34 kecakapannya demi kepentingan orang lain. Mereka paling mungkin
dipersiapkan untuk masuk profesi yang berhubungan dengan orang banyak, seperti mengajar, menjadi pekerja sosial, dalam konseling, dan
lain-lain. d. Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya
terhadap kegiatan yang tidak teratur dan rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan seperti teller bank, atau pekerja administrasi lainnya.
e. Enterprising. Pribadi yang bersifat seperti pengusaha ini menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan memulai dan melakukan proyek
terutama usaha. Mereka senang membujuk dan memimpin orang serta membuat keputusan. Mereka senang mengambil resiko demi
keuntungan. Kepribadian ini menyukai aksi ketimbang berfikir. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales,
politikus, atau manajemen. f. Artistic. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia
melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya
diarahkan ke karir seni atau penulisan.
C. Kerangka Berfikir
Salah satu tugas perkembangan di masa remaja adalah memepersiapkan diri untuk jenjang akrir di masa depan. Pemilihan dan kematangan karir
individu salah satunya dipengaruhi oleh efikasi diri individu tersebut terhadap
35 kemampuannya. Efikasi diri yang dimiliki seseorang akan dapat menumbuhkan
sikap optimis serta komitmen yang kuat dalam diri individu untuk mencapai karir yang diinginkan di masa depan. Menurut Bandura dalam Friedman dan
Miriam, 2009: 247 efikasi diri adalah suatu harapan atau keyakinan tentang bagaimana suatu kompetensi atau kemampuan seseorang akan bisa digunakan
untuk menyesuaikan perilaku pada situasi tertentu. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri mempengaruhi keyakinan seseorang
bagaimana harus bertingkahlaku dalam menghadapi suatu situasi tertentu, salah satunya adalah situasi dalam pemilihan karir.
Fase remaja SMK adalah fase eksplorasi yakni ketika individu memikirkan berbagai alternatif karir, tetapi belum mengambil keputusan yang
mengikat. Situasi ini harus ditunjang dengan efikasi diri yang tinggi pada diri siswa untuk dapat menyesuaikan tingkah laku yang sesuai dengan minat karir
yang ingin dicapai. Super dalam Gonzalez, 2008: 754 menyebutkan dalam menentukan arah pilihan jabatan perlu digunakan pengetahuan akan diri sendiri.
Hal ini berarti efikasi diri seseorang turut mempengaruhi individu dalam menentukan arah pemilihan karir yang sesuai dengan kemampuan dan minat
diri sendiri. Individu akan melakukan evaluasi terhadap kemampuan yang dimiliki untuk selanjtnya disesuaikan dengan bidang karir yang akan dipilih.
Oleh karena itu, individu akan memiliki karir yang sesuai dengan keyakinan dan kemampuannya.
Bandura dalam Sandi Prasetyaning Tyas, 2012: 86 telah melakukan penelitian terhadap remaja yang hasilnya menunjukkan bahwa efikasi diri pada
36 individu memiliki pengaruh yang tinggi pada perkembangan karirnya. Semakin
tinggi efikasi diri individu akan pendidikan dan pekerjaan, maka semakin banyak pilihan karir yang dipertimbangkan dan semakin tinggi pula
ketertarikannya pada berbagai pilihan karir tersebut, sehingga persiapan pendidikannya akan lebih baik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa efikasi
diri memiliki peranan yang penting bagi individu dalam melakukan pilihan karir diantaranya dengan melakukan persiapan terutama dalam bidang pendidikan.
Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi pada karirnya akan mulai mempersiapkan diri melalui pendidikan yang relevan dan sesuai dengan bidang
karir yang dipilih. Pendapat Bandura di atas di perkuat oleh pendapat Daniel Cervone dan
Lawrence A. Pervin 2012: 298 yang menyatakan bahwa orang dengan efikasi diri yang rendah terancam secara potensial dengan tingginya rasa cemas,
termasuk terancam dalam karir di masa depan. Perasaan tidak yakin mampu mengatasi hal merupakan kecemasan yang berlebih yang dimiliki oleh orang
dengan efikasi diri yang rendah. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang percaya mereka tidak mampu menangani kejadian-kejadian yang
mengancam mengalami stress yang besar. Mereka dapat juga mengembangkan disfungsional kognitif lebih lanjut seperti sebuah kenikmatan dengan apa yang
akan terjadi. Dengan kata lain orang yang cemas memfokuskan perhatiannya pada bencana yang akan dihadapi, dan ketidakmampuannya untuk mengatasi
hal tersebut, dibandingkan dengan fokus pada apa yang akan dilakukan untuk mengatasi situasi tersebut.
37 Winkel 1997 menjelaskan bahwa siswa sekolah menengah atas sudah
mulai melihat kaitan antara nilai-nilai kehidupan, gaya hidup, dan memiliki suatu pekerjaan, serta mampu menangkap keterbatasan yang bersumber pada
diri sendiri atau pada situasi hidupnya. Pendapat tersebut berarti bahwa siswa sekolah menengah atas sudah memiliki gambaran dan pengetahuan mengenai
diri sendiri dan berbagai alternatif pekerjaan yang dapat ditekuni di masa depan. Siswa mulai dapat mengevaluasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul
dalam perencanaan karirnya untuk menghadapi masa depan. Hambatan yang tidak terlalu besar dipandang sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diatasi.
Sebaliknya, hambatan yang dipandang cukup besar perlu disikapi dengan cara- cara meninjau kembali pilihan karirnya, mengikuti pelatihan, dan meminta
pendapat serta pertimbangan dari orang lain yang dipandang memiliki kompetensi pada bidang yang sama. Hal tersebut berarti siswa sekolah
menengah atas sudah mampu mengevalusi kemampuannya pada suatu bidang pekerjaan tertentu dengan berdasar pada efikasi diri yang ada pada dirinya.
Siswa sudah mlai berfikir tentang masa depannya terutama mengenai karir yang akan dijalani serta merencanakan karir yang tepat dan sesuai dengan
kemampuannya. Berkaitan dengan kemungkinan adanya hubungan antara efikasi diri
dengan kematangan karir maka dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mampu merencanakan karir di masa depan dengan
sebaik-baiknya serta mampu membuat alternatif-alternatif rencana yang dapat memudahkan karir dirinya.
38 Kemungkinan adanya hubungan antara efikasi diri dengan kematangan
karir maka dapa dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat efikasi diri yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi juga tingkat kematangan karirnya.
Sebaliknya jika semakin rendah tingkat efikasi diri siswa, maka semakin rendah juga tingkat kematangan karir yang dimilikinya.
Gambar 1. Kerangka Berfikir Keterangan :
X : Efikasi Diri H : Hubungan
Y : Kematangan Karir : Arah Hubungan
D. Hipotesis