PENGISIAN JABATAN ANTAR WAKTU
2
a. Jabatan pengurus harian pada semua tingkat kepengurusan Nahdlatul Ulama; dan atau
b. Jabatan pengurus harian Lembaga dan Lajnah dan Badan Otonom; dan atau
c. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik;dan atau d. Jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berailiasi kepada Partai
Politik; dan atau e. Jabatan Pengurus Harian Organisasi Kemasyarakatan yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip perjuangan dan tujuan Nahdlatul Ulama. 2. Jabatan Pengurus Harian Lembaga dan Lajnah Nahdlatul Ulama tidak dapat
dirangkap dengan Jabatan Pengurus Harian Lembaga atau Lajnah lainnya pada semua tingkat kepengurusan.
3. Jabatan Ketua Badan Otonom Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan:
a. jabatan pengurus harian pada semua tingkat kepengurusan Badan Otonom. Dan atau
b. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik; dan atau c. Jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berailiasi kepada Partai
Politik. 4. Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum
Pengurus Besar; Rais dan Ketua Pengurus Wilayah dan Rais dan Ketua Pengurus Cabang tidak diperkenankan mencalonkan diri atau dicalonkan
dalam pemilihan jabatan politik.
5. Yang disebut dengan Jabatan Politik dalam Anggaran Rumah Tangga ini adalah Jabatan Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur,
Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota, DPR RI, DPRD Propinsi dan DPRD KabupatenKota.
6. Apablia Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar mencalonkan diri atau dicalonkan, maka yang bersangkutan
harus mengundurkan diri atau diberhentikan. 7. Apablia Rais dan Ketua Pengurus Wilayah dan atau Rais dan Ketua Pengurus
Cabang mencalonkan diri atau dicalonkan, maka yang bersangkutan harus
mengundurkan diri atau diberhentikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai rangkap jabatan dan pencalonan dalam pasal ini akan diatur dalam Peraturan Organisasi.