Praktik Refleksi Tindakan Praktik Pedagogi Reflektif Dalam Pembelajaran Ekonomi

35 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen Contoh 2: Nama Materi : Perdagangan Internasional Nilai yang diperoleh : Nasionalisme Pilihan Batin : Mencintai produksi dalam negeri Tindakan : Membeli produksi dalam negeri

5. Evaluasi

Dalam tahapan evaluasi, siswa dan guru mengambil peran sebagai berikut. Siswa mela- kukan evaluasi diri untuk melihat perkembangan penegetahuannya maupun aspek-aspek kepri- badian, misalnya: kemampuan bekerjasama, saling menghargai pendapat, kepemimpinan, dll. Guru merencanakan penilaian secara teratur baik yang menyangkut kemampuan akademik maupun kepribadian atau karakter siswa Adi, 2010. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan dievaluasi dengan ujian, portofolio, proyek, dll. Sementara itu, perkembangan sikap-sikap kepri- badian dievaluasi dengan wawancara pribadi, meninjau buku harian siswa, mengukur relasi inter- personal siswa, mengamati keaktifan siswa dalam kelas, dan lain-lain. Hasil dari evaluasi ini dapat digunakan untuk memberi masukan pada proses pembelajaran terutama berkaitan dengan per- baikan-perbaikan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran.

E. Penutup

Keseluruhan rangkaian dari tahap konteks, pengalaman, refleksi, tindakan, dan evaluasi diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Apabila dari hasil evaluasi ternyata tujuan tersebut belum ter- capai maka kegiatan pembelajaran perlu diulang. Pedagogi reflektif lebih menekankan kualitas dari- pada kuantitas. Artinya lebih baik mempelajari da- lam jumlah sedikit sampai membentuk sikap dari- pada mempelajari banyak hafalan yang nantinya cepat lupa. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2010. Rencana Strategis Depertemen Pendidikan Nasional Tahun 2010 – 2014. ————. 2008. Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian. P3MP, Universitas Sanata Dharma. Adi, Kuntoro, dkk. 2010. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Damon, W. 2002. Bringing in a New Era in Char- acter Education. California: Hoover Institu- tion Press. DePorter, Bobbi. Mark Reardon, dan Sarah Singer. 1999. Quantum Teaching: Orches- trating Student Success. Boston: Allyn and Bacon. Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor. Galbraith, John Kenneth. 1991. A History of Eco- nomics: The Past as The Present. Penguin. London. Johnson, Eline B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc. Joyce, Bruce Marsha Weil. 1996. Models of Teaching, 5 th ed. A Simon Schuster Com- pany. Laurillard, Diana. 2002. Rethinking University Teaching a Fremework for Effective of Learning Technologies, 2th ed. New York: Routledge Falmer. Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn and Bacon. Subagya, dkk. 2008. Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Tilaar, H.A.R. 2000. “Pendidikan Abad ke-21 Menunjang Knowledge-based Economy”. Analisis CSIS, Edisi Tahun XXIX 2000. No.3. 36 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen I mpelentasi Pendidikan Karakter Berbasis Konsistensi Mokhammad Nurruddin Zanky Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Email: udinzankygmail.com Abstrak: Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membekali peserta didik dengan kecerdasan dalam berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang ditanamkan. Nilai-nilai luhur ini didasarkan pada empat pilar yakni agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional yang kemudian dijabarkan kedalam delapan belas karakter. Penanaman nilai-nilai luhur yang kemudian disebut karakter merupakan tanggung jawab seluruh pilar pendidikan yaitu keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Konsitensi dalam penanaman nilai-nilai luhur tersebut menjadi kata kunci dalam pendidikan karakter, sebab karakter terbentuk atas konsistensi pikiran, keinginan, perbuatan dan kebiasaan. Implementasi pendidikan karakter di sekolah tidak bisa terlepas dari peran manajemen sekolah sebagai penentu kebijakan melalui penerapan fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Kata Kunci: pendidikan karakter, nilai-nilai luhur, konsistensi, kebersamaan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinia keempat menjabarkan mengenai tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat tujuan tersebut adalah: 1 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah In- donesia; 2 Memajukan kesejahteraan umum; 3 Mencerdaskan kehidupan bangsa; 4 Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Jika kita mencermati maka tujuan kesatu, kedua dan ketiga merupakan tujuan yang sifatnya kedalam yaitu untuk membangun kemajuan bangsa. Tidak ada jalan lain dalam suatu pem- bangunan selain dengan pendidikan. Oleh karena itu pemerintah melalui UUD 1945 dalam pasal 31 ayat 1 menyatakan “setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. Selain itu untuk memastikan bahwa warga Negara Indonesia dapat memperoleh pendidikan pasal 31 ayat 2 menya- takan “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib mem- biayainya”. Namun ternyata kepedulian pemerintah terhadap pendidikan belum mampu mengatasi per- masalahan yang ada di Indonesia. Berbagai masa- lah yang ada di Indonesia saat ini diantaranya pengelolaan sumber daya alam yang kurang mak- simal, banyak kasus korupsi, tawuran antar pelajar, ijazah palsu, penganiayaan disertai perkosaan, perampokan, pencopetan, tawuran antar supporter sepak bola dan masih banyak lagi. Kita dapat mengatakan bahwa setiap sisi kehidupan dalam Negara ini sedang mengalami permasalahan. Menanggapi permasalahan ini membuat pemerintah berupaya bahwa peran pendidikan tidak sekedar mentransfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Tindakan nyata melalui per- ubahan kurikulum terus dilakukan oleh pemerintah.