variabel bebas dan Prestasi Kerja Karyawan dapat dinyatakan valid. Hasil ini berdasarkan koefisien korelasi yang lebih tinggi dari tabel nilai r product moment
yang sebesar 0,273 dengan jumlah n = 53 dan signifikan 5. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa semua indicator pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian
memiliki validitas yang baik, sehinga analisis lebih lanjut dapat dilakukan.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Tahap selanjutnya adalah mengukur reliabilitas dari indikator – indikator pe ngukuran tersebut. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji ketepatan alat ukur yang di
gunakan dalam penelitian ini. Untuk uji reliabilitas dapat diperlihatkan pada tabel 4.7 reliabilitas dikatakan baik apabila besarnya alpha mendekati 1, sehingga item –
item pertanyaan dalam penelitian ini dapat diandalkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Malhoytra 1949:305 yang menyatakan bahwa criteria reliabilitas
α alpha diaktakan reliable apabila koefisien
α alpha lebih besar dari 0,6 hal ini menunjukan tidak adanya konsistensi.
Untuk hasil uji reliabilitas pada variabel Prestasi Kerja Karyawan, dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel R Alpha Hasil
Kepuasan Kerja X
1
0,750 Realiable
Motivasi Kerja X
2
0,703 Realiable
Disiplin Kerja X
3
0,779 Realiable
Prestasi Kerja Karyawan 0,832 Realiable
Y Sumber : Lampiran 3 dan 4
Hasil penilaian terhadap reliabilitas dari semua variabel bebas menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6, sehingga dapat disimpulkan seluruh variabel bebas dalam
penelitian ini reliable. Sementara faktor terikat Y yaitu Prestasi Kerja Karyawan Pada PT Garam di Surabaya juga menunjukan nilai lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan
reliable.
4.4. Analisis dan Pembahasan 4.4.1. Uji Asumsi Klasik
Beberapa uji asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah multikolinieritas,
heteroskedastisitas dan normalitas : a.
Multikolinieritas Uji Multikolinieritas pada penelitian ini digunakan untuk mendeteksi ada
nya gejala Multikolinieritas dalam pengujian keeratan hubungan antar variabel bebas,
tercermin dari Coefficient. Hal ini tampak pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF untuk setiap variabel bebas. Jila nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai
kurang dari 10, artinya menunjukan tidak terdapat korelasi antar satu variabel bebas . Tabel 4.8 Nilai VIF Variance Inflation Factor
Variabel Bebas Tolerance
VIF
Kepuasan Kerja X
1
0,808 1,238
Motivasi Kerja X
2
0,882 1,134
Disiplin Kerja X
3
0,855 1,170
Sumber : Lampiran 1
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai Variance Inflation factor VIF dari semua variabel bebas yang meliputi : Kepuasan Kerja X
1
, Motivasi Kerja X
2
dan Disiplin Kerja X
3
memperlihatkan nilai yang kurang dari 10. Ini berarti persoalan Multikolinieritas di antara semua variabel bebas dapat ditolerir atau
tidak terdapat adanya gejala Multikolinieritas.
b. Heterokedastisitas
Heterokedatisitas di identifikasikan dengan koefisien korelasi Rank Spearman Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh tingkat signifikansi koefisien
korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari 0,05 5.
Tabel 4.9 : Hasil Pengujian Heterokedastisitas
Variabel Taraf Signifikasi
Dari Korelasi Rank Spearman
Taraf
Uji Kesimpulan
Kepuasan Kerja X
1
0,169 0,05 Homoskedastisitas
Motivasi Kerja X
2
0,503 0,05 Homoskedastisitas
Disiplin Kerja X
3
0,428 0,05 Homoskedastisitas
Sumber : Lampiran 1 Dari hasil pengujian heterokedastisitas diperoleh tingkat signifikansi
dari korelasi Rank Spearman lebih besar dari taraf level of signifikan yaitu 5 0,05.
c. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau data yang diambil pada
waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1995:201. Untuk mengujji variabel- variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji
Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson dL dan du dalam tabel. Distribusi penetuan
keputusan dimulai dari 0 nol sampai 4 empat. Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jika d lebih kecil daripada d
L
atau lebih besar daripada 4-d
L
, maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d teletak antara d
U
dan 4-d
U
, maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.
3. Jika nilai d terletak antara d
L
dan d
U
atau antara 4-d
L
dan 4-d
U
maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai-nilai ini
tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel bebas adalah 3 k=3
dan banyaknya data adalah n=53 sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar d
L
= 1,437 dan d
U
= 1,678