PIMPINAN SIDANG Hasil hasil Muktamar Ke 32 NU
11
Rois Aam dan Ketua Umum dipilih oleh Peserta Muktamar yang menjadi utusan PWNU, PCNU dan PCINU yang sah
Sebelum acara pemilihan dilakukan, sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 pasal ini, Pimpinan Sidang terlebih dahulu meminta Pengurus Besar
masa khidmat tahun 2004 – 2009 untuk menyatakan diri demisioner.
Pasal 21
1. Pimpinan Sidang meneliti jumlah peserta dari Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, dan Pengurus Cabang Istimewa yang hadir dengan cara mendata
dalam rangka menentukan korum bagi sahnya pemilihan. 2. Pemilihan sebagaimana dimaksud pada pasal 20 Peraturan ini dilakukan
sebanyak 2 dua tahap, yaitu tahap penetapan calon dan tahap pemilihan.
Pasal 22
1. Pemilihan calon Rois Aam atau Ketua Umum dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menulis nama calon dalam kartu suara yang
disediakan untuk itu oleh Panitia dengan berstempel Pengurus Besar.. 2. Seorang calon harus sudah aktif menjadi Pengurus Nahdlatul Ulama atau
Badan Otonomnya sekurang-kurangnya selama 4 empat tahun. 3. Seorang calon tidak sedang menjabat sebagai Pengurus Harian Partai Politik
dan atau organisasi yang bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, tidak merupakan Syiah dan atau Jaringan Islam Liberal.
4. Seorang calon yang sedang menjabat sebagai Pengurus Harian Partai Politik harus menyatakan mundur secara tertulis sebelum pemilihan berlangsung.
Pasal 23
1. Setelah kartu suara hasil pemungutan terkumpul, dihitung jumlahnya dan disesuaikan dengan jumlah hak suara yang hadir dan sah serta membaca
nama yang tertulis di kartu suara satu demi satu yang disaksikan oleh 3 tiga orang saksi, dan menuliskannya di papan tulis.
2. Seorang calon dinyatakan sah apabila mendapatkan dukungan 99 sembilan puluh sembilan suara.
3. Apabila jumlah nama calon yang sah hanya 1 satu orang, Pimpinan 2.
3.
12
Sidang dapat menawarkan kepada Peserta Sidang untuk disahkan secara bulat aklamasi sebagai Rois aam atau Ketua umum sesuai dengan sesi
pencalonannya.
Pasal 24
1. Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menulis nama calon dalam kartu suara yang disediakan untuk
itu oleh Panitia. 2. Setelah kartu suara hasil pemungutan terkumpul, dihitung jumlahnya dan
disesuaikan dengan jumlah hak suara yang hadir dan sah serta membaca nama yang tertulis di kartu suara satu demi satu yang disaksikan oleh 3 tiga
orang saksi, dan menuliskannya di papan tulis.
3. Seorang calon dapat dinyatakan terpilih apabila mendapat suara terbanyak. 4. Pimpinan Sidang mengumumkan hasilnya dan menetapkan calon terpilih
sebagai Rois Aam atau Ketua umum sesuai dengan sesi pemilihannya.
Pasal 25
Pemilihan dan penetapan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama diatur sebagai berikut:
a. Rais Aam dipilih secara langsung oleh Muktamar.
b. Wakil Rais Aam ditunjuk oleh Rais Aam terpilih setelah
mempertimbangkan aspirasi yang berkembang dalam Muktamar dan mengumumkannya dalam sidang formatur.
c. Ketua Umum dipilih secara langsung oleh Muktamar dengan terlebih
dahulu calon mendapat persetujuan dari Rois Aam terpilih setelah mempertimbangkan aspirasi yang berkembang dalam Muktamar.
d. Wakil ketua Umum ditunjuk oleh Ketua Umum terpilih setelah
mempertimbangkan aspirasi yang berkembang dalam Muktamar dan mengumumkannya dalam sidang formatur.
e. Rais Aam terpilih dan Ketua Umum terpilih bertugas melengkapi
Susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Pengurus Harian Tanidziyah dengan dibantu oleh 5 lima anggota Mede Formatur yang dipilih dari
dan oleh Peserta Muktamar selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah selesai Muktamar.