PERSIDANGAN Hasil hasil Muktamar Ke 32 NU

10 d. Menyimpulkan persoalan yang diputuskan dan menandatanganinya. e. Pada setiap persidangan Pimpinan Sidang berkewajiban mengumumkan bahwa korum telah terpenuhi. f. Apabila waktu Sidang dimulai ternyata korum belum terpenuhi maka Pimpinan Sidang dapat membuka Sidang dan kemudian menunda skors paling lama 30 menit. g. Apabila waktu penundaan sudah lewat dan korum belum terpenuhi juga, maka Sidang dapat diteruskan dan dinyatakan sah tanpa memperhitungkan korum.

BAB VI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 18 1. Keputusan Muktamar diambil berdasarkan musyawarah mufakat. 2. Apabila ayat 1 dalam pasal ini tidak dapat tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara. 3. Apabila hasil pemungutan suara berimbang, maka diadakan pemungutan suara ulang, dan apabila dalam pemungutan suara ulang tetap berimbang, maka mekanisme pengambilan keputusan diserahkan kepada Pimpinan Sidang. 4. Pemungutan suara mengenai semua masalah diambil secara terbuka, sedang pemungutan suara yang menyangkut orang dilakukan secara rahasia. Pasal 19 Didalam setiap pemungutan suara, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang dan Pengurus Cabang Istimewa masing-masing mempunyai hak 1 satu suara.

BAB VII PEMILIHAN ROIS AAM DAN KETUA UMUM

Pasal 20 Pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum dilakukan di dalam Sidang Pleno yang diadakan secara khusus untuk itu. 1. 11 Rois Aam dan Ketua Umum dipilih oleh Peserta Muktamar yang menjadi utusan PWNU, PCNU dan PCINU yang sah Sebelum acara pemilihan dilakukan, sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 pasal ini, Pimpinan Sidang terlebih dahulu meminta Pengurus Besar masa khidmat tahun 2004 – 2009 untuk menyatakan diri demisioner. Pasal 21 1. Pimpinan Sidang meneliti jumlah peserta dari Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, dan Pengurus Cabang Istimewa yang hadir dengan cara mendata dalam rangka menentukan korum bagi sahnya pemilihan. 2. Pemilihan sebagaimana dimaksud pada pasal 20 Peraturan ini dilakukan sebanyak 2 dua tahap, yaitu tahap penetapan calon dan tahap pemilihan. Pasal 22 1. Pemilihan calon Rois Aam atau Ketua Umum dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menulis nama calon dalam kartu suara yang disediakan untuk itu oleh Panitia dengan berstempel Pengurus Besar.. 2. Seorang calon harus sudah aktif menjadi Pengurus Nahdlatul Ulama atau Badan Otonomnya sekurang-kurangnya selama 4 empat tahun. 3. Seorang calon tidak sedang menjabat sebagai Pengurus Harian Partai Politik dan atau organisasi yang bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, tidak merupakan Syiah dan atau Jaringan Islam Liberal. 4. Seorang calon yang sedang menjabat sebagai Pengurus Harian Partai Politik harus menyatakan mundur secara tertulis sebelum pemilihan berlangsung. Pasal 23 1. Setelah kartu suara hasil pemungutan terkumpul, dihitung jumlahnya dan disesuaikan dengan jumlah hak suara yang hadir dan sah serta membaca nama yang tertulis di kartu suara satu demi satu yang disaksikan oleh 3 tiga orang saksi, dan menuliskannya di papan tulis. 2. Seorang calon dinyatakan sah apabila mendapatkan dukungan 99 sembilan puluh sembilan suara. 3. Apabila jumlah nama calon yang sah hanya 1 satu orang, Pimpinan 2. 3.