi keterbatasan tersebut.
Wina Sanjaya 2008:147-149 mengemukakan bahwa sumber materi pelajaran yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran dikategorikan menjadi
4 jenis, yaitu tempat atau lingkungan, orang atau narasumber, objek, serta bahan cetak dan noncetak. Penggunaan sumber materi belajar yang umumnya digunakan
di Indonesia adalah bahan cetak dan noncetak. Bahan cetak lebih popular digunakan di sekolah karena terkait dengan fasilitas yang terdapat di sekolah.
Berdasarkan kondisi di lapangan, peneliti menganalisis bahwa perlu adanya sumber materi belajar yang dapat digunakan oleh siswa di rumah untuk
mengatasi keterbatasan waktu pembelajaran bahasa Jawa di sekolah. Sumber materi belajar yang digunakan untuk belajar aksara Jawa perlu memuat latihan-
latuhan yang terstruktur, sehingga siswa terbiasa menggunakan aksara Jawa.
5 Penggunaan buku kerja sebagai sumber materi belajar bisa menjadi alternatif
pemecahan masalah. Buku kerja menurut Barnhart dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago
Tarigan 1993:42 mengartikan buku kerja dalam beberapa pengertian, salah satunya yaitu sejenis buku yang dirancang untuk membimbing siswa dengan
mencantumkan beberapa bahan pengajaran atau materi instruksional dan biasanya memuat serta menyajikan pertanyaan-pertanyaan, tugas-tugas, serta latihan-
latihan. Salah satu strategi yang digunakan untuk meningkatkan memori adalah dengan teknik latihan Bimo Walgito:2010. Hal tersebut juga didukung dengan
adanya hukum law of exercise yang diungkapkan oleh Thorndike dalam Sri Hartini dkk. 2008:66. Law of exercise mengandung 2 hal, yaitu 1 law of use
hubungan-hubungan akan menjadi bertambah kuat kalau ada latihan, 2 law of disuse hubungan-hubungan akan bertambah lemahhilang kalau latihan-latihan
atau penggunaan dihentikan. Melihat kondisi yang demikian, peneliti tertarik untuk mengembangkan
buku kerja gladhen aksara Jawa untuk kelas IV sekolah dasar. Buku tersebut dirancang dengan menyediakan beragam latihan membaca dan menulis aksara
Jawa yang dapat digunakan siswa berlatih di rumah untuk mengatasi keterbatasan waktu di sekolah. Pemilihan pengembangan buku kerja cetak tidak berbasis
komputer karena di SD Negeri Pandeyan Yogyakarta belum ada fasiltas komputer yang memadai. Selain itu, pengembangan buku kerja berbasis cetak ini juga
memungkinkan buku dapat dipelajari di rumah. Pengembangan buku kerja ini
6 dikemas sesuai dengan karakteristik siswa guna menarik minat siswa untuk
mempelajari aksara Jawa.
B. Identifikasi Masalah