Fase Identifikasi dan Analisis Masalah

220 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen Kesamaan KDmateri di Mapel lain dalam satu Kompetensi keahlian. 1. Kebijakan: Sesuai dengan yang ada di kurikulum. 2. Pelaksanaan: Banyak kesamaan KD indikator dalam satu jurusan misal Ilmu penjualan di pemasaran, harga pokok produk di akuntansi, komunikasi di AP tapi tidak pernah dipadukan dalam pembelajaran kewirausahaan. Guru mengambil inisiatif sendiri untuk mensikapi materi yang tumpang tindih dengan menggunakan assisment kepada siswa terlebih dahulu, tapi tidak semua guru. Pernah terjadi di pemasaran ada materi pengiriman produk, juga ada di mapel jurusan lain. 3. Keinginan: Agar supaya diadakan pertemuan antara guru kewirausahaan dengan guru lainnya untuk membahas kesamaan KD atau materi sehingga saling mengetahui materi mana yang sudah diberikan di tiap-tiap jurusan sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemberian materi. Ada sinkronisasi antara materi yang satu dengan yang lain dengan cara memadukan KDmateri di satu kompetensi keahlian. Mapel lain yang mendukung mapel kewirausahaan di satu keahlian. 1. Kebijakan: Ada beberapa yang mendukung mapel KWU kur 2. Pelaksanaan: Ada beberapa mapel yang mendukung tapi belum pernah dipadukan secara hitam di atas putih, walaupun secara praktis sebagian sudah dilakukan. 3. Keinginan: Mapel lain yang mendukung mapel kewiraiusahaan di satu keahlian juga perlu dipadukan Mapel lain yang mendukung mapel kewirausahaan di kompetensi keahlian lain. 1. Kebijakan: Susuai kurikulum, yang terbanyak di program keahlian pemasaran, yang sedikit di program keahlian TKJ 2. Pelaksanaan: Baik di program keahlian pemasaran, maupun di program keahlian TKJ belum pernah dipadukan 3. Keinginan: Mapel lain yang mendukung mapel kewirausahaan di kompetensi keahlian lain juga perlu dipadukan sehingga bisa saling mengetahui mana KDmateri yang ada di kewirausahaan yang harus diberikan, mana materi yang bisa dilewati. Ada praktek kwu 1. Kebijakan: Di program pembelajaran belum diperjelas tentang adanya praktek kewirausahaan. 2. Pelaksanaan: Praktek Kwu dilaksanakan dengan skedul yang luwes sesuai materi yang diajarkan. Untuk praktek tidak hanya berupa produk. Praktek KWU sudah pernah disingronkan dengan mata pelajaran di IPA produk daur ulang, tapi sekarang tidak berjalan. Praktek memanfaatkan materi yang tumpang tindih dengan mapel lain, sehingga sudah pernah dilakukan tapi hanya secara kebetulan. Untuk IPA pada pembahasan kreatif juga bisa disinkronkan. Mapel seni budaya juga tumpang tindih materinya, tapi juga baru tahun ini. 3. Keinginan: Agar ada kejelasan tentang praktek kewirausahaan pada program pembelajaran RPP baik menyangkut; waktu praktek, banyaknya praktek, jenisnya praktek, dan tempat prakteknya. Pemanfaatan unit usaha di sekolah untuk praktek. 1. Kebijakan: Bisnis center, dan kafe sekolah, UP TKJ, foto copy, dan bank mini. 2. Pelaksanaan: Untuk praktek harian yang berjalan dengan baik hanya dilaksanakan di bisnis center BC dan Cafe saja. 3. Keinginan: Seharusnya dapat memanfaatkan dengan baik di semua unit potensial untuk praktek yang ada di sekolah. Menggunakan praktisi wirausaha sebagai modelling 1. Kebijakan: Menggunakan praktisi interpreneur sebagai mitra. 2. Pelaksanaan: Menggunakan tenaga dari BLK, dengan mengirin siswa ke BLK Malang. Mendatangkan belum pernah, walaupun sudah ada tawaran dari DUDI. Dahulu pernah mendatangkan dari produk roti “donat”, tapi cuma sekali. Sebagian siswa terinspirasi karena pernah dikirim untuk mengikuti workshop Kewirausahaan. 3. Keinginan: Dilibatkan dalam proses pembelajaran baik teori maupun praktek di sekolah. Mendatangkan praktisi wirausaha bisa yang dari BLK atau DUDI atau yang lainnya. Model pembelajaran inovatif 1. Kebijakan: Menggunakan model pembelajaran inovatif. 2. Pelaksanaan: Jarang digunakan model pembelajaran yang inovatif karena dirasa kurang efektif karena kurang jalan dalam penerapannya. 3. Keinginan: Agar menggunakan model pembelajaran campuran atau terpadu. Sumber: Laporan Hasil Focus Group Discussion FGD, Indeepth Interview, Observasi, dan Dokumen. 221 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen

B. Fase Penyusunan Desain Pembelajaran Terpadu Model Webbed Secara

Konseptual Berdasarkan hasil kajian dan analisis berbagai unsur yang terkait dengan pembelajaran kewirausahaan di SMK PGRI 1 Jombang, dilaku- kan penyusunan dari masing-masing set atau bagian dari prototipe dalam pembelajaran kewirausahaan terpadu model webbed untuk kelas XI. Setelah melalui langkah demi langkah dalam penyusunan beberapa komponen dari desain pembelajaran kewirausahaan terpadu model webbed bersama kelompok kolaborator yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru, mulai dari pemetaan SK-KD sampai bahan ajar dan pedoman pembelajaran, akhirnya dihasilkan draf konseptual pembelajaran terpadu model webbed yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran kewirausahaan terpadu di Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 1 Jombang. Adapun desain dan alur produk pembelajaran terpadu model webbed dapat dilihat pada gambar skema alur produk yang bersifat koseptual hasil pengembangan sebagai berikut:

C. Uji Efektifitas 1.

Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran Kewirausahaan Terpadu Model Webbed Pelaksanaan uji efektifitas dan pembelajaran model webbed dalam penelitian ini, diawali dengan melakukan pre tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang wirausaha dan pre tes untuk mengetahui kecenderungan wirausaha sebelum menggunakan pembelajaran kewirausa- haan terpadu model webbed, dan melakukan pos tes setelah model pembelajaran kewirausahaan terpadu. Berikut hasil analisis pre tes dan pos tes. a. Hasil Pre Tes Pengetahuan Siswa Tentang Kewirausahaan Pre tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kewirausahaan siswa sebelum diberi perlakuan berupa uji desain produk pengembangan. Deskripsi data pengetahuan awal selengkapnya pada lampiran 29. Berikut ini adalah hasil anailis desriptif dengan menggunakan distribusi frekwensi dari data nilai pre tes tingkat pengetahuan kewirausahaan siswa dengan nilai maksimum 51 dan nilai mini- mum 34, dengan menggunakan kualifikasi yang tidak banyak terlalu banyak agar lebih mudah pengkategoriannya yaitu 3 tiga maka rentang untuk kualifikasi nilai kelas adalah ah Berdasarkan tabulasi data pengetahuan kewirausahaan siswa pre test diketahui bahwa dari 34 siswa yang menjadi responden, sebanyak 5 lima siswa 15 dinilai dengan kualifikasi kurang, 9 sembilan siswa 26 termasuk cukup, dan sisanya sebanyak 20 siswa 59 dinyatakan dengan kualifikasi baik. Dengan demikian maka dari segi pengetahuan siswa tentang wirausaha mayoritas sudah termasuk baik, sehingga tidak perlu dikhawatirkan tentang tingkat pengetahuan siswa tentang wirausaha, yang diperlukan adalah adanya perhatian yang lebih serius untuk prakteknya. No Kelas Interval Kualifikasi Frekwensi Prosentase 1 46 - 51 Baik 20 59 2 40 - 45 Cukup 09 26 3 34 - 39 Kurang 05 15 Total 34 100 Tabel 2 Tabulasi Hasil Pre Tes Pengetahuan Siswa Tentang Kewirausahaan Sumber: Hasil Olah Data Primer 222 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen Gambar 1 Skema Susunan Konseptual Pembelajaran Terpadu Model Webbed