Penutup PROCEDING PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BISNIS DAN MANAJEMEN FEUM 2015

23 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen Global Dialogue Institute. 2001. Deep Dialogue Critical Thinking as Instructional Ap- proach. Disajikan pada TOT Pendidikan Anak Seutuhnya di Malang 1-11 Juli 2001. Hamidi, H. 2011. Pendidikan karakter sebagai pondasi membangun peradaban bangsa. Diambil hari kamis, 27 Oktober 2011, dari http:hamiddarmadi.blogspot.com. Himam, F. 2006. Pengembangan system penilaian untuk mendeteksi potensi peserta didik: Situated learning ap- proach. Yogyakarta: HEPI Karli, H. Yuliariatiningsih, M.S. 2003. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi: model-model pembelajaran. Bandung Bina Media Informasi. Khilmiyah, A. et.al. 2005. Metode Pengajaran Kewarganegaraan. Yogyakarta: Diklitbang Muhammadiyah. Mardapi, D. 2006. Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi. Yogyakarta: HEPI. Massialas, B.G. Allen, R.F. 1996. Cricual issues in teaching social studies K-12. Boston, MASS: Wadsworth Publishing Company. Merrill, M.D. 1991. Constructivism And In- struction Design. Educational Technology, May, 45-53. Mubyarto, Daniel W, Bromley. 2002. A de- velopment alternative for Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Mulyasa. 2006. Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD-SMA. Bandung: Rosdakarya. Nurhadi.et.al. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang “Standar nasional pendidikan”. Jakarta: Kemendiknas. Puskur Balitbang Kemendiknas. 2010. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas. Rogers, E.M 1983. Discussion of innovation. New York: Longman Saidihardjo. 1997. Jati diri, sumber daya manusia dan tantang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada era globalisasi. makalah. Disampaikan pada sarasehan forum komunikasi VII pimpinan FPIPS JPIPS se Indonesia tanggal 11-12 Novem- ber 1997. Sanusi, A. 1989. Memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan 10 pilar demokrasi. Makalah disampaikan pada Seminar Pendidikan Politik, dan Kenegaraan di Era Abad XXI. Bandung: IKIP Bandung. Sanusi, A. 1998. Pendidikan alternatif. Bandung: Grafindo Media Pratama. Sardiman, A.M. 2010. Revitalisasi peran pembelajaran IPS dalam pembentukan karakter bangsa artikel. Yogyakarta: Jurnal Cakrawala Pendidikan, Mei 2010.Th. XXIX. Sihabuddin, R. 2002. Pendidikan demokrasi melalui pengelolaan asertivitas dan atribusi siswa terhadap sikap dan perilaku berdemokrasi. Bandung: Jurnal pendidikan Pascasarjana vol.1 No.2, hal. 140-158 Slamet, PH. 2009.Pengembangan Pendidikan karakter Siswa oleh Sekolah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Membangun Nilai-nilai Kehidupan karakter dalam pendidikan. Yogyakarta: UNY. Slavin. 1994. Educational Psychology: Theory And Practice. Needham Heights: Allyn and Bacon. Somantri, M. N. 1999. Reformasi memberi harapan berkembangnya tradisi social studies ke-3 untuk menyiapkan mutu pendidikan IPS memasuki abad ke-21. 24 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen Bali: Sarasehan Forum Komunikasi Pimpinan FPIPS-IKIP dan JIPS IKIP STKIP se Indonesia. Somantri, M. N. 2001. Menggagas pembaharuan pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya PPs UPI Bandung. Suderadjat, H. 2004. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Bandung: Cipta Cekas Grafika. Sudjana. 1997. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Jakarta: Kanisisus. Suprapranata, S. Hatta, M. 2004. Penilaian portofolio: Implementasi kurikulum 2004. Bandung Rosdakarya. Suwarman Al Muchtar. 1991. Pengembangan kemampuan berfikir dan nilai dalam pendidikan IPS suatu studi budaya pendidikan. Disertasi Doktor tidak di publikasikan. Bandung: PPs IKIP Bandung. Suyanto, 2006. Di Belantara Pendidikan Bermoral. Penerbit UNY Press. Syarief, H. 1999. Paradigma baru pendidikan: Membangun masyarakat madani. Republika tanggal 19 Oktober 1999. Ubaid, A.F. 2011. Mewujudkan pembelajaran ekonomi berwawasan lingkungan dalam sistem organisasi sekolah.Tesis. Malang: PPs UM Undang-undang RI No.202003. Sistem pendidikan nasional. Semarang: Aneka Ilmu. Uno, H.B.et.al. 2004. Landasan pembelajaran: Teori dan praktik. Gorontalo: Nurul Jannah. Untari, S. 2002. Pendekatan Deep Dialogue Critical Thinking. Jakarta: Dirjendis- dasmen, PPPG IPS dan PMP Malang Winataputra. U.S. 2002. Jati diri pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana sistemik pendidikan demokrasi Studi kajian konseptual dalam konteks pendidikan IPS. Bandung: Jurnal pendidikan Pascasarjana vol.1 No.2, hal. 39 -75 Woolfolk, A. 1993. Educational Psychology. 5 ed . Needham Height: Allyn and Bacon Pub- lishers Yancy, K.B. 1992. Portofolio in the writing classroom. Urbana Illionis: National Council of Teachers of English. Yulaelawat i, E. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, teori, dan aplikasi. Bandung: Pakar Raya. Yusuf. 2010. Pendidikan lingkungan hidup. Diambil pada hari Kamis, 27 Oktober 2011, dari: http:industri10yusup.blog. mercubuana.ac.id Zamroni. 2002. Reorientasi pengajaran Ilmu- Ilmu Sosial berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi. makalah. Disampaikan pada seminar yang diselenggarakan FIPS UNY tanggal 22 November 2002. Zamroni. 2004. Pembelajaran IPS dalam pelaksanaan otonomi daerah. makalah. Disampaikan pada seminar nasional PIPS Pascasarjana UNY tanggal 23 Agustus 2004. Zuriah, N. 2008. Analisis model teoritik inovasi pembelajaran ilmu sosial berbasis demokratisasi. makalah hasil penelitian. Disampaikan dalam Simposium Nasional Kebijakan dan Inovasi Pendidikan. Jakarta; Puslitjaknov Balitbang Kemendiknas. 25 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen Pedagogi Reflektif I ntegrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ekonomi Yohanes Harsoyo Dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Jogjakarta ABSTRAK: Pendidikan dituntut untuk mampu minciptakan manusia yang utuh cerdas secara intelektual, spiritual, sosial, dan kinestetik. Karena itu pengajaran Ekonomi harus mampu mengakomodasi pendidikan karakter yang bersesuaian dengan materi ekonomi. Pembelajaran ekonomi harus mampu membantu anak didik untuk siap menghadapi tantangan perekonomian yang dihadapi bangsa Indonesia yaitu tingkat kemiskinan yang masih tinggi, tingkat pengangguran yang tinggi, semakin ketatnya persaingan, dan basis keunggulan ekonomi yang masih lemah. Di sisi lain pengajaran ekonomi harus mampu mengakomodasi perkembangan pemikiran ekonomi yang terus berkembang sehingga pembelajaran tidak menjadi pengajaran doktrin melainkan membuat anak didik berfikir dan berefleksi. Belajar memelukan keterlibatan mental dan kerja dari siswa sendiri. Siswa harus menggunakan otak untuk mengkaji gagasan, memecahkan masalah, menerapkan apa yang mereka pelajari, dan merefleksikannya. Dengan pertimbangan di atas pengejaran ekonomi yang mendasarkan pada pedagogi reflektif menjadi sangat relevan dengan tantangan di atas. Pedagogi reflektif adalah pedogogi yang menekankan pembelajaran yang bermakna dan mampu membentuk karakter yang baik pada diri anak didik. Secara teknis pedagogi reflektif merupakan pengajaran yang didalamnya terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap 1 konteks, 2 pengalaman, 3 refleksi, 4 tindakan, dan 5 evaluasi, dan kelima langkah tersebut untuk menjacapai tujuan yang telah ditetapkan.

A. Latar Belakang

Renstra Kemendiknas 2010-2014 menye- butkan beberapa paradigma pendidikan yang menyangkut peserta didik. Salah satunya adalah pemberdayaan manusia sutuhnya. Paradigma pemberdayaan manusia sutuhnya menyatakan bahwa memperlakukan peserta didik sebagai subjek merupakan penghargaan terhadap peserta didik sebagai manusia yang utuh. Peserta didik memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelek- tual, spiritual, sosial, dan kinestetik. Paradigma ini merupakan fondasi dari pendidikan yang menyiap- kan peserta didik untuk berhasil sebagai pribadi yang mandiri, sebagai elemen sosial yang saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain dan sebagai pemimpin bagi terwujudnya kesejahteraan umat manusia. Makna insan cerdas Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Cerdas Spiritual Insan cerdas spiritual bermakna mampu beraktualisasi diri melalui olah hati untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. 2. Cerdas Emosional dan Sosial Insan yang cerdas emosional memiliki kemampuan untuk beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan kepekaan dan 26 PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen daya apresiasi akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Cerdas secara sosial bermakna mampu beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang a membina dan memu- puk hubungan timbal balik, b demokratis, c empatik dan simpatik, d menjujung tinggi hak asasi manusi, e ceria dan percaya diri, f mengharagai kebhinekaan dalam bermasya- rakat dan bernegara, g berwawasan ke- bangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. 3. Cerdas Intelektual Insan yang cerdas intelektual memiliki kemampuan untuk beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi diri dan kemandirian dalam ilmu penegathuan dan teknologi serta mampu beraktualisasi diri sebagai insan intelektual yang kritis, inovatif, dan imajinatif. 4. Cerdas Kinestetis Insan yang cerdas kinestetis memiliki kemam- puan untuk beraktualisasi diri melalui olah araga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya tahan, sigap, terampil, dan kecatan. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 Undang- undang Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Secara jelas arah kebijakan pembangunan nasional 2010-2014 adalah pada pembentukan akhlak mulia dan karakter bangsa. Terjadinya degradasi moral dan menurunnya nilai kebanggaan berbangsa dan bernegara dipandang sebagai gejala belum efektifnya implementasi pendidikan. Atas dasar pertimbangan di atas pengajaran Ekonomi tidak bisa terbebas dari usaha-usaha untuk menanamkan karakter baik pada diri peserta didik. Pengajaran Ekonomi harus mampu meng- akomodasi pendidikan karakter yang bersesuaian dengan materi ekonomi. Dengan pendidikan karekter yang diinte- grasikan dalam pembelajaran ekonomi secara sis- tematis dan berkelanjutan, peserta didik akan men- jadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting bagi peserta didik dalam mem- persiapkan masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala ma- cam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Manusia yang ter- bentuk dari hasil pengajaran Ekonomi bukan hanya manusia sebagai makhluk ekonomi tetapi juga sebagai makhluk sosial yang bermoral. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menciptakan pembelajaran Ekonomi yang meng- integrasikan pendidikan karekter, namun pada ke- sempatan ini akan dibahas pembelajaran ekonomi berdasarkan pedagogi reflektif. Refleksi menjadi penting karena refleksi merupakan kekuatan in- ternal untuk memperbaiki diri sendiri. Tantangan ada pada guru karena mengajarkan bukan semata persoalan menceritakan, belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memelukan keterli- batan mental dan kerja dari siswa sendiri. Siswa harus menggunakan otak untuk mengkaji gagasan, memecahkan masalah, menerapkan apa yang mereka pelajari, dan merefleksikannya Silberman, 1996. Pemaparan dalam artikel ini akan dimulai dari tantangan baru pebelajaran ekonomi. Pem- belajaran ekonomi mendapatkan dua tantangan internal yaitu masalah perekonomian yang dihadapi murid dan masalah teori ekonomi yang terus ber- kembang. Kedua tantangan ini harus mampu di- akomodasikan dalam pengajaran. Pada bagian ke- dua akan disajikan hakekat pedagogi reflektif yang akan memaparkan ide dasar dari pedagogi ini. Pada bagian berikutnya akan disajikan cara pra- ktis bagaimana seorang guru menggunakan pe- dagogi reflektif dalam pengajaran Ekonomi.