8
Pasal 10
1. Setiap utusan diberikan tanda pengenal dan wajib mengenakannya selama
menghadiri Sidang-Sidang Muktamar. 2.
Panitia berhak menolak kehadiran seorang utusan masuk dalam Persidangan manakala tidak memakai tanda pengenal dan atau tidak jelas identitasnya
BAB IV PERSIDANGAN
Pasal 11
Sidang-sidang Muktamar terdiri atas: a.
Sidang Pleno. b.
Sidang Komisi-komisi.
Pasal 12
1. Sidang Pleno dihadiri oleh utusan Muktamar, dan dinyatakan sah apabila telah dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari utusan Muktamar.
2. Sidang Pleno membahas dan mengesahkan Acara Persidangan, Peraturan Tata Tertib Muktamar, Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Besar, Laporan
Perumusan Hasil seluruh Sidang Komisi dan pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum.
3. Sidang Pleno dapat diisi dengan penyampaian pokok-pokok pikiran dari para pejabat negara atau pakar yang diundang untuk itu.
Pasal 13
1. Sidang–sidang Komisi dihadiri oleh seluruh utusan secara rata yang ditentukan oleh Panitia Muktamar dan proporsional berdasarkan usulan PBNU, Pengurus
Wilayah, Pengurus Cabang dan Pengurus Cabang Istimewa NU. 2. Sidang Komisi dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
separuh lebih dari satu jumlah anggota Komisi yang bersangkutan. 3. Sidang Komisi terdiri dari :
a. Komisi Diniyyah Waqi’iyyah Komisi A
b. Komisi Diniyyah Maudlu’iyyah Komisi B c. Komisi Diniyyah Qonuniyyah Komisi C.
d. Komisi Organisasi Komisi D. e. Komisi Program Komisi E
f. Komisi Rekomendasi Komisi F. 4. Untuk menyelesaikan perumusan suatu masalah, Komisi-Komisi dapat
membentuk Tim Perumus.
BAB V PIMPINAN SIDANG
Pasal 14
Pimpinan Sidang Pleno ditetapkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dan dalam hal Pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama Sidang Pleno dipimpin oleh 3 tiga orang Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama.
Pasal 15
Pimpinan Sidang Komisi ditentukan oleh PBNU dengan didampingi oleh 2 orang anggota Komisi yang bersangkutan.
Pasal 16
Jumlah Pimpinan Sidang Pleno, dan Sidang Komisi sekurang-kurangnya terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang Sekretaris yang selanjutnya
bertindak sebagai pelapor.
Pasal 17
Pimpinan Sidang berkewajiban: a.
Memimpin Sidang dan menjaga ketertiban. b.
Menjaga agar Peraturan Tata Tertib Muktamar ditaati dengan seksama oleh setiap Peserta Sidang.
c. Memberi izin kepada Peserta untuk berbicara dan menjaga agar
pembicara dapat mengemukakan pendapatnya dan tidak menyimpang dari materi yang sedang dibahas.
10
d. Menyimpulkan persoalan yang diputuskan dan menandatanganinya.
e. Pada setiap persidangan Pimpinan Sidang berkewajiban mengumumkan
bahwa korum telah terpenuhi. f.
Apabila waktu Sidang dimulai ternyata korum belum terpenuhi maka Pimpinan Sidang dapat membuka Sidang dan kemudian menunda
skors paling lama 30 menit. g.
Apabila waktu penundaan sudah lewat dan korum belum terpenuhi juga, maka Sidang dapat diteruskan dan dinyatakan sah tanpa
memperhitungkan korum.
BAB VI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 18
1. Keputusan Muktamar diambil berdasarkan musyawarah mufakat. 2. Apabila ayat 1 dalam pasal ini tidak dapat tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan pemungutan suara. 3. Apabila hasil pemungutan suara berimbang, maka diadakan pemungutan
suara ulang, dan apabila dalam pemungutan suara ulang tetap berimbang, maka mekanisme pengambilan keputusan diserahkan kepada Pimpinan
Sidang.
4. Pemungutan suara mengenai semua masalah diambil secara terbuka, sedang pemungutan suara yang menyangkut orang dilakukan secara rahasia.
Pasal 19
Didalam setiap pemungutan suara, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang dan Pengurus Cabang Istimewa masing-masing mempunyai hak 1 satu suara.
BAB VII PEMILIHAN ROIS AAM DAN KETUA UMUM
Pasal 20
Pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum dilakukan di dalam Sidang Pleno yang diadakan secara khusus untuk itu.
1.