2
17. Kedudukan organisasi majelis keagamaan 18. Ketentuan tentang bantuan luar negeri keagamaan
19. Penyumpahan terhadap pejabat pemerintahan 20. Tugas dan Tanggung lembaga kerukunan dalam pemeliharaan keserasian so--
sial umat beragama 21. Tugas dan Tanggung Jawab Pemerintahan Daerah dalam pemeliharan ke--
hidupan beragama 22. Sanksi Administratif, sanksi Perdata dan Sanksi Pidana terhadap pelangga--
ran undang-undang
28
III UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004
TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL SJSN A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Dasar UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Indonesia merupakan negara hukum dengan konsep negara kesejahteraan.
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat. Hal ini merupakan konsekuensi dari amanat konstitusi yang menentukan bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan marta-- bat kemanusiaan.
Reformasi sistem jaminan sosial di Indonesia telah dimulai dengan pengesahan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasi--
onal SJSN pada tanggal 19 Oktober 2004. Namun dalam kurun waktu kurang dari 4 bulan sejak disyahkan, tepatnya 21 Februari 2005, UU SJSN tersebut
mendapatkan uji materi yang putusannya dibacakan oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal 31 Agustus 2005. UU SJSN tersebut merupakan landasan hukum
bagi penyelenggaraan sistem jaminan sosial di Indonesia, tidak secara tegas men-- gatur eksistensi peraturan perundangan yang mengatur penyelenggaraan pro--
gram-program jaminan sosial sebelum UU SJSN dan sampai saat ini masih terus berlaku.
Undang undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN menentukan adanya 5 lima jenis program jaminan sosial yaitu: Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian. Namun, jam-- inan kesehatan yang mendapat prioritas untuk memenuhi hak konstitusi rakyat
Indonesia untuk “ memperoleh pelayanan kesehatan” dan “jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang ber--
martabat”, belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terkait dengan belum dipenuhinya pendirian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS yang
menurut UU SJSN harus dibentuk melalui Undang undang tersendiri.
Masyarakat perlu berpartisipasi dalam proses penyusunan RUU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS ini, karena RUU tersebut akan menga--
tur badan yang dipercaya untuk mengumpulkan, menghimpun, mengelola dan mengembangkan dana jaminan sosial milik seluruh peserta untuk pembayaran
2
manfaat kepada peserta. Tugas, hak dan kewajiban BPJS sudah ditentukan dalam UU no 40 tahun 2004 tentang SJSN. Menurut Pasal 5 UU SJSN Pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 007PUU-III2005 , BPJS harus dibentuk dengan undang-undang tersendiri, artinya harus dengan persetujuan wakil rakyat. Sam--
pai saat ini belum ada BPJS yang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh UU SJSN. Untuk mengisi kekosongan hukum, maka Persero Jamsoktek, Persero
Taspen, Persero Taspen, Persero ASABRI dan Persero Askes diberikan hak untuk bertindak sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dengan syarat disesuai--
kan dengan UU SJSN, paling lambat pada tanggal 19 Oktober 2009.
B. Permasalahan :
1. Terdapat perbedaan dasar hukum dalam pelaksanaan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh Badan Penyelenggara
dengan dasar hukum masing- masing badan penyelenggara lainnya, seperti Persero Jamsostek, Persero Taspen, Persero Taspen, Persero ASABRI dan
Persero Askes.
2. Data masyarakat miskin versi BPS beda dengan versi Pemda. 3. Sistem pensiunan dan asuransi sosial dalam sistem jaminan sosial belum
jelas. 4. Belum ada Lembaga Jaminan Sosial Dasar untuk golongan bawah dan sektor
informal 5. Law enforcement peraturan perundangan masih lemah
6. Ada perbedaan dengan prinsip nirlaba dalam sistem 7. Adanya perbedaan substansi UU no.40 tahun 2004 dengan 15 undang un--
dang yang terkait dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional dan 17 Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan undang undang yang bersangkutan.
8. Masih lemahnya koordinasi penanganan Sistem Jaminan Sosial Nasional
C. Usulan
Perlu menindak lanjuti 26 pasal dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 yang perlu dibuatkan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan
perundang-undangan lainnya.
Perlunya kriteria miskin dan yang berhak mendapat Jaminan Sosial yang 1.
2.
260
jelas. Perlunya aturan kerja sama antar instansi terkait data penduduk dan tingkat
sosialnya. Perlu koordinasi penanganan Sistem Jaminan Sosial Nasional dan pemben--
tukan Badan Penyelenggara di tingkat daerah. Perlu Pelaksanaan UU SJSN secara konsisten- harmonisasi seluruh peraturan
dan perundangan terkait. Mendorong dibuatnya Undang Undang tentang Badan Penyelenggara Jami--
nan Sosial BPJS sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 5 yo pasal 52 ayat 2 UU SJSN dengan bentuk badan hukum wali amanat – sesuai amanat UU
SJSN.
Perlunya pekerja di sektor informal bisa mendapatkan jaminan sosial Perlunya jaminan sosial bagi orang gilasakit jiwa yang terlantar.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
261
IV UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN A. Pendahuluan
Badan Kesehatan Dunia WHO menetapkan bahwa kesehatan merupakan hak azasi manusia, yang mencakup hak atas informasi, hak atas privasi, hak untuk
menikmati teknologi kesehatan, hak atas pendidikan tentang kesehatan, hak atas ketersediaan makanan dan gizi, hak untuk mencapai standar hidup optimal, dan
hak atas jaminan sosial. Sejalan dengan itu, pembangunan bidang kesehatan di Indonesia, sesuai dengan amanat UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
pasal 34 ayat 3 mencakup segi kehidupan isik maupun non-isik yang dise-- lenggarakan secara terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan re--
habilatif yang menyeluruh dan berkesinambungan, seperti yang tertuang dalam Sistem Kesehatan Nasional SKN tahun 1982. Pembangunan kesehatan ditu--
jukan agar masyarakat mampu hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal. Hal ini berimplikasi pada perlunya mengikut sertakan masyarakat
dalam upaya pembangunan kesehatan.
Indonesia mempunyai permasalahan kesehatan yang kompleks, selain beban jum-- lah penduduk yang besar, luasnya daerah geograis dan banyaknya jumlah pulau,
beragamnya suku bangsa, serta beragamnya tradisi dan adat istiadat. Di samping itu, keterbatasan sumberdaya, kemiskinan dan masih rendahnya tingkat pendidi--
kan perempuan, juga menambah kompleksitas masalah kesehatan. Hal ini ber-- akibat pada masih tingginya angka kematian bayi dan angka kematian ibu, serta
rendahnya tingkat Indeks Pembangunan Manusia Human Development Index yang dapat menggambarkan tingkat kualitas SDM rakyat Indonesia.
Keberadaan Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, diharap-- kan dapat menciptakan suatu tatanan hukum yang memberikan kepastian hukum
dan perlindungan hukum baik bagi pemberi pelayanan kesehatan maupun bagi masyarakat penerima pelayanan kesehatan. Namun dalam pelaksanaannya, fokus
upaya kesehatan masih terkonsentrasi pada upaya pengobatan kuratif belum preventif. Padahal, Paradigma sehat tidak saja meliputi penyembuhan penyakit,
menurunkan angka kematian, atau memperpanjang umur harapan hidup, me-- lainkan lebih luas, yaitu bahwa kesehatan mendorong penyediaan sumber daya
manusia yang berkualitas sejak dini sejak sebelum terjadinya pembuahan. Pada kenyataannya, kebijakan publik di bidang kesehatan belum memandang pelay--