26
dan lain-lainnya, menyebabkan penempatan perempuan dalam peran-peran yang dianggap kurang penting. Oleh karena itu, patriarki adalah penyebab
penindasan terhadap perempuan Seresinaga, 2012.https: phierda. wordpress. com
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan, budaya patriarki adalah budaya yang dianut seseorang atau sekelompok orang atas dasar garis
keturunan ayah atau laki-laki. Oleh karena itu kebudayaan jenis ini, hanya mementingkan laki-laki sebagai acuan pokok, dan perempuan sebagai bagian
tambahan dalam proses budayanya. Kebudayaan patriarki bertentangan dengan kebudayaan matriarki. Jika kebudayaan patriarki mendasarkan kebudayaannya
pada garis keturunan laki-laki maka kebudayaan matriarki menitikberatkan kebudayaan pada sisi atau garis keturunan perempuan. Kebudayaan patriarki
begitu kental untuk mendukung prioritas kaum laki-laki dan sering mendiskreditkan kaum perempuan. Kebudayaan seperti ini begitu nampak di
Indonesia sebagai salah satu negara yang plural, dan mendapat dukungan positif dari masyarakat hingga saat sekarang.
2. Pandangan Tradisional Mengenai Patriarki
Kamla Bhasin 1996:28-29 berpendapat, kaum tradisional di manapun menerima patriarki sebagai akibat kondisi biologis. Kaum tradisional, baik
yang bekerja di dalam kerangka agama maupun ilmiah menganggap subordinasi perempuan itu ada di mana-mana, takdir Tuhan atau dan oleh
karena itu tidak bisa diubah. Apa yang terus bertahan, bertahan karena ia adalah yang terbaik; karena itu akan terus demikian.
27
Kamla Bhasin 1996:28-29 mengemukakan dengan ringkas argumen kaum tradisional sebagai berikut :
“Dalam bahasa agama dikemukakan bahwa perempuan disubordinasikan kepada laki-laki karena kaum perempuan diciptakan demikian dan karena
itu diberi peranahn dan tugas yang berbeda. Semua masyarakat yang
diketahui menjalankan suatu “pembagian kerja” yang didasarkan pada perbedaan biologis antara kedua jenis kelamin; karena fungsi biologis
mereka berbeda, mereka pasti secara alamiah punya peranahn sosial dan tugas yang berbeda. Dan karena perdebatan-perdebatan ini alamiah, tidak
seorangpun bisa dipersalahkan atas adanya ketimpangan antar jenis kelamin atau adanya kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Menurut
argumentasi kaum tradisional, karena kaum perempuan menghasilkan anak, tujuan utamanya dalam kehidupan adalah menjadi ibu, dan tugas
pokoknya adalah mengasuh dan menghidupi anak”. Maksud dari argumen ini adalah bahwa karena kekuatan badannya yang
lebih besar, laki-laki menjadi aspek penting dalam kehidupan berkeluarga dimana pada zaman tradisional laki-laki akan bekerja lebih keras dibanding
perempuan yaitu menjadi pemburu dan pencari nafkah. Dengan demikian laki- laki dianggap seorang “jagoan” atau kesatria. Sementara perempuan, karena
mereka melahirkan dan mengasuh serta membesarkan anak, maka mereka ditakdirkan untuk membutuhkan laki-laki sebagai tempat perlindungan.
Penjelasan determinasi ini turun temurun terus menerus dari zaman batu ke zaman sekarang dan diyakini kaum laki-laki lahir superior atau yang
mendominasi semua aspek kehidupan. Pandangan ini berpengaruh pada bentuk dan kadar dari budaya patriarki.
Sudah terjadi banyak perubahan baik kadar maupun bentuk patriarki di Inggris dalam seabad terakhir, tetapi perubahan-perubahan ini secara analitis berbeda.
Perubahan pada kadar termaksud aspek relasi gender seperti sedikit berkurangnya selisih gaji antara laki-laki dan perempuan dan semakin