Validasi Data METODE PENELITIAN
67
Dalam masa pemerintahan Raja Arkian Kamba, untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat maka diperintahkan masyarakat
ribu ratu
yang berada di Wutung Riang One sekarang Dusun 1 Namatukan maka raja
meminta orang-orang tua yang berpengaruh atau sebagai penguasa memimpin masyarakat Wutung Riang One dalam hidup bermasyarakat, yang sekarang
dikenal sebagai tuan tanah Hada Nilan, Labi Hada : anak dari Hada Nilan, Osama Labi : meninggal dalam perang dan dikuburkan di Nahu Olla, Haru
Bala : anak dari Osama Labi, mempunyai anak Ola tokan, Lega haru, Luli, Ola Tokan : anak sulung dari Haru Bala dan Temukung Labi Ola untuk melakukan
He’de Kede
-
Ledan’ Kau
-
Pahang’Mahang’ di Riang One dusun 1 Namantukan.
Pahang Mahang-Mula Watu Nobo Tenobo
, adalah tempat
behing bau lolong
untuk kepentingan
lewotanah dan ribu ratu
yang dilakukan oleh tuan tanah. Dalam menjalankan fungsi sebagai penguasa, maka tuan
tanah menjalankan fungsinya sebagai pemimpin dibantu oleh orang-orang yang dipercaya dan menempati bagian-bagian tertentu dari kampung Riang One
yakni Werang bagian utara kampung, Lein bagian selatan kampung, Riang Timu bagian timur kampung, Riang Wara bagian barat kampung.
Mereka-mereka yang mendiami kampung Riang One yang sekarang disebut Laranwutun atau Waipukangantara lain :
a. Suku Atanila
b. Suku Tedemaking
c. Suku Lemaking
d. Suku Domaking
68
e. Suku Dulimaking
f. Suku Gesimaking
Pada suatu waktu, disaat pemerintahan kepala haru Bala Pulo sebagian suku Domaking, Dulimaking, Gesimaking meminta pamit untuk pergi lalu
menetap di wilayah baru Lewo Muru-Puro Wekin, Tanah Naki-haki Badan sekarang muruona, dan mereka dilepas pergikan secara kekeluargaan. Mereka
membangun desa mereka sendiri yakni Desa Muruona gaya lama, dengan kepala yang terkenal adalah Kepala Kedaman Lasan Kepala Beleng Tolo Ile
Aleng Gole. Pada masa pemerintahan desa gaya baru, Desa Muruona kembali bergabung dengan desa Waipukangdan menjadi Desa Laranwutun. Setelah
pemekaran, Muruona menjadi Desa Muruona, sedangkan Waipukangtetap menggunakan nama Desa Laranwutun.
Desa Laranwutun memiliki beberapa nama julukan, sebagai bentuk sanjungan ataupun pujian akan kesabaran, keberanian masyarakatnya di waktu
yang lampau. Pemberian nama ini juga merupakan sanjungan kepada orang- orang tua terdahulu. Nama-nama ini sering terdengar saat orang menyanyikan
lagu daerah, Oreng, Oha. Julukan itu antara lain : a.
Lewu Nisa Padu Baran - Tana Oi Koli Lolon : Nisa atau Niha
: pagar keliling
Oi Koli Lolon
: Tali pengikat dari daun lontar. Dapat diartikan sebagai kampung yang dikelilingi pagar dari pohon damar dengan pengikat dari
daun lontar.
69
b.
Lewu Watan Waipukang
–
Tana Jou Jurubatan
: Dapat diartikan sebagai desa yang berada di pinggir pantai, sebagai
penghubung keluar dan masuknya tamu. c.
Lewo Labi Laranwutun
–
Tanah Nobe ewa Wakon.
Labi dan Nobe adalah alat perang, Labi adalah perisai dan Nobe adalah baju pelindung. Yang
mana keduanya terbuat dari kulit kerbau. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Waipukangadalah desanya para pemberani, sebagai perisai di ujung
jalan, penghadang yang pertama dari serbuan musuh yang masuk ke Ile Ape.