Pendahuluan PROCEDING PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BISNIS DAN MANAJEMEN FEUM 2015
13
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
selaras jika dicermati dari realita yang terjadi dalam masyarkat, dimana ada kecenderungan terjadinya
degradasi moral dalam kehidupan bermasayara- kat. Berbagai gejala sikap dan prilaku masyarakat
siswa yang tidak mencerminkan karakter jati diri bangsa seperti: maraknya kejahatan, konsume-
riarisme, mementingkan materialis, adanya penya- lahgunaan narkotik dan obat-obatan, adanya
kebebasan seks, muncul korupsi, dan sikap mau menang sendiri, memaksakan kehendak, kurang
mengakui keberadaan pihak lain, sikap toleran yang semakin melemah, kurangnya empaty dan
sensitivitas terhadap penderitaan orang lain, dan indikasi lainnya Syarief, 1999; Azra, 2002.
Hal tersebut disinyalir disebabkan oleh dunia pendidikan termasuk pendidikan IPS-ekonomi
cenderung melupakan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan secara simultan dan seimbang Djahiri, 1996. Mata pelajaran IPS-ekonomi telah
memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan
sikap atau nilai dan perilaku dalam pembelaja- rannya Winataputra, 2002. Pendidikan IPS-
ekonomi masih menitikberatkan pada pengusaan materi. Kritik pun sering terdengar bahwa materi
IPS-ekonomi terlalu sarat materi, bersifat kognitif, dan hafalan Zuriah, 2008. Permasalahan pem-
belajaran IPS-ekonomi inilah yang oleh para ahli menjadi rendahnya kompetensi siswa terhadap
mata pelajaran IPS-ekonomi termasuk dalam di- mensi karakternya.
Banyak parameter yang menentukan tinggi rendahnya kompetensi berdimensi karakter siswa
pada mata pelajaran IPS ekonomi, seperti intelegensi, sarana, kemampuan guru, kualitas
pembelajaran, motivasi belajar, dan lainnya. Tanpa mengabaikan aspek lain, kiranya persoalan kualitas
pembelajaran perlu menjadi perhatian. Keter- capaian kompetensi siswa pada mata pelajaran
IPS-ekonomi yang rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya mutu proses pembelajaran. Asumsi ini
diperkuat oleh hasil telaah para ahli yang menye- butkan bahwa pembelajaran IPS-ekonomi cen-
derung teks books dan tidak terkait lingkungan di mana siswa berada Suderadjat, 2004. Menurut
Sanusi 1998, pembelajaran IPS-ekonomi di sekolah melahirkan output instrumental yang
tidak kuat not powerfully instrumental output, tidak mampu memberikan peluang kepada peserta
didik untuk memberdayakan dirinya, lebih banyak didasarkan atas kebutuhan formal daripada
kebutuhan riil siswa. Selain itu, ada kecenderungan mengabaikan gagasan siswa Farisi, 2001
berpusat pada guru Suwarman Al Muchtar, 1991 dan bahkan sangat membosankan Somantri,
2001. Kondisi tersebut membawa permasalahan pada pengorbanan pengembangan critical
thingking peserta didik sehingga menjadi penerima yang pasif Zamroni, 2002. Akibat kelemahan
tersebut adalah siswa dituntut belajar mengahafal dan menghasilkan “rote knowledge” yang hanya
dapat digunakan memecahkan persoalan pada situasi rutin yang sama dengan situasi dimana bahan
pelajaran dihafal.
Temuan-temuan tersebut mencerminkan bahwa permasalahan rendahnya kompetensi siswa
pada mata pelajaran IPS-Ekonomi sangat terkait dengan permasalahan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan guru. Suatu pembelajaran dikatakan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar 75 peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan kreativitas dan motivasi belajar yang tinggi Mulyasa, 2006.
Dengan demikian, persoalan kualitas pembelajaran berarti berhubungan dengan kualitas kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan. Oleh
karenanya perlu upaya inovasi untuk mengem- bangkan model pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pendidikan IPS-ekonomi tersebut.
Terhadap tuntutan tersebut, maka model pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue
DD patut dipertimbangkan sebagai laternatifnya. DD dialog mendalam, dapat diartikan bahwa
14
PROSIDING Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
percakapan antara orang-orang tadi dialog harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal,
saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan GDI, 2001. Dengan dialog mendalam
diharapkan adanya kegiatan berpikir yang dila- kukan dengan mengoperasikan potensi intelektual
untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat dan melaksana-
kannya secara benar. Model ini dikedepankan karena penekanan pada komunikasi dua arah dan
prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban antara
guru dengan siswa serta empatisitas yang tinggi antar siswa dan antara guru dengan siswa. Dengan
demikian, dalam DD terkandung nilai-nilai demo- krasi dan etis sehingga keduanya seharusnya di-
miliki oleh manusia sebagaimana tercermin dalam tujuan pendidikan IPS-ekonomi tersebut. Dalam
model ini, tugas guru adalah: 1 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain
dan berkreativitas, 2 memberikan suasana aman dan bebas secara psikologis, 3 disiplin yang tidak
kaku, siswa boleh mempunyai gagasan sendiri, dan dapat berpartisipasi aktif, 4 memberikan
kebebasan berpikir kreatif dan partisipasi secara aktif.
Atas dasar permasalahan, tuntutan, dan kerangka konseptual di atas, serta berangkat dari
sikap positif untuk membuahkan pemikiran ter- hadap pembelajaran IPS-Ekonomi, maka tulisan
ini dituangkan untuk memberikan pencerahaan tentang alternatif peningkatan kompetensi siswa
berdimensi karakter pada mata pendidikan IPS- ekonomi jenjang SMP melalui penggunaan
pembelajaran inovatif berbasis deep dialogue DD. Berturut-turut dipaparkan: Pendidikan
karakter dan Implikasinya terhadap pembelajaran IPS-ekonomi; Konsep dan tahapan pembelajaran
ino vatif berbasis DD; Sandaran teoritis pembelajaran inovatif berbasis DD; Implementasi
pembelajaran inovatif berbasis DD dalam Pembe- lajaran IPS-Ekonomi; dan Prinsip-prinsip
pengembangan pembelajaran inovatif berbasis DD dalam Pembelajaran IPS-ekonomi.