22
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
biasakan untuk melakukan pengamatan baik de- ngan observasi langsung maupun tidak langsung
lewat berbagai sumber. Untuk itu proses pebe- lajaran senantiasa didasarkan pada proses inquiry,
yang secara berturut terdiri dari: a Apa problem? Fakta dan data yang mendukung memang terdapat
problem, b Mencari solusi dengan berteori dan membangun hipotesa. c Mengumpulkan data atau
fakta untuk menguji hipotesa. d Analisa data untuk mendukung hipotesa, e Melakukan generalisasi
Nurhadi, dkk. 2002; Karli Yuliariatiningsih, 2003.
Kelima, dalam pembelajaran IPS-Ekonomi
berbasis DD juga dikembangkan situated learn- ing sebagai suatu proses pembelajaran yang
mengarahkan pada upaya memahami the fusion point antara pengalaman belajar peserta didik yang
telah dipunyainya dengan pengetahuan baru. Dalam situated learning menurut Himam 2006,
peserta didik berkesempatan mengerjakan tugas- tugas belajar yang sifatnya outentik yang penye-
lesainnya dilakukan dalam situasi kerja yang nyata.
G. Penutup
Pembelajaran IPS-ekonomi jenjang pendi- dikan dasar SMP yang bermuara pada lahirnya
lulusan yang melek ekonomi dan berkarakter, mengarahkan pada pentingnya inovasi model
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Oleh karena itu, proses
pembelajaran IPS-ekonomi sedapat mungkin melalui pembelajaran yang bermakna, melalui dia-
log, menggunakan proses berfikir, menemukan problem, dan memecahkannya. Penggunaan
pembelajaran inovatif berbasis DD merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan guru dalam
kelas IPS-Ekonomi. Model inipun memberikan kesempatan kepada guru untuk berinovasi dan
berimprovisasi sehingga menjadi lebih menarik, kreatif, dan menyenangkan. Persyaratan yang dibu-
tuhkan adalah sikap mental, tanggung jawab, komitmen, dedikasi, dan integritas guru IPS-eko-
nomi dalam melakukan pembaharuan secara ber- kelanjutan terhadap pembelajaran berbasis DD ini.
SUMBER ACUAN
Abruscato, J. 1999. Teaching Children Sci- ence: A Discovery Approach. New York:
Allyn and Bacon Al Hakim, S. 2004. Strategi Pembelajaran
Berdasarkan Deep DialogueCritical Thinking DDCT, P3G
Azra, A. 2002. Pendidikan kewargaan dan demokrasi di Indonesia, dalam Tilaar 2002
“pendidikan untuk masyarakat Indone- sia baru”. Jakarta: Grasindo.
Bowell, T. Kemp, G. 2002. Critical think- ing: A concise guide. New York, NY:
Routledge. Cogan, J.J. 1997. Mulidimensional citizenship:
Educational policy for the 21
st
century. An executive summary of the citizenship
education policy study project. Tokyo: Sasakawa Peace Foundation.
Depdiknas. 2006. Bahan penyuluhan dan sosialisasi KTSP SD-SMA. Jakarta:
Depdiknas Depdiknas. 2006. peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 2006,tentang Standar
Nasional Pendidikan
Dirjen Dikti 2005. Tujuh Langkah Deep dia- logueDialog
Mendalam Yang
Diterapkan Pada Para Guru “ Pendidikan Anak Seutuhnya”, Unicef,
GDI
Djahiri, A,K. 1996. Menelusuri dunia Afektif- Nilai Moral dan Pendidikan Nilai Moral.
Bandung: Laboraturium Pengajaran PMP IKIP Bandung.
Farisi, A. 2002. Penggunaan konsep siswa dalam pendidikan IPS. Jakarta: Jurnal
Pendidikan Universitas Terbuka, 2, 78-94.
23
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
Global Dialogue Institute. 2001. Deep Dialogue Critical Thinking as Instructional Ap-
proach. Disajikan pada TOT Pendidikan Anak Seutuhnya di Malang 1-11 Juli 2001.
Hamidi, H. 2011. Pendidikan karakter sebagai pondasi membangun peradaban bangsa.
Diambil hari kamis, 27 Oktober 2011, dari http:hamiddarmadi.blogspot.com.
Himam, F. 2006. Pengembangan system penilaian untuk mendeteksi potensi
peserta didik: Situated learning ap- proach. Yogyakarta: HEPI
Karli, H. Yuliariatiningsih, M.S. 2003. Implementasi kurikulum berbasis
kompetensi: model-model pembelajaran. Bandung Bina Media Informasi.
Khilmiyah, A. et.al. 2005. Metode Pengajaran Kewarganegaraan. Yogyakarta: Diklitbang
Muhammadiyah. Mardapi, D. 2006. Pengembangan sistem
penilaian berbasis kompetensi.
Yogyakarta: HEPI. Massialas, B.G. Allen, R.F. 1996. Cricual
issues in teaching social studies K-12. Boston, MASS: Wadsworth Publishing
Company.
Merrill, M.D. 1991. Constructivism And In- struction Design. Educational Technology,
May, 45-53. Mubyarto, Daniel W, Bromley. 2002. A de-
velopment alternative for Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mulyasa. 2006. Kurikulum tingkat satuan pendidikan
SD-SMA. Bandung:
Rosdakarya. Nurhadi.et.al. 2002. Pendekatan Kontekstual.
Malang: Universitas Negeri Malang. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang “Standar nasional pendidikan”. Jakarta: Kemendiknas.
Puskur Balitbang Kemendiknas. 2010. Pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas.
Rogers, E.M 1983. Discussion of innovation. New York: Longman
Saidihardjo. 1997. Jati diri, sumber daya manusia dan tantang pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial pada era globalisasi. makalah. Disampaikan pada sarasehan
forum komunikasi VII pimpinan FPIPS JPIPS se Indonesia tanggal 11-12 Novem-
ber 1997.
Sanusi, A. 1989. Memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan 10 pilar demokrasi.
Makalah disampaikan pada Seminar Pendidikan Politik, dan Kenegaraan di Era
Abad XXI. Bandung: IKIP Bandung.
Sanusi, A. 1998. Pendidikan alternatif. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sardiman, A.M. 2010. Revitalisasi peran pembelajaran IPS dalam pembentukan
karakter bangsa artikel. Yogyakarta: Jurnal Cakrawala Pendidikan, Mei
2010.Th. XXIX.
Sihabuddin, R. 2002. Pendidikan demokrasi melalui pengelolaan asertivitas dan
atribusi siswa terhadap sikap dan perilaku berdemokrasi. Bandung: Jurnal
pendidikan Pascasarjana vol.1 No.2, hal. 140-158
Slamet, PH. 2009.Pengembangan Pendidikan karakter Siswa oleh Sekolah. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional Membangun Nilai-nilai Kehidupan
karakter dalam pendidikan. Yogyakarta: UNY.
Slavin. 1994. Educational Psychology: Theory And Practice. Needham Heights: Allyn and
Bacon. Somantri, M. N. 1999. Reformasi memberi
harapan berkembangnya tradisi social studies ke-3 untuk menyiapkan mutu
pendidikan IPS memasuki abad ke-21.