18
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
Pertama, Konstruktivistik. Pembelajaran
berbasis DD mengakses paham konstruktivis de- ngan menekankan adanya dialog mendalam. Pan-
dangan konstruktivis dalam pembelajaran adalah bahwa anak-anak diberi kesempatan agar meng-
gunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing ke
tingkat pengetahuan yang lebih tinggi Slavin, 1994; Abruscato, 1999; Suparno, 1997. Paling
tidak ada 2 dua teori yang melandasi pendekatan konstruktivisme modern yaitu “Teori Perkem-
bangan Kognitif Piaget dan Teori Perkembangan Mental Vygotsky”. a Teori Perkembangan Kog-
nitif Piaget. Piaget menyatakan bahwa anak mem- bangun sendiri skemanya serta membangun kon-
sep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya Abruscato, 1999; Wolfolk, 1993. b Teori Per-
kembangan Fungsi Mental Vygotsky. Seperti halnya Piaget, Vygotsky juga berpendapat bahwa
anak membentuk pengetahuan sebagai hasil pikiran dan kegiatan anak sendiri Suderadjat, 2004. Baik
Piaget dan Vigotsky Suderadjat, 2004 berpan- dangan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi
bila konsep-konsep yang difahami sebelumnya, di- olah melalui proses ketidakseimbangan dalam
upaya memahami informasi baru Merril, 1991. Selain itu, Dewey Khilmiyah, dkk. 2005 mengata-
kan bahwa learning by doing artinya pengalaman diperoleh sesorang melalui bekerja yang meru-
pakan hasil belajar yang tidak mudah dilupakan “I see I forget, Ihear I remember, I do I under-
stand”.
Kedua, teori belajar humanistik. Teori ini
menekankan pada isi dan proses yang berorientasi pada peserta didik sebagai subyek belajar.
Humanistik menekankan bahwa proses belajar berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri
Uno, dkk, 2004. Proses belajar terjadi karena komunikasi personal. Teori ini bertujuan untuk me-
manusiakan manusia agar mampu mengaktuali- sasikan diri dalam kehidupan. Teoris humanistik
Kolb Uno, dkk, 2004, membagi belajar ke da- lam empat tahap, yaitu: a tahap pengalaman kon-
kret; yaitu perserta didik dalam belajarnya hanya sekedar ikut mengalami suatu peristiwa; b tahap
pengamatan kreatif dan reflektif, yaitu secara lambat laun peserta didik mampu mengdakan
pengamatan secara aktif terhadap suatu peristiwa dan mulai memikirkan untuk memahaminya; c
tahap konseptualisasi, yaitu peserta didik mampu membuat abstraksi dan generalisasi berdasarkan
contoh-contoh peristiwa yang diamati; dan d tahap eksperimentasi aktif, peserta didik mampu
menerapkan suatu aturan umum pada situasi baru. Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam
DD berdasarkan teori ini antara lain: adanya prinsip komunikasi multi arah, prinsip pengenalan
diri untuk mengenal dunia orang lain, prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan
kesederajatan, prinsip saling memberadabkan dan memberdayakan, prinsip keterbukaan dan keju-
juran serta prinsip empatisitas yang tinggi Al- Hakim, 2002.
Ketiga, Teori Inovasi dari Rogers. Rogers
1983, memerinci adanya lima aspek inovasi yang dapat diterima oleh adopter, adalah sebagai berikut:
a Keuntungan relatif, adalah tindakan dimana suatu ide baru dianggap lebih baik dari pada ide-
ide yang ada sebelumnya; b Kompatibilitas, ada- lah sejauh mana suatu inovasi pendidikan dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima inovasi; c
Kompleksiti, adalah tingkat dimana suatu inovasi pendidikan dianggap relatif sulit untuk dimengerti
dan diterapkan oleh pelaksana pendidikan. Ino- vasi-inovasi tertentu begitu mudah dipahami oleh
beberapa guru, sedangkan guru lainnya tidak. Kerumitan inovasi pendidikan berhubungan negatif
dengan kecepatan adopsinya; d Trialibility, ada- lah suatu tingkat dimana sebuah inovasi dapat di-
cobakan dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada ino-
vasi yang tak dapat dicoba lebih dulu; e Obser- vability, adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu
inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Hasil-hasil ino- vasi tertentu mudah diamati dan dikomunikasikan
kepada orang lain, sedangkan beberapa lainnya tidak. Observabilitas suatu inovasi pendidikan ber-
19
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
hubungan positif dengan kecepatan adopsinya DD memuat kelima aspek tersebut diatas, selanjutnya
dengan DD orang juga akan mampu mengikuti dunia lain dan secara perlahan-lahan mengintegra-
sikannya dalam kehidupan dirinya.
E. Implementasi Pembelajaran Berbasis DD dalam Pembelajaran IPS-Ekonomi
Mengimplementasikan pembelajaran inova- tif berbasis DD dalam pelajaran IPS-ekonomi se-
hingga menghasilkan anak didik yang memilki kom- petensi ekonomi dan berkarakter, maka tentu di-
cermati dari sintaks pembelajaran itu sendiri. Sin- taks ini mencerminkan langkah-langkah pem-
belajaran inovatif berbasis DD. Berikut disajikan sintaks pembelajaran inovatif berbasis DD
dimaksud.
Berdasarkan sintaks di atas, maka berikut diilustrasikan aplikasi singkat pembelajaran inovatif
berbasis DD pada mata pelajaran IPS-ekonomi sebagai alternatif peningkatan kompetensi
berdimensi karakter siswa. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1. Kegiatan awal Dalam setiap mengawali pembelajaran IPS-
Ekonomi dimulai dengan salam, penyampaian tujuan pembelajaran, kompetensi yang akan
dicapai, kemudian menggunakan elemen dinamika kelompok untuk membangun
komunitas, yang bertujuan mempersiapkan peserta didik berkonsentrasi sebelum meng-
ikuti pembelajaran. Aktivitas pembelajaran pada tahap ini dilalui sebagai berikut:
Membuka pelajaran. Dalam membuka pelajaran, guru selalu mengajak atau
memerintahkan peserta didik untuk berdoa atau hening menurut agama dan
kepercayaan masing-masing. Tujuan dari berdoa atau hening adalah memusatkan
fisik dan mental, mempersiapkan segenap hati, perasaan dan pikiran peserta didik
agar dapat mengikuti pembelajaran dengan mudah. hening membawa manusia
pada pengendapan hati dan pikiran, sehingga memudahkan proses dialog
mendalam.
Tahapan Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Hening
Guru mengajak berdoa, menyampaikan tujuan pembelajaran, kompetensi yang akan dicapai
Tahap 2 Membangun
komunitas Guru mengajak dan meminta peserta didik membaca puisi, menyanyi, peragaan,
bermain peran, simulasi atau senam otak yang relevan dengan materi pokok IPS- Ekonomi
Tahap 3 Kegiatan inti dengan
strategi penemuan
konsep dan
Cooperative Learning CL
Guru mengajukan pertanyaan komplek dan provokatif untuk mendorong peserta didik menemukan konsep yang akan dibelajarkan, membuat definisi melalui strategi
peneluan konsepconcept attainment, selanjutkan mendorong peserta didik untuk menetapkan,
mengidentifikasi, menganalisis,
memecahkan masalah,
mempresentasikan hasil melalui strategi CL Tahap 4
Refleksi Guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk menyampaikan sikapnya,
perasaannya, pengalaman pembelajaran dan harapannya untuk pembelajaran berikutnya di masa yang akan datang
Tahap 5 Evaluasi
Guru melakukan evaluasi baik proses maupun hasil belajar peserta didiknya.
Tabel 1. Sintaks pembelajaran inovatif berbasis DD
Diadopsi dari Untari, 2002 dan GDI, 2001
20
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
Untuk mengarahkan pikiran siswa, maka guru memberikan acuan belajar dengan
cara menjelaskan kompetensi yang di- harapkan dan sekali waktu merangsang
siswa untuk bertanya. Penyampaian tu- juan atau kompetensi ini selain mengarah-
kan pikiran siswa juga berfungsi untuk membatasi materi pelajaran sehingga ti-
dak terjadi pembahasan yang tidak relevan dengan materi pelajaran.
Dinamika kelompok dalam rangka mem- bangun komunitas dapat dilakukan de-
ngan membaca puisi, menyanyi, pera- gaan, bermain peran, simulasi atau senam
otak yang relevan dengan materi pokok yang dibelajarkan. Kegiatan membangun
komunitas juga merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat majemuk
oleh karena itu apabila dalam pembela- jaran telah dibangun keterikatan terhadap
komunitas kecil kelas, maka pada skala makro sikap dan perilaku toleransi, meng-
hargai perbedaan, terbuka terhadap kritik, berani tampil beda, dan sikap ter-
puji lainnya akan dapat mengantarkan mahapeserta didik menjadi warga negara
demokratis. Disini peserta didik dituntut untuk berpikir kritis melalui analisis ter-
hadap lagu, gambar, peristiwa dan seba- gainya. Kegiatan seperti ini mampu meng-
aktifkan intelegensi ganda multiple intellegences yang dimiliki peserta didik.
Aktivitas yang melibatkan unsur dan prin- sip dinamika kelompok secara tak lang-
sung bertujuan membangkitkan perasaan gembira, senang penuh gairah sehingga
peserta didik termotivasi.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan ini sebagai pengembangan dan peng- organisasian materi pembelajaran. Adapun
tahap yang dilalui sebagai berikut:
Guru melaksanakan kegiatan dengan menggali informasi dengan memper-
banyak brain storming dan diskusi de- ngan melemparkan pertanyaan komplek
untuk menciptakan kondisi dialog men- dalam. Pada tahap ini peserta didik dilatih
sekaligus diberikan pengalaman melalui proses usaha menemukan informasi,
konsep atau pengertian yang diperlukan dengan mengoptimalkan dialog mendalam
dan berpikir kritis antar sesama. Dalam kegiatan ini konsep dan definisi tidak
diberikan oleh guru, tetapi digali oleh peserta didik melalui teknik concept at-
tainment yakni proses kegiatan mem- bangun ketercapain sebuah konsep sam-
pai pada pengertian atau definisi. Selan- jutnya dilaksanakan cooperative learn-
ing untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pada saat yang ber-
samaan guru memberikan bimbingan ker- jasama, membimbing setiap kelompok
untuk mengkaji, memilah, merumuskan, dan menyusun tugas yang diberikan.
Tahap umpan balik yang selalu dilak- sanakan guru, setelah peserta didik diberi
waktu untuk berdialog mendalam. Apa- pun perolehan belajar peserta didik meru-
pakan upaya maksimal mereka, oleh sebab itu guru harus mengakui dan mem-
beri penghargaan. Selanjutnya dilakukan klarifikasi atau penajaman atas temuan
peserta didik terarah pada kompetensi dan materi pokok yang dibelajarkan.
Umpan balik dimaksudkan sebagai pene- gasan fungsi dialog mendalam yang ber-
muara pada pelaksanaan evaluasi pemahaman peserta didik. Tahap ini
sekaligus sebagai bukti bahwa guru bukan sumber yang “tahu segalanya”, namun
antar peserta didik dan pendidiknya terjadi saling belajar dan saling mem-
belajarkan, sehingga terkesan “simbiosis mutualism”