2. Pernyataan Sighat Taklik Talak

22 KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 32 NAHDLATUL ULAMA NOMOR : VMNU-32III2010 TENTANG BAHTSUL MASA’IL DINIYYAH QONUNIYAH NAHDLATUL ULAMA ميحرلا نمحرلا ها مسب MUKTAMAR Ke-32 NAHDLATUL ULAMA Menimbang : a. Bahwa menjadi tugas Muktamar sebagai instansi tertinggi dalam organisasi Nahdlatul Ulama untuk membahas masalah-masalah yang berkembang di masyarakat dari sudut pandang ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah menurut salah satu madzhab empat agar dapat menjadi pedoman dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; b. Bahwa Nahdlatul Ulama sebagai Perkumpulan atau Jam’iyyah Diniyyah Islamiyyah yang bergerak di bidang agama, pendidikan, social, kesehatan, pemberdayaan ekonomi umat dan berbagai bidang yang mengarah kepada terbentuknya Khaira Ummah, perlu secara terus menerus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas dan kuantitas khidmahnya dengan berdasarkan ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah menurut salah satu madzhab empat; c. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan b tersebut di atas Muktamar Ke 32 perlu menetapkan Hasil Bahtsul Masail Diniyyah Maudlu’iyyah; Mengingat : a. Keputusan Muktamar XXVII Nahdlatul Ulama Nomor 002MNU-271984 jo. Keputusan Munas Alim Ulama Nomor IIMAUNU140141983 tentang Pemulihan Khittah Nahdlatul Ulama 1926; 2 b. Keputusan Muktamar ke 32 Nahdlatul Ulama Nomor : IMNU-32III2010 tentang Jadwal Acara dan Peraturan Tata Tertib Muktamar Ke 32, Pasal 17 ayat a Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama, Pasal 53 ayat 7 Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama; Memperhatikan : a. Khutbah Iftitah Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada pembukaan Muktamar ke 32 Nahdlatul Ulama tanggal tanggal 7 R.Akhir 1431 H 23 Maret 2010 M; b. Laporan dan pembahasan Hasil Sidang Komisi Qonuniyah yang disampaikan pada Sidang Pleno VII Muktamar Ke 32 Nahdlatul Ulama pada tanggal 11 R.Akhir 1431 H 27 Maret 2010 M; c. Ittifak Sidang Pleno VII Muktamar Ke 32 Nahdlatul Ulama pada tanggal 11 R.Akhir 1431 H 27 Maret 2010 M; Dengan senantiasa memohon tauiq, hidayah serta ridlo Allah SWT : M E M U T U S K A N : Menetapkan: KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 32 NAHDLATUL ULAMA TENTANG BAHTSUL MASAIL DINIYYAH WAQIIYAH; Pasal 1 Isi beserta uraian perincian sebagaimana dimaksud oleh keputusan ini terdapat dalam naskah Hasil- hasil Bahtsul Masail Diniyyah Qonuniyah sebagai pedoman dalam memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal jamaah menurut salah satu madzhab empat dan mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; Pasal 2 Mengamanatkan kepada Pengurus dan warga 2 Nahdlatul Ulama untuk menaati segala Hasil- hasil Bahtsul Masail Diniyyah Qonuniyah ini; Pasal 3 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan di : Asrama Haji Sudiang Makssar Pada tanggal : 11 R.Akhir 1431 H 27 Maret 2010 M MUKTAMAR KE 32 NAHDLATUL ULAMA PIMPINAN SIDANG PLENO VII Drs. KH. Haizh Utsman Drs. H. Tauik R. Abdullah Ketua Sekretaris 2 KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL DINIYYAH QANUNIYYAH MUKTAMAR KE-32 DI MAKASAR TANGGAL 23-27 MARET 2010 I QAWAIDUT TAQNIIN NAHDLATUL ULAMA

A. Pendahuluan

Salah satu pilar tegaknya negara hukum sebagaimana yang dikehendaki oleh Un-- dang-Undang Dasar UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah ad-- anya peraturan perundang-undangan yang memenuhi rasa keadilan dan aspirasi masyarakat. Peraturan perundang-undangan, baik yang berlaku secara nasional maupun di tingkat daerah adalah peraturan tertulis yang dibuat oleh lembaga atau pejabat yang berwenang mengikat secara umum terhadap pihak yang diatur dalam materi hukum peraturan tersebut. Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai dengan azas keterbukaan, masyarakat berhak untuk berpartisipasi mulai dari perencanaan, persiapan, pembahasan, pelaksanaan, penyebarluasan, dan pengawasannya. Bagi Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan Pemerintah, pertimbangan pemben-- tukan peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat perubahan, penggan-- tian maupun pembuatan peraturan pelaksanaannya adalah antara lain untuk: Mempercepat proses reformasi Meningkatkan kualitas demokrasi Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat khususnya otonomi daerah Menghormati, memajukan, dan melindungi hak asasi manusia termasuk memperhatikan prinsip kesetaraan jender Mendukung pemulihan dan pembangunan ekonomi rakyat yang berkeadilan dan agamis.

1. 2.

3. 4. 5. 26 Oleh karena itu diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang harmo-- nis dan tidak saling bertentangan baik antara jenis, hierarki secara vertikal maupun horizontal, yang disusun berdasarkan landasan ilosois, yuridis, dan sosiologis. Pembuatan peraturan perundang-undangan memuat landasan ilosois yang ber-- sendikan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Per-- satuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan dan bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Landasan yuridis adalah mengacu kepada sumber- sumber hukum dalam ketatanegaraan yaitu Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan sosiologis yaitu realitas fakta kehidupan dan kondisi kebutuhan masyarakat Indonesia yang majemuk dan plural. Asas materi hukum yang digariskan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada intinya adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan baik tingkat pusat maupun tingkat daerah harus memuat upaya untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai lapisan guna memenuhi hak-hak asasi seluruh warga negara dan memperkuat Negara kesatuan Republik Indonesia di dalam kerangka kebhinnekaan yang mencerminkan harkat persamaan dan perlakuan yang adil. Dasar penetapan, prosedur dan asas di atas secara teoritik dapat melahirkan per-- aturan perundangan yang membawa kemaslahatan untuk umat Islam khususnya dan seluruh bangsa Indonesia pada umumnya. Akan tetapi dalam faktanya bisa terjadi peraturan perundangan yang tidak sejalan dengan kemaslahatan tersebut baik karena kurang adanya ketelitian dari pihak pembuat undang-undang se-- hingga dapat merugikan semua pihak khususnya umat Islam sebagai penduduik mayoritas di negeri ini. Karena itu, Nahdlatul Ulama NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di In-- donesia, dan selalu meneguhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, melakukan sikap kritis guna mengidentiikasi berbagai undang-undang ataupun rancangan undang-undang yang dipandang dapat merugikan kepentingan bangsa sejalan dengan tujuan ajaran Islam yaitu untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam Q.S. Al Anbiya’ [21]: 107. Seluruh undang-undang dan peraturan yang ada di Indonesia hendaklah mem-- bawa kemaslahatan bagi seluruh kepentingan bangsa. NU sebagai Jam’iyah Dini-- yah Ijtima’iyah secara proaktif melakukan pengkajian yang menyeluruh terhadap 2 undang-undang yang sudah ada dengan memperhatikan kekuatan dan kelema-- hannya maupun mengusulkan pembuatan undang-undang yang baru untuk dis-- ampaikan dalam program legislasi nasional melalui Badan Legislasi Nasional De-- wan Perwakilan Rakyat. Kepentingan penelaahan terhadap seluruh peraturan dan perundang-perundangan serta pengusulan peraturan dan undang-undang yang baru dimaksudkan agar kepentingan warga Nahdlatul Ulama dan umat Islam dapat tertampung dalam program penyelenggaraan kehidupan berbangsa. Untuk itu diperlukan kaidah-kaidah Qawa’idut Taqniin menurut perspektif NU agar proses perumusan peraturan dan perundang-undangan di Indonesia dapat berjalan sesuai dengan kemaslahatan umat dan cita-cita mendirikan negara Republik Indonesia yang adil makmur sejahtera lahir dan batin yang didasarkan kepada nilai-nilai ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah.

B. Maksud dan Tujuan

Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi aspek: 1 preventif yaitu hukum hendaklah tidak mendorong tingkah laku yang tidak disetujui oleh warga pendukungnya 2 kuratif yaitu setiap undang-undang adalah merupakan hukum yang dibentuk yang dalam pelaksanaannya dapat memperbaiki ketidak-- seimbangan injustice dalam arti mewujudkan kesebandingan justice atau me-- nyelesaikan sengketa-sengketa yang timbul 3 fasilitatif yaitu hukum itu henda-- klah dibentuk yang dapat menciptakan pengakuan, pengaturan dan perlindungan terhadap lembaga hukum. Dari uraian di atas maka dapatlah dipahami bahwa setiap undang-undang hen-- daklah selalu hidup dan bermanfaat untuk menjawab perkembangan tuntutan kehidupan masyarakat. Proses transformasi kehidupan masyarakat yang bergerak dari fase agraris menuju kepada kehidupan modern, memerlukan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai positif dari tradisi yang telah sejak lama berkembang dalam masyarakat namun pada saat yang sama juga bersikap responsif kepada perkembangan modern al-muhaafazhah ‘alal qadiimis shaalih wal akhdzu bil-- jadiidil ashlaah. Atas dasar itulah, Muktamar NU ke 32 menyusun Qawaidut Taqniin yang di-- maksudkan sebagai pedoman dan standar NU dalam mempertahankan, mengkri-- tisi, mengawal, dan mengusulkan peraturan perundang-undangan dengan tujuan agar peraturan perundangan di Indonesia dapat: