Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Kajian Mengenai Buku Kerja Gladhen Aksara Jawa

8 c. Sekolah Menambah ketersediaan buku sebagai sumber belajar bagi siswa, khususnya materi aksara Jawa. d. Peneliti Hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang relevan berikutnya.

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Berikut merupakan spesifikasi produk yang dikembangkan. 1. Buku kerja gladhen aksara Jawa bagi kelas IV empat sekolah dasar berbentuk media cetak dengan ukuran 14,8 cm x 21 cm. 2. Jenis kertas yang digunakan untuk sampul adalah Ivory 230 gram sedangkan bagian isi adalah HVS 80 gram. 3. Bagian isi buku terdiri dari kata pengantar, petunjuk penggunaan, daftar isi, dan materi latihan. 4. Materi yang dibahas dalam buku kerja gladhen aksara Jawa berupa aksara legena, sandangan swara lan panyigeg. 5. Pada setiap sub-bab materi terdapat penyajian materi yang ringkas dan soal latihan. 6. Soal latihan terdiri dari latihan membaca dan menulis aksara Jawa. 7. Pada latihan membaca, terdapat kolom tanda tangan penyimak sebagai pengawasan siswa ketika belajar mandiri. 8. Pada akhir materi terdapat soal ujian membaca dan menulis untuk menguji pemahaman siswa. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

Sekolah dasar merupakan tahapan pendidikan formal yang mengajarkan mengenai hal-hal yang mendasar. Pada jenjang pendidikan sd pula diperkenalkannya nilai-nilai budaya daerah. Pengenalan budaya daerah tersebut nampak dari pembelajaran muatan lokal yang terdapat pada sekolah tersebut. Provinsi DIY menetapkan bahwa mata pelajaran Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib di sekolahmadrasah. Penetapkan tersebut diatur dalam peraturan Gubernur No.64 Tahun 2013.

1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Jawa

Kegiatan pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa wajib diikuti oleh semua siswa. Kegiatan pembejaran tidak hanya melibatkan siswa sebagai komponen utama, tetapi juga melibatkan guru serta lingkungan. Hal tersebut sependapat dengan Sudjana dalam Sugihartono 2012:80 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Adapun pembelajaran menurut Rombepajung dalam Muhamad Tobroni dan Arif Mustofa 2011:18 adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau perolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Simpson dan Anderson dalam Suprihardini 2000:4 juga berpendapat bahwa memahami hakikat pembelajaran dengan bertolak dari tindakkan guru di kelas. 10 Pembelajaran bahasa Jawa di DIY diatur berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.64 tahun 2013 mengenai mata pelajaran bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib di sekolahmadrasah. Pada pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa yang daerah yang dipakai oleh suku komunitas Jawa sebagai alat komunikasi. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 6 ayat 2 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.64 bahwa pembelajaran bahasa Jawa di sekolahmadrasah diberikan selama 2 jam dalam satu minggu. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Jawa merupakan suatu interaksi antara guru sebagai pendidik dengan murid sebagai peserta didik yang didukung pula dengan keadaan lingkungan untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Jawa. Lingkungan pembelajaran secara lebih luas tidak hanya terkait dengan lingkungan sekolah, tetapi juga lingkungan rumah. Adanya buku kerja gladhen aksara Jawa diharapkan dapat mendukung kegiatan belajar bahasa Jawa khususnya materi aksara Jawa di lingkungan rumah.

2. Fungsi

Fungsi pembelajaran bahasa Jawa tercantum pada pasal 3 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.64 yang berbunyi muatan lokal bahasa Jawa di sekolahmadrasah berfungsi sebagai wahana untuk menyemai nilai-nilai pendidikan etika, estetika, moral, spiritual, dan karakter. Karakter yang diingin dibentuk tentunya karakter yang berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal budaya Jawa. 11 Aksara Jawa selain sebagai hasil kebudayaan Jawa yang perlu dilestarikan juga memiliki nilai-nilai pendidikan terutama pada nilai estetika. Salah satu hal yang diharapkan dengan adanya pengembangan buku kerja gladhen aksara Jawa adalah untuk melestarikan aksara Jawa.

3. Tujuan

Pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa juga memiliki visi atau tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa di sekolahmadrasah pada pasal 4 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.64 yang terurai sebagai berikut. a. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan tata bahasa yang baik dan benar, b. menghargai dan menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi, lambang kebanggaan, dan identitas daerah, c. menggunakan Bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan sosial, d. memanfaatkan dan menikmati karya sastra dan budaya Jawa untuk memperhalus budi pekerti, dan meningkatkan pengetahuan, dan e. menghargai bahasa dan sastra Jawa sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Adapun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui produk buku kerja gladhen aksara Jawa yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tujuan keempat yaitu memanfaatkan dan menikmati karya sastra dan budaya Jawa untuk memperhalus budi pekerti, dan meningkatkan pengetahuan.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas IV SD

Ruang lingkup materi pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar dirumuskan dalam Peraturan Gubernur DIY No.64 Tahun 2013 tentang Mata Pelajaran Bahasa Jawa sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah Madrasah. Materi muatan lokal bahasa, sastra, dan budaya Jawa dalam panduan pengajaran 12 bahasa Jawa Daerah Istimewa Yogyakarta mencakup kemampuan berbahasa, bersastra, dan unggah-ungguh. Keterampilan yang dikembangkan meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pada penelitian ini, ruang lingkup yang menjadi pembahasan dalam buku kerja gladhen aksara Jawa adalah materi aksara Jawa kelas IV SD yaitu 1 memahami kata dan kalimat beraksara Jawa legena, dan menggunakan sandhangan swara, dan panyigeg; 2 menulis kata dan kalimat beraksara Jawa legena, dan menggunakan sandhangan swara, dan panyigeg.

B. Keterampilan Membaca dan Menulis Aksara Jawa

1. Hakikat Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa tidak hanya pada mata pelajaran bahasa Indonesia tetapi juga muatan lokal bahasa Jawa. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-katabahasa tulis Henry Guntur Tarigan, 2008:6. Proses membaca berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Kegiatan membaca dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya Anderson dalam Haryadi dan Zamzami, 1997:32. Membaca sebagai suatu keterampilan mencakup tiga komponen, yaitu. a. pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca. b. korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik formal. c. hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning Broughton dalam Henry Guntur Tarigan, 2008:11. 13 Guru dalam membelajarkan membaca kepada siswa perlu memperhatikan beberapa prinsip. Menurut Agus Hariyanto 2009:88-89 prinsip-prinsip tersebut yaitu. a. Kemampuan membaca adalah kemampuan yang dapat dipelajari. Kemampuan membaca membutuhkan proses yang berlangsung secara bertahap dan terus-menerus. b. Pergunakan alat bantu agar siswa lebih mudah menyerap. Alat bantu dapat memberi efek senang terhadap siswa, sehingga siswa tidak merasa jenuh ketika sedang belajar. c. Pergunakan beberapa alat bantu sekaligus. d. Jangan ragu untuk bereksplorasi dalam mencari teknik baru yang lebih mudan dan menyenangkan untk membelajarkan membaca pada siswa. Berdasarkan beberapa pernyataan mengenai keterampilan membaca dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Pembelajaran membaca melalui tahapan-tahapan. b. Tahap pertama dalam membelajarkan membaca adalah pengenalan huruf kemudian menghubungkan tanda atau simbol-simbol berupa huruf-huruf tersebut menjadi suatu yang bermakna. Selanjutnya memahami kebermaknaan yang diketahui. c. Pembelajarkan membaca, akan lebih baik jika guru menggunakan alat atau media. Prinsip membaca tersebut juga perlu diterapkan dalam membelajarkan cara membaca aksara Jawa pada siswa. Guru sebaiknya membelajarkan aksara Jawa secara bertahap dan menggunakan alat bantu agar siswa lebih mudah dalam mempelajari keterampilan membaca aksara Jawa. Prinsip-prinsip tersebut merupakan salah satu acuan yang digunakan dalam pengembangan buku kerja gladhen aksara Jawa. 14

2. Hakikat Keterampilan Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut Tarigan 2008:22. Menulis merupakan salah satu bentuk ekspresi bahasa yang memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada membaca. Jika membaca merupakan keterampilan untuk memahami maksud dari penulis, tetapi kalau menulis merupakan keterampilan untuk mengekspresikan gagasan sendiri lewat lambang-lambang bahasa grafis oleh karena itu menulis dikatakan sebagai suatu cara komunikasi yaitu melalui tulisan. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis dipelajari setelah siswa dapat keterampilan membaca. Hal tersebut juga menjadi dasar penyusunan materi soal pada buku kerja gladhen aksara Jawa. Penyajian latihan menulis pada buku kerja gladhen aksara jawa disajikan setelah latihan membaca.

3. Keterampilan Membaca dan Menulis Aksara Jawa

Keterampilan membaca dan menulis dalam bahasa Jawa juga meliputi keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa. Hal tersebut tertera pada pokok-pokok pembelajaran yang disusun oleh dinas pendidikan pemuda dan olahraga pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010. Berikut merupakan pokok-pokok pembelajaran bahasa Jawa aspek membaca untuk tingkat pendidikan sekolah dasar. a. Membaca ceritateks. Materi yang dibaca berupa katakalimatparagraf wacana dapat berupa bahasa, sastra, atau budaya atau aksara Jawa yang bermuatan tatakramaunggah-ungguh. b. Pengucapanlafal dan intonasi sesuai kaidah umumbaku bahasa Jawa. 15 c. Pembahasan unsur-unsur kebahasaan unggah-ungguh. d. Pembahasan isi bacaan, antara lain :judul, tokoh, tempat kejadian, nilaiamanat yang terkandung dalam cerita. e. Mengungkapkan kembali isi cerita menulis dan bercerita. f. Membaca tembang diarahkan pada apresiasi, keterampilan nembang, dan pemahaman isi serta nilaiamanat. g. Membaca aksara Jawa diarahkan pada kecepatan dan pemahaman isi. Adapun pokok-pokok kegiatan pembelajaran menulis untuk tingkat satuan pendidikan sekolah dasar antara lain sebagai berikut. a. Menulis katakalimatparagrapwacana. Materi menulis dapat berupa katakalimatparagraf wacana dapat berupa bahasa, sastra, atau budaya atau aksara Jawa yang bermuatan tata kramaunggah-ungguh. b. Penulisan tegak bersambung. c. Penerapan ejaan yang sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Jawa. d. Menulis aksara Jawa diarahkan mengubah tulisan latin ke tulisan Jawa. Pembelajaran diarahkan pada bentuk tulisan, kecepatan, dan keterampilan menulis. Keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa mulai dipelajari di kelas IV SD. Adapun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Jawa kelas IV SD khususnya mengenai pembelajaran aksara Jawa berlandaskan Peraturan Gubernur DIY No.64 Tahun 2013 tersajikan pada Tabel 1. Tabel 1 KI dan KD Mulok Bahasa Jawa materi aksara Jawa Kelas IV SD di DIY Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar,melihat, membaca, dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan sekolah. 3.5 Memahami kata dan kalimat beraksara Jawa legena, dan menggunakan sandhangan swara, lan panyigeg. 4.5 Menulis kata dan kalimat beraksara Jawa legena, dan menggunakan sandhangan swara, lan panyigeg. Berdasarkan Komptensi Inti dan Kompetensi Dasar tersebut, maka materi pembelajaran membaca dan menulis aksara Jawa kelas IV SD adalah aksara Jawa Legena, sandhangan swara dan panyigeg. 16

C. Kajian Mengenai Materi Aksara Jawa

1. Aksara Jawa Legena

Aksara Jawa jumlahnya ada dua puluh 20 yang kita sebut sebagai akasara Jawa legena atau dentawyanjaya. Berikut merupakan aksara Jawa legena. Tabel 2 Aksara Jawa Legena ha na ca ra ka da ta sa wa la Pa dha ja ya nya ma ga ba ta nga

2. Sandhangan

a. Sandhangan Swara

Sandhangan swara terdiri atas lima macam, yaitu wulu, suku, taling, taling tarung, pepet. Adapun nama, wujud, dan bunyi sandhangan swara tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Sandhangan Swara Nama Wujud Bunyi Wulu …… i Suku ….. u Taling …… ‘e Taling tarung …… o Pepet ......... e 17 1 Sandhangan Wulu Sandhangan wulu dipakai untuk melambangkan vocal i di dalam suatu suku kata. Sandhangan wulu ditulis di atas bagian akhir aksara. Apabila selain wulu juga terdapat sandhangan lainnya, sandhangan wulu digeser sedikit ke kiri. 2 Sandhangan Suku Sandhangan suku dipakai untuk melambangkan vocal u yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata, atau vocal u tidak ditulis dengan aksara suara . Sandhangan suku ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang mendapatkan sandhangan tersebut. 3 Sandhangan Taling Sandhangan taling dipakai untuk melambangkan bunyi vocal e’ yang ditulis dengan aksara swara , yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu kata. Sandhangan taling di tulis di depan aksara yang dibubuhi. 4 Sandhangan Taling Tarung Sandhangan taling tarung dipakai untuk melambangkan bunyi vocal o, yang tidak ditulis dengan aksara swara , yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata. 5 Sandhangan Pepet Sandhangan pepet untuk melambangkan vocal e di dalam suku kata. Sandhangan pepet ditulis di atas bagian akhir aksara. Apabila selain pepet terdapat sandhangan layar, sandhangan pepet digeser sedikit ke 18 kiri dan sandhangan layar ditulis di kanan pepet. apabila selain pepet terdapat sandhangan cecak, sandhangan cecak ditulis di dalam sandhangan pepet. Sandhangan pepet tidak dipakai untuk menuliskan suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan. Sebab, suku kata re yang bukan pasangan dilambangkan dengan pa cerek dan le, yang bukan pasangan dilambangkan dengan nga lelet.

b. Sandhangan Panyigeg Wanda

Sandhangan panyigeg wanda atau penanda konsonan penutup suku kata, terdiri atas empat macam yaitu wigyan, layar, cecak, dan pangkon. Berikut merupakan nama, wujud, dan bunyi sandhangan panyigeg wanda yang tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Sandhangan Panyigeg Wanda Nama Wujud Bunyi Wignyan ....... h Layar ........ r Cecak ........ ng Pangkon aksara mati 1 Sandhangan Wigyan Sandhangan wigyan adalah pengganti sigegan ha, yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan konsonan h penutup suku kata. Penulisan wigyan diletakkan di belakang aksara yang dibubuhi sandhangan itu. 19 2 Sandhangan Layar Sandhangan layar adalah pengganti sigegan ra, yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan konsonan r penutup suku kata. Penulisan layar diletakkan di atas bagian akhir aksara yang dibubuhi sandhangan itu. 3 Sandhangan Cecak Sandhangan cecak adalah pengganti sigegan nga, yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan konsonan ng penutup suku kata. Penulisan cecak diletakkan di atas bagian akhir aksara yang dibubuhi sandhangan itu. Sandhangan cecak ditulis dibelakang sandhangan wulu, sedangkan jika dengan sandhangan pepet, cecak ditulis di dalam sandhangan pepet.

D. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Menurut Piage dalam Putri Agustina 2011 mengungkapkan bahwa anak- anak usia sekolah dasar disebut dengan pemikiran operasional konkrit concrete operational thought. Operasional konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek atau peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur. Siswa akan lebih mudah memahami suatu hal dengan adanya media atau alat bantu. Buku kerja gladhen aksara Jawa yang merupakan media cetak dapat digunakan sebagai sarana yang dapat membantu siswa lebih paham mengenai materi aksara Jawa. Usia Sekolah Dasar memasuki masa kanak-kanak akhir. Masa kanak- kanak akhir tentunya memiliki karakteristik atau ciri khas yang berbeda dengan 20 masa perkembangan lainnya. Rita Eka Izzati dkk 2012:116 membagi masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase yaitu. 1. masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 67 tahun sampai 910 tahun. Usia ini biasanya berada di kelas 1,2, dan 3 Sekolah Dasar, 2. masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 910 tahun sampai 1213 tahun. Pada usia ini biasanya anak berada di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Maka dari itu, kelas IV Sekolah Dasar berarti termasuk dalam masa kelas tinggi. Rita juga berpendapat bahwa terdapat ciri khas yang membedakan kedua masa tersebut. Ciri khas anak-anak kelas tinggi Sekolah Dasar yaitu. 1. perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, 2. ingin tahu, ingin belajar, dan realistis, 3. timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, 4. anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, 5. anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Pada penelitian ini, subjek sasaran adalah siswa kelas IV SD N Pandeyan. Siswa kelas IV SD berarti termasuk dalam masa kelas tinggi atau disebut juga masa kanak-kanak akhir. Penyusunan bahan materi pada buku kerja gladhen aksara Jawa memperhatikan aspek-aspek perkembangan siswa berikut.

1. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif sangat berpengaruh dalam tingkat perkembangan lainnya. Perkembangan kognitif anak dipengaruhi bagaimana perkembangan memori. Maka dari itu perlu adanya strategi yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan memori. Martlin dalam Putri Agustina, 2011:73 menyebutkan empat macam strategi memori yang penting yaitu. a. rehesal pengulangan adalah salah satu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi-informasi yang disajikan; 21 b. organization organisasi seperti pengkategorian dan pengelompokkan; c. imagery perbandingan adalah tipe dari karakteristik bayangan seseorang; d. retrieval pemunculan kembali adalah proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Strategi peningkatan memori juga perlu diimbangi dengan penyajian pembelajaran yang dikemas berkesan sehingga mudah diingat dan bertahan lama dalam memori. Penggunaan indera merupakan awal siswa mendapatkan informasi. Semakin banyak kita dapat melihat, mendengar, mengatakan, dan melakukan sesuatu semakin mudah sesuatu kita pelajari. Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. Ed.Purwanto 2002 :192 berpendapat bahwa secara rata-rata kita mengingat : 20 dari yang kita baca, 30 dari yang kita dengar, 40 dari yang kita lihat, 50 dari yang kita katakana, 60 dari yang kita kerjakan, dan 90 dari yang kita lihat, dengar, katakan, dan kerjakan sekaligus. Pengembangan buku kerja gladhen aksara Jawa juga memperhatikan perkembangan kognitif siswa kelas IV SD yang termasuk dalam kategori operasional konkrit yaitu dengan adanya contoh langsung dan menggunakan istilah-istilah yang dimengerti siswa. Penyusunan materi bahan ajar juga dilakukan dengan memperhatikan strategi peningkatan memori dan memungkinkan siswa melibatkan banyak indera.

2. Perkembangan Bahasa

Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Belajar membaca dan menulis membebaskan anak-anak dari keterbatasan untuk komunikasi langsung. Menulis merupakan tugas yang lebih sulit dari membaca bagi anak. Secara lebih rinci 22 Syamsu Yusuf 2004 :119-120 menjabarkaan tugas perkembangan bahasa ada empat yaitu. a. Pemahaman,yaitu kemampuan memahami makna ucapan. b. Pengembangan perbendaharaan kata, perkembangan kosa kata semakin meningkat sejalan dengan perkembangan usia. c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat. d. Ucapan, yaitu kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil dari imitasi terhadap suara-suara yang didengar anak. Penyusunan buku kerja gladhen aksara Jawa juga memperhatikan aspek bahasa. Salah satu tugas perkembangan bahasa siswa kelas IV SD adalah pengembangan perbendaharaan kata. Oleh karena itu, penyusunan buku kerja gladhen aksara Jawa menggunakan bahasa Jawa krama untuk mengembangan perbendaharaan kata siswa.

3. Perkembangan Moral

Perkembangan moral ditandai anak dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral ini banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya dan orang-orang disekitarnya. Perkembangan moral juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak Rita Eka Izzaty, 2008 :110. Sejalan dengan perkembangan kognitif dan emosi, moral anak juga berkembang. Syamsu Yusuf 2004:182 mengungkapkan bahwa pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhirnya pada masa ini anak dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Selain itu, anak juga sudah dapat mengasosiasi benar atau salah. Pada buku kerja gladhen aksara Jawa terdapat 23 petunjuk penggunaan. Adanya petunjuk pengerjaan yang berupa aturan penggunaan buku kerja diharapkan dapat mengembangkan moral siswa.

4. Perkembangan Sosial

Pada masa kanak-kanak akhir, anak-anak akan banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebaya. Barker dan wright dalam santrock Putri Agustina,2011:79 berpendapat bahwa anak usia 7 hingga 11 tahun anak meluangkan waktunya lebih dari 40 untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Rita Eka Izzaty 2008:115 juga berpendapat bahwa integritas anak dengan kelompoknya cukup tinggi, ada ketertarikan satu sama lain, sehingga mereka perlu untuk selalu bersama-sama. Perkembangan sosial pada masa anak-anak memang sangat dipengaruhi oleh teman sebaya. Namun, selain teman sebaya pengaruh dari lingkungan keluarga dan sekolah terutama guru juga mempengaruhi perkembangan sosial anak. Hubungan dengan keluarga yang baik akan mendukung proses perkembangan sosial positif pada anak. Lingkungan sekolah tak kalah penting. Interaksi dengan teman dan guru di sekolah membantu anak mengembangkan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan, serta mengembangkan konsep diri Putri Agustuna, 2008:80. Sejalan dengan hal tersebut, penggunaan buku kerja juga melibatkan siswa untuk berinteraksi sosial dengan adanya kolom tanda tangan penyimak bacaan siswa. Adanya kolom tanda tangan tersebut menuntut siswa untuk berintraksi baik dengan teman, guru, ataupun orang tua di rumah. Guru juga bisa membuat kelompok belajar dalam menggunakan buku kerja. Anak-anak dapat 24 saling membantu dan mengajarkan dalam pempelajaran. Kegiatan saling mengajarkan akan menambah daya ingat anak terhadap pembelajaran. Pembuatan buku kerja gladhen aksara Jawa juga memperhatikan aspek kegrafikaan atau penyajian buku. Siswa akan lebih tertarik dengan tampilan yang berwarna. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mabel Rudisill dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2002:13 yang menyatakan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna realismenya adalah pewarnaan, karena pewarnaan pada gambar akan menumbuhkan impresi atau kesan yang realistik. Diperkuat pula dengan hasil penelitian Seth Spaulding dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2002:13 yang menyatakan bahwa gambar-gambar berwarna lebih menarik minat siswa daripada hitam putih. Buku kerja gladhen aksara Jawa didesain dengan tampilan yang berwarna agar lebih menarik siswa untuk mempelajari. Selain dari segi warna, ukuran juga perlu diperhatikan. Ukuran buku juga harus disesuaikan dengan karakteristik fisik siswa. Perkembangan fisik cenderung lebih stabil atau tenang. Masa yang tenang ini diperlukan anak-anak untuk belajar berbagai keterampilan akademik. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan. Kebutuhan untuk selalu bergerak perlu bagi anak karena energi yang tertumpuk pada anak perlu penyaluran. Alat atau media pembelajaran perlu dirancang sesuai dengan perkembangan fisik sehingga tidak mengganggu pertumbuhan fisik siswa. Ukuran buku kerja gladhen aksara Jawa juga dirancang agar mudah dibawa dan tidak membebani perkembangan fisik siswa. 25 Ukuran huruf dalam buku juga perlu diperhatikan. Siswa sekolah dasar memiliki karakteristik perhatian pada suatu objek yang sebentar. Padahal perhatian merupakan salah satu syarat dari terjadinya proses belajar. Perhatian timbul dengan adanya stimulus. Bimo Walgito 2004:115 menyatakan pada umunya ikuran stimulus yang lebih besar lebih menguntungkan dalam menarik perhatian apabila dibandingkan dengan ukuran yang kecil. Maka dari itu, tulisan dalam buku kerja gladhen aksara jawa dirancang fontsize 14, sehingga tidak terlalu kecil untuk ukuran siswa sekolah dasar.

E. Kajian Mengenai Buku di Sekolah Dasar

1. Pengertian Buku

Pengertian atau pengistilahan tergantung terhadap konteks istilah yang digunakan. Menurut Sitepu 2012:8 buku merupakan kumpulan kertas yang berisi informasi, tercetak, disusun secara sistematis, dijilid serta bagian luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas yang tebal, karton, atau bahan lain. Sejalan dengan pendapat tersebut Andriese dkk. dalam Sitepu 2012:13 berpendapat bahwa buku merupakan informasi tercetak di atas kertas yang dijilid menjadi satu kesatuan. Seiring dengan perkembangan teknologi, sajian buku tidak hanya berupa media cetak tapi juga dapat ditampilkan dengan menggunakan peralatan elektronik. Penyajian tata letak dan perwajahan sama dengan buku cetak yang disebut dengan buku elektronik atau e-book. Perbedaan buku cetak dengan e-book hanya pada media tampilannya. Pada dasarnya baik buku cetak maupun e-book memiliki prisip yang sama dalam penyusunannya. 26 Walaupun pengertian buku berbeda-beda, tetapi pada dasarnya memiliki persamaan secara garis besar, yaitu. 1 buku berisi informasi yang memiliki tujuan, 2 informasi disusun secara sistematis dan disajikan tercetak maupun melalui bantuan alat eletronik, 3 media yang digunakan secara umum berupa kertas, 4 tersusun dari beberapa kertas yang dijadikan satu. Pada penelitian ini pengertian buku dalam konteks buku sebagai sumber belajar di sekolah lebih khusus sekolah dasar. Sehingga pengertian buku sebagai sumber belajar di sekolah adalah kumpulan informasi mengenai pelajaran sekolah yang disusun secara sistematis dijadikan satu kumpulan, disajikan secara cetak dengan media kertas ataupun disajikan melalui media elektronik yang bertujuan sebagai sumber materi belajar.

2. Anatomi Buku Sekolah Dasar

Buku disusun dan dicetak memiliki tujuan tertentu tergantung pada penulisnya sehingga terdapat berbagai jenis buku. Banyak pendapat mengenai penggolongan jenis buku. Menurut Dedi Supriadi 2000:1 buku-buku yang digunakan di sekolah di Indonesia secara umum terdapat empat jenis, yaitu 1 buku pelajaran atau buku teks, 2 buku bacaan, 3 buku sumber, 4 buku pegangan guru yang biasa mendampingi buku teks. Di Indonesia terdapat dua lembaga terkait pengendalian mutu buku pendidikan yang beredar di Indonesia yang tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yaitu Badan Standarisasi Nasional Pendidikan BSNP dan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Guna mempermudah pembagian tugas dan kewenangan, buku pendidikan dibagi 27 menjadi dua yaitu buku teks pelajaran dan buku non-teks pelajaran. Pengendalian buku teks pelajaran dilakukan oleh BSNP sedangkan buku non-teks pelajaran dilakukan oleh pusat kurikulum dan perbukuan kementerian pendidikan dan kebudayaan. Buku teks pelajaran terdiri dari buku teks pokok dan buku teks pelengkap Supriadi, 2000:1. Lange dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993:42 juga berpendapat bahwa buku teks adalah buku baku dalam bidang studi tertentu yang terdiri dari dua tipe yaitu buku utama dan buku suplemen. Buku suplemen ialah buku pelengkap, buku tambahan, dan buku kerja. Buku non-teks pelajaran terdiri dari tiga jenis yaitu: 1 buku pengayaan, 2 buku referensi, 3 buku panduan pendidik. Sedangkan buku bacaaan bukan dikategorikan sebagai buku pendidikan. Buku bacaan merupakan buku-buku yang dimaksudkan untuk mendorong minat baca siswa Supriadi, 2000:3. Khusus untuk buku bacaan sekolah dasar harus mendapat pengesahan dari Dirjen Dikdasmen. Berdasarkan pengkategorian buku yang digunakan di sekolah dasar, berikut merupakan gambar bagan anatomi buku sekolah dasar. 28 Gambar 1 Bagan Anatomi Buku Sekolah Dasar Adaptasi Supriadi 2000:1 dan Lange dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993:42 Pada penelitian ini adalah pengembangan buku kerja gladhen aksara Jawa untuk pembelajaran kelas IV Sekolah Dasar. Buku kerja dapat disimpulkan termasuk buku teks lebih spesifiknya tergolong buku suplemen atau buku tambahan buku teks. Oleh karena itu, dalam pembuatan buku kerja gladhen aksara Jawa berdasarkan buku teks bahasa Jawa yang digunakan di sekolah.

F. Kajian Mengenai Buku Kerja

1. Pengertian Buku Kerja

Terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian buku kerja. Jika diidentifikasi, para ahli mengartikan buku kerja tergantung dari segi konteks dan tujuan penyusunannya. Ann C. Howe dan Linda Jones 1998 mengartikan buku kerja dalam koteks pembelajaran IPA. Workbooks are the Buku SD Buku Teks Buku Pokok Buku Suplemen Buku kerja, buku pelengkap, buku tambahan Buku Non- Teks Buku Pengayaan Buku Referensi Buku Panduan Guru Buku Bacaan Disahkan oleh Dikdasmen Disahkan oleh BSNP Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 29 place where pupils write their interpretations, inferences, an plans for further experiments. In all cases, it provides an ongoing record of the pupil’s action and thoughts about the unit topic. Workbooks also give children a real way to apply writing skill. Pada dasarnya, Ann C. Howe dan Linda Jones mengartikan buku kerja sebagai tempat siswa untuk menulis pemahaman, kesimpulan dan rencana percobaan. Buku kerja digunakan untuk merekam kegiatan siswa pada suatu topik percobaan IPA dan dapat digunakan untuk melatih keterampilan menulis siswa. Sedangkan Masnur Muslich 2010:25 menekankan definisikan buku kerja pada fungsi penyusunan buku kerja, yaitu buku yang difungsikan siswa untuk menuliskan hasil pekerjaan atau hasil tugas yang diberikan guru. Barnhart dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993:42 mengartikan buku kerja dalam beberapa pengertian yaitu. a. semacam buku pedoman bagi pengoperasian instruksi-instruksi atau pelajaran-pelajaran, b. sejenis buku yang dirancang untuk membimbing siswa dengan pencantuman beberapa bahan pengajaran atau materi intruksional dan biasanya memuat serta menyajikan pertanyaan-pertanyaan, tugas-tugas serta latihan-latihan, c. sejenis buku yang berisikan rekaman yang bermaksud melestarikan tugas atau kerja yang telah diselesaikan dan direncanakan. Pada penelitian pengembangan ini, buku kerja yang akan dikembangkan memiliki pengertian sebagai sejenis buku pelengkap yang dirancang untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap satu unit materi pelajaran dengan menyajikan ulasan materi yang disusun secara khusus serta berisikan latihan- latihan untuk mengevaluasi pemahaman siswa. Unit materi yang akan dibahas dalam buku kerja adalah materi mengenai aksara Jawa untuk kelas IV SD. 30

2. Prinsip Penyusunan Buku Kerja

Penyusunan suatu buku pasti didasari pada suatu tujuan termasuk penyusunan buku kerja. Guna mencapai tujuan penyusunan buku kerja terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Gray dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993:43-44 mengidentifikasi prinsip-prinsip yang melandasi penyusunan buku kerja, diantaranya adalah. a. Sang penulis haruslah membuat setiap latihan sesuai dengan program instruksional keseluruhan yang perlu dan berguna bagi setiap kelas atau tingkatan, b. Sang penulis sayogianya menyediakan tipe-tipe latihan yang beranekaragam sesuai dengan kebutuhan dan minat para siswa, kemudian memperlengkapi bahan inti dengan bahan buatan guru, dengan maksud mengurangi kebosanan, c. Sang penulis janganlah membiarkan bahan itu menjadi tujuan akhir, praktek- praktek, dan latihan-latihan keterampilan sepantasnya merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, d. Sang penulis haruslah berupaya sedemikian rupa agar bahan yang disajikan merupakan dasar bagi pengajaran tambahan, setiap pelajaran praktek haruslah merupakan pelajaran diagnostik, e. Sang penulis haruslah berupaya sedapat mungkin agar para siswa pemakai buku kerja tersebut haruslah memahami serta menguasai APA, BAGAIMANA, dan MENGAPA mereka melakukan seiap hal yang mereka kerjakan. Berdasarkan pendapat Gray mengenai prinsip penyusunan buku kerja dapat kita simpulkan menjadi tiga bagian penting dalam penyusunan buku kerja, yaitu. a. Mengenai Latihan Penyusun buku kerja harus memperhatikan tujuan instruksional unit pembelajaran yang akan dibahas dalam buku kerja. Penyusunan latihan disesuaikan dengan tujuan instruksional pembelajaran. Latihan juga disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Latihan-latihan diusahakan disusun secara variatif dan menantang sehingga menarik minat siswa untuk mempelajari 31 dan memahami buku kerja. Memperhatikan tingkatan latihan dari yang mudah ke sukar. b. Mengenai Bahan Bahan yang tersaji dalam buku kerja diusahakan tidak hanya berasal dari satu sumber buku teks, namun dilengkapi dengan bahan tambahan yang sekiranya diperlukan siswa. Penyusunan bahan dalam buku kerja harus padu, bertingkat dari yang mudah ke yang sulit. Adanya saling keterkaitan antar bahan yang diajarkan. Penyusunan bahan ajar dalam buku kerja sudah merupakan hasil diagnosis artinya telah diselidiki bentuk bahan yang seperti apa yang dibutuhkan dan sesuai dengan karakteristik siswa. c. Mengenai Pemahaman Instruksi dalam buku kerja harus mudah dipahami oleh siswa. Siswa harus tahu apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, mengapa mereka harus mengerjakan suatu tugas. PRINSIP PENYUSUNAN BUKU KERJA 1 Sesuai dengan tujuan instuksional 2 Sesuai dengan kebutuhan siswa 3 Sesuai dengan karakteristik siswa 4 Bervariatif 5 Merangsang minat siswa LATIHAN 1 Sesuai dengan karakteristik siswa 2 Merupakan hasil diagmosis 3 Dari tingkatan yang mudah ke yang sulit BAHAN Instruksi dalam buku kerja harus mudah dipahami PEMAHAMAN Gambar 2 Bagan Prinsip Penyusunan Buku Kerja 32 Buku kerja merupakan buku teks pelengkap yang berarti dalam penyusunan harus disesuaikan dengan buku pokok atau utama. Buku teks pokok disusun disesuaikan dengan tujuan mata pelajaran dan kurikulum yang berlaku. Berikut merupakan gambar bagan hubungan antara kurikulum, mata pelajaran, buku pokok dan buku kerja. Gambar 3 Hubungan Antara Kurikulum, Mata Pelajaran, Buku Pokok, Dan Buku Kerja yang Diadaptasi Dari Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993:46 Gambar 3 menjelaskan bahwa dasar-dasar penyusunan buku kerja berasal dari buku pokok, sedangkan dasar-dasar penyusunan buku pokok berasal dari mata pelajaran dan kurikulum. Itu berarti penyusunan buku kerja juga berasal dari kurikulum dan mata pelajaran yang bersangkutan. Sehingga aspek penilaian buku kerja juga tidak jauh beda dengan buku teks pokok. Buku kerja gladhen aksara Jawa disusun sesuai dengan karakteristik siswa dan kebutuhan siswa. Penyusunan buku kerja gladhen aksara Jawa beracuan dari Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD yang terdapat pada Peraturan Gubernur DIY No.64 Tahun 2013 tentang mata pelajaran bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib di sekolahmadrasah. Kurikulum Mata Pelajaran Dasar Penyusunan Buku Pokok Buku Pokok Dasar Penyusunan Buku Kerja Buku Kerja 33

3. Keunggulan Buku Kerja

Buku kerja sebagai sumber belajar dalam pembelajaran memiliki keunggulan atau aspek positif penggunaan buku kerja. Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993:48-50 menyebutkan keunggulan keunggulan buku kerja. a. Bermanfaat b. Hemat waktu Penggunaan buku kerja dapat menghemat waktu, karena buku kerja disusun dengan menggunakan instruksi-instruksi yang disesuaikan dengan karakteristik pengguna sehingga diharapkan response siswa cepat dan tepat. Buku kerja juga memungkinkan pembelajaran mandiri, sehingga akan menghemat pembelajaran di kelas. c. Memantapkan kebiasaan kerja Buku kerja mengarahkan dan mendorong siswa bekerja secara sistematis, terarah, dan disiplin. Berbagai tugas, latihan, dan pertanyaan yang telah terstruktur diharapkan siswa terbiasa melakukan pekerjaan dengan baik. d. Memudahkan pengawasan Buku kerja yang isinya bisa dikatakan menyerupai pembelajaran langsung oleh guru karena telah berisi sajian materi, perintah tugas, latihan, dan pertanyaan yang disusun secara komunikatif. Melalui tugas, latihan, dan pertanyaan yang dikerjakan oleh masing-masing siswa, guru dibantu dan dimudahkan dalam mengawasi. Guru dapat mengawasi perkembangan siswa dengan melihat bagaimana siswa menyelesaikan buku kerja. 34 e. Menyesuaikan tugas yang relevan Penyusunan buku kerja lebih khusus ke satu unit materi pembelajaran tertentu. Sehingga pembahasan dan tugas-tugas yang ada di dalam buku kerja lebih relevan dan berguna pada penumbuhan dan pemahaman atau keterampilan dalam setiap pembelajaran. f. Menyediakan bahan dan latihan individual Disamping menyediakan tugas-tugas kerja yang menyampaikan bahan pengajaran yang sifatnya melengkapi, tugas-tugas tersebut juga dapat dikerjakan berdasarkan kecepatan masing-masing siswa. g. Menyediakan sarana penyesuaian bagi perbedaan individu Jenis tugas yang bervariasi memungkinkan memadai perbedaan individu. Selain itu, penyelesaian buku kerja diatur oleh pengguna buku kerja itu sendiri sehingga lebih memadahi perbedaan individu siswa. h. Menyediakan sarana pemeliharaan karya dan sarana umpan balik Hasil kerja siswa juga merupakan bagian dri karya siswa. Melalui buku kerja hasil kerja siswa akan terkumpul menjadi satu sehingga tersimpan dengan rapi. Hasil karya ini dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik dalam menyusun program belajar berikutnya. i. Dignostik dan remedial Buku kerja dapat berguna sebagai alat pencari, pengidentifikasi, dan merumuskan sebab-sebab kesulitan belajar siswa. Dengan menganalisis penyebab kesulitan belajar tersebut dapat diketahui cara untuk memperbaiki melalui pengajaran remedial. 35 j. Menganekaragamkan kelengkapan pengajaran Melalui buku kerja bahan pengajaran menjadi lebih bervariasi. k. Menghemat waktu dan tenaga guru Isi buku kerja yang telah lengkap dengan adanya perintah tugas, latihan, atau pertanyaan menghemat tenaga guru dalam pembelajaran. l. Menghemat biaya Penggunaan buku kerja dapat menghemat biaya karena semua bahan pelajaran, sumber belajar, media pembelajaran telah tertera dalam buku kerja dan buku teks pokok sehingga sarana pembelajaran yang digunakan lebih sedikit dan bisa menghemat biaya. Berbagai keunggulan buku kerja yang telah diuraikan di atas menambah keyakinan peneliti untuk mengembangkan buku kerja gladhen aksara Jawa untuk pembelajaran aksara Jawa kelas IV SD.

4. Kelemahan Buku Kerja

Penggunaan buku kerja yang tidak tepat dapat menimbulkan beberapa permasalahan. Berikut beberapa kelemahan-kelemahan yang dapat terjadi dalam penggunaan buku kerja menurut Greene dan Petty dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993:50-51. a. sadar atau tidak, buku kerja sudah turut membatasi program edukasional pada kelas atau siswa yang memakainya, b. tidak jarang buku kerja mengandung hal-hal yang tidak logis atau tidak masuk akal bila dipandang secara edukasional, c. sadar atau tidak, buku kerja telah turut menjadi penolong bagi guru yang malas dan malang, sehingga itu turut menempa mereka menjadi insan yang tidak kreatif, d. buku kerja sering gagal menghasilkan kemajuan-kemajuan serta perbaikan- perbaikan yang diharapkan dalam bahasa, 36 e. buku sering gagal menghasilkan kemampuan unggul untuk menulis kalimat lengkap dan juga wacana utuh, f. buku kerja gagal memelihara secara memadai perbedaan-perbedaan pribadi yang terdapat pada para siswa. Kelemahan buku kerja yang telah disebutkan diatas, pada penelitian ini diatasi dengan cara-cara sebagai berikut: a. buku kerja dalam penelitian ini ditekankan untuk pembelajaran mandiri di luar pembelajaran di kelas, sehingga tidak membatasi program edukasional kelas atau siswa, b. penyusunan buku kerja sebelum digunakan telah melalui proses validasi ahli materi dan ahli media, sehingga buku kerja logis dan masuk akal, c. buku kerja dilengkapi dengan panduan buku kerja yang menuntut guru tetap mengajarkan materi pembelajaran, sehingga dengan adanya buku kerja guru akan lebih bervariatif dalam kegiatan pembelajaran, d. buku kerja gladhen aksara Jawa ini disusun sesuai dengan karakteristik pengguna serta mengupayakan mewadahi kesulitan siswa dalam belajar aksara Jawa, yaitu dengan penampilan yang berwarna dan bergambar, pengelompokkan aksara Jawa yang memiliki kemiripan agar siswa mudah memahami dan mengingat, latihan pengulangan yang menambah ingatan siswa, e. latihan pada buku kerja disusun secara bertahap mulai dari pengenalan huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, yang mana siswa diharuskan paham dengan baik baru diperbolehkan lanjut ke tahap berikutnya, f. buku kerja yang dikembangkan dalam penelitian ini diprogram sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa, yaitu dengan 37 adanya cek pemahaman, sehingga menyesuaikan kemampuan siswa. Berikut merupakan tabel kelemahan buku kerja dan cara mengatasi dalam pengembangan buku kerja: Tabel 5 Kelemahan Buku Kerja Serta Cara Mengatasi Kelemahan Buku Kerja Cara Mengatasi membatasi program edukasional pada kelas atau siswa yang memakainya, buku kerja ditekankan untuk pembelajaran mandiri buku kerja mengandung hal-hal yang tidak logis atau tidak masuk akal buku kerja telah melalui proses validasi, sehingga buku kerja logis dan masuk akal, Guru menjadi insan yang tidak kreatif, buku kerja yang menuntut guru tetap mengajarkan materi pembelajaran, sehingga guru akan lebih bervariatif dalam kegiatan pembelajaran, buku kerja sering gagal menghasilkan kemajuan-kemajuan serta perbaikan- perbaikan yang diharapkan dalam bahasa, Penyusunan buku kerja sesuai dengan karakteristik siswa dan mengupayakan mewadahi kesulitan siswa dengan cara: 1. penampilan menarik 2. pengelompokkan aksara Jawa 3. latihan dan evaluasi tiap tahapan buku sering gagal menghasilkan kemampuan unggul untuk menulis kalimat lengkap dan juga wacana utuh, latihan disusun secara bertahap mulai dari pengenalan huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, yang mana siswa diharuskan paham dengan baik baru diperbolehkan lanjut ke tahap berikutnya, buku kerja gagal memelihara secara memadai perbedaan-perbedaan pribadi yang terdapat pada para siswa adanya cek pemahaman, sehingga menyesuaikan kemampuan siswa.

5. Penyeleksian Buku Kerja

Agar penggunaan buku kerja tepat guna, perlu adanya seleksi dalam pemilihan buku kerja. Greene and Petty dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993:56 telah menyusun atau mengidentifikasi sejumlah pertanyaan yang membimbing guru kearah pemilihan buku, dalam hal ini khusus buku kerja. Dari pertanyaan yang telah disusun tersebut, Henry Guntur Tarigan dan Djago 38 Tarigan mengidentifikasi kembali dan menggolongkan menjadi beberapa kriteria dalam penyeleksian buku kerja yaitu meliputi aspek: a. tujuan b. bahan c. metode d. evalusi e. siswa Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, 1993:57. Aspek-aspek tersebut kemudian dijabarkan kembali. Dari segi tujuan pengajaran buku kerja harus menunjang dan memperkuat tujuan program serta buku kerja harus membantu siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Dari segi bahan, terdapat beberapa kriteria, yaitu: a. bahan tersusun logis dan sistematis, b. bahan menyediakan latihan yang bervariasi, c. bahan sesuai dengan kemampuan siswa, d. bahan merangsang, e. bahan up to date. Dari segi metode, buku kerja harus memiliki kriteria berikut: a. memperkaya kegiatan kelas, b. berisi latihan yang bervariasi dan memotivasi, c. pengarahan, instruksi jelas dan mudah dipahami, d. latihan disamping beranekaragam harus pula memenuhi dari segi perbedaan individual. Terkait dengan aspek evaluasi, buku kerja memuat kriteria berikut: a. terbuka untuk dinilai dan diresensi, b. mempunyai cara untuk menilai penguasaan bahan oleh siswa, c. mempunyai cara penilaian yang praktis, sederhana, dan mudah dihitung serta dikerjakan, d. merangsang penilaian pribadi siswa. Adapun terkait dari aspek siswa, buku kerja dituntut untuk: a. menarik, b. atraktif, c. menambah keyakinan berhasil siswa, d. latihan memotivasi, e. kosa kata sesuai bagi siswa, f. merangsang penilaian pribadi siswa, g. biaya tidak memberatkan siswa. 39 Penyeleksian buku kerja dilakukan untuk memilih buku kerja yang tepat yang sesuai dengan kondisi siswa dan karakteristik pelajaran. Penyeleksian terkait erat dengan penilaian. Sebelum buku kerja digunakan, haruslah melalui penilaian kelayakan. Buku kerja merupakan buku teks pendamping. Penilaian buku teks pendamping sama dengan penilaian buku teks pada umumnya. Penilaian buku teks telah disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP dan menjadi acuan dalam menilai dan menyeleksi buku teks. Komponen penilaian terdiri atas komponen kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan. Keempat komponen penilaian tersebut, kemudian dijabarkan oleh Masnur Muslich 2010 :292-313 menjadi beberapa indikator kemudian dari indikator diuraikan kembali menjadi butir-butir penilaian. Berikut merupakan penjabaran komponen penilaian buku teks.

a. Kelayakan isi

Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator yaitu kesesuaian materi dengan SK dan KD, keakuratan materi, dan materi pendukung pelajaran. Kesesuaian materi dengan SK dan KD 1 Kelengkapan materi 2 Keluasan materi 3 Kedalaman materi Keakuratan Materi 1 Akurasi konsep dan definisi 2 Akurasi prinsip 40 3 Akurasi contoh. Fakta, dan ilustrasi 4 Akurasi soal Materi pendukung pembelajaran 1 Kesesuaian dengan perkembangan ilmu dan teknologi 2 Keterkinian fitur, contoh, dan rujukan 3 Penalaran 4 Pemecahan masalah 5 Keterkaitan antarkonsep 6 Komunikasi write and talk 7 Penerapan 8 Kemenarikan materi 9 Mendorong untuk mencari informasi lebih lanjut 10 Materi pengayakan

b. Penilaian kelayakan penyajian

Teknik penyajian 1 Sistematika penyajian 2 Keruntutan penyajian 3 Keseimbangan antarbab Penyajian Pembelajaran 1 Berpusat pada siswa 2 Mengembangkan keterampilan proses 3 Memperhatikan aspek keselamatan kerja 41 Kelengkapan penyajian 1 Bagian pendahuluan, terdiri atas. a Prakarta b Petunjuk penggunaan c Daftar isi d Daftar simbol atau notasi 2 Bagian isi, terdiri atas. a Gambar atau ilustrasi disajikan dengan jelas, menarik, dan sesuai dengan topik yang disajikan sehingga siswa mudah untuk mempelajari b Rujukan atau sumber acuan dpat lanngsung disebutkan c Penyajian antarbab atau subbab memuat soal latihan bervariasi dengan tingkat kesulitan bergradasi secara proporsional 3 Bagian penyudah a Daftar pustaka b Indeks subyek c Daftar istilah d Petunjuk pengerjakan atau Jawaban soal latihan terpilih.

c. Penilaian Kelayakan Bahasa

Ada tiga indikator yang perlu diperhatikan pada aspek kebahasaan, yaitu kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan, pemakaian bahasa yang komunikatif, keruntutan dan keterapaduan bahasa. Kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan 1 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual 42 2 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial dan emosional Kekomunikatifan 1 Keterbacaan pesan 2 Ketepatan kaidah bahasa Keruntutan dan Keterpaduan Alur Pikir 1 Keruntutan dan keterpaduan antarbab 2 Keruntutan dan keterpaduan antarparagraf

d. Penilaian Kelayakan Kegrafikaan

Penilaian kelayakan kegrafikaan terdiri atas tiga indikator, yaitu ukuran buku, desain kulit buku, dan desain isi buku. Ukuran Buku 1 Kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO A4 210x297 mm, A5 148x210mm, B5 176x250mm, toleransi beda ukuran antara 0-20mm. 2 Keseuaian ukuran dengan materi isi buku Desain Kulit Buku 1 Tata letak, terdiri atas. a Penampilan unsur tata letak pada kulit muka, belakang punggung secara harmonis memiliki irama dan kesatuan yang konsisten. b Penampilan pusat pandang center point yang baik c Komposisi dan ukuran unsur tata letak judul, pengarang, ilustrasi, dan logo, proporsional, seimbang, dan seirama dengan tata letak isi. d Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi tertentu e Menempatkan unsur tata letak konsisten dalam satu seri. 43 2 Tipografi Kulit Buku a Huruf yang digunakan menarik dan mudah dibaca b Ukuran huruf judul lebih dominan dan proporsional dibanding dengan ukuran buku, nama pengarang, dan penerbit. c Warna judul buku kontras dengan warna latar belakang. 3 Penggunaan huruf a Tidak terlalu menggunakan banyak kombinasi jenis huruf b Tidak menggunakan huruf hias dan jenis huruf sesuai dengan huruf isi buku Desain Isi Buku 1 Pencerminan isi buku a Menggambarkan isi materi yang diajarkan dan mengungkapkan karakter objek b Bentuk, warna, dan ukuran proporsi sesuai realita c Penempatan unsur tata letak konsisten sesuai pola d Pemisahan antarparagraf jelas e Tidak ada widow atau orphan. 2 Keharmonisan tata letak a Bidang cetak dan marjin proporsional b Margin dua halaman yang berdampingan proporsional c Spasi antarteks dan ilustrasi sesuai 3 Kelengkapan tata letak a Judul bab, subjudul bab, dan angka halaman 44 b Ilustrasi dan kelengkapan gambar 4 Daya pemahaman tata letak a Penempatan hiasan ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu kejelasan dan penyampaian judul, teks, dan angka halaman. b Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, keterangan gambar tidak mengganggu pemahaman. 5 Tipografi Isi Buku a Kesederhanaan, jenis tulisan tidak terlalu banyak, tidak terlalu banyak variasi huruf. b Keterbacaan c Daya kemudahan pemahaman 6 Ilustrasi Isi a Daya pemerjelas dan pemermudahan pemahaman b Kedayatarikaan ilustrasi meliputi keseluruhan ilustrasi serasi, goresan garis dan raster tegas, kreatif dan dinamis. Berdasarkan kajian dari yang ditulis dua ahli yaitu Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993 dan Masnur Muslich 2010, terkait dengan kebutuhan, sasaran pengguna, dan karakteristik pengembangan buku kerja pada penelitian ini, maka beberapa aspek dari Tarigan dan Djago Tarigan 1993:57 penilaian aspek siswa butir biaya tidak memberatkan siswa tidak dipakai. Begitu pula beberapa aspek atau indikator punya Masnur Muslich 2010 dengan menghilangkan beberapa butir dari setiap bagian, yaitu. 1. Semua aspek pada penilaian kelayakan isimateri 45 Aspek penilaian kelayakan isimateri yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993, sehingga tidak menggunakan Masnur Muslich 2010. Hal tersebut dikarenakan pendapat Masnur Muslich 2010 tentang penilaian isimateri lebih umum, sedangkan Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan 1993 lebih spesifik pada buku kerja. 2. Aspek penilaian teknik penyajian dihilangkan pada subaspek kelengkapan penyajian butir tentang daftar simbol atau notasi. Pada subpenyudah butir daftar pustaka, indeks subyek, daftar istilah, petunjuk pengerjakan atau jawaban soal latihan terpilih. 3. Aspek penilaian kelayakan bahasa, dihilangkan pada subaspek keruntutan dan keterpaduan alur pikir, yaitu pada butir keruntutan dan keterpaduan antarparagraf. 4. Penilaian kelayakan kegrafikaan subaspek desain isi buku, dihilangkan bagian pencerminan isi buku pada butir bentuk, warna, dan ukuran proporsi sesuai realita, pemisahan antarparagraf jelas, tidak ada widow atau orphan. Pada bagian keharmonisan tata letak butir spasi antarteks dan ilustrasi sesuai.

G. Kajian Mengenai Buku Kerja Gladhen Aksara Jawa

Buku kerja gladhen aksara Jawa adalah inovasi dari bentuk buku kerja. Buku kerja seperti yang sudah dijelaskan di atas memiliki arti sejenis buku pelengkap yang dirancang untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap satu unit materi pelajaran dengan menyajikan ulasan materi yang disusun secara khusus serta berisikan latihan-latihan untuk mengevaluasi pemahaman siswa. 46 Buku kerja ini dapat memiliki beberapa keunggulan, diantaranya hemat waktu karena memungkinkan pembelajaran mandiri, guru dapat mendiagnosis kesulitan belajar siswa, menyediakan bahan dan latihan individual. Pengertian buku kerja gladhen aksara Jawa tidak jauh berbeda dengan pengertian buku kerja. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti mendefinisikan buku kerja gladhen aksara Jawa adalah buku pelengkap yang dirancang untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap materi aksara Jawa dengan menyajikan ulasan materi yang disusun secara khusus serta berisikan latihan-latihan untuk mengevaluasi pemahaman siswa. Istilah gladhen ini menggunakan bahasa Jawa krama yang artinya latihan untuk mempertegas fungsi buku kerja sebagai sarana latihan siswa belajar aksara Jawa. Buku kerja yang membahas tentang aksara Jawa sudah pernah ada yaitu karangan Dwijawiyata dan Rosalia Emmy dengan judul Pinter maca lan nulis aksara Jawa 1: buku kerja kanggo para siswa lan masyarakat umum. Modifikasi yang dilakukan pada buku kerja gladhen aksara Jawa yang dikembangkan sehingga berbeda dengan buku kerja aksara Jawa milik Dwijawiyata dan Rosalia Emmy adalah 1 tampilan sampul dan isi lebih menarik, 2 terdiri dari tiga bagian utama yaitu penyajian materi, soal latihan, serta soal ujian persubbab materi, 3 terdapat kolom tanda tangan untuk mengontrol dan mengevaluasi pemahaman siswa, 4 terdapat latihan menulis aksara Jawa dengan menebali guna memberikan pemahaman kepada siswa cara menulis aksara Jawa yang benar, 5 terdapat materi membedakan antaraksara Jawa yang memiliki kesamaan 47 bentuk, 6 terdapat soal ujian untuk mengevaluasi pemahaman siswa, serta 7 terdapat petunjuk penggunaan buku.

H. Kajian Penelitian yang Relevan