f. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali Tidak dibenarkan untuk seorang pimpinan perusahaan apabila setelah melakukan
pendisiplinan, pimpinan tersebut tetap membenci kepada bawahannya yang telah melakukan kesalahan, yang sudah terjadi harus dianggap telah selesai. Rasa benci
hanya akan menimbulkan rasa perlakukan yang tidak adil.
2.1.4.3 Tujuan dan Fungsi Kedisiplinan Kerja
Menurut Radiq 2001 : 139 Manajemen personalia mengemukakan bahwa tujuan dan fungsi kedisplinan kerja terbagi atas dua, yaitu :
1 Positif Positif adalah pemberian nasehat untuk kebaikan dimasa yang akan datang,
sedangkan yang negatif antara lain dengan cara : a. Memberikan peringatan Lisan
Disi pihak perusahaan memberikan peringatan, berupa teguran secara lisan kepada para karyawan yang dibawahinya., apabila melakukan suatu tindakan yang
melanggar peraturan yang telah ditetapkan perusahaan yang telah disepakati bersama.
b. Memberika peringatan tertulis Pihak perusahaan akan memberikan peringatan melalui sebuah surat teguran secara
resmi dari perusahaan yang berisi peringatan teguran kepada karyawan yang tewlah melanggar peraturan perusahaan.
c. Pihak perusahaan sebagian haknya
Pihak perusahaan akan memberikan sanksi menghilangkan sebagian hak dari karyawan yang telah melanggar peraturan perusahaan.
d. Didenda Perusahaan akan menuntut denda yang dapat dilakukan karyawan dengan
membayar jumlah uang tertentu, karena perusahaan merasa telah dirugikan oleh karyawan.
e. Dirumahkan sementara lay off perusahaan akan memberhentikan untuk sementara waktu dan karyawan akan
dipekerjakan lagi dengan kebijakan perusahaan. f. Diturunkan pangkatnya
Perusahaan mengambil kebijakan dengan menurunkan pangkat dari karyawan yang melanggar peraturan.
g. Dipecat Keputusan terakhir yang dikeluarkan oleh perusahaan karyawan akan dipecat
karena kesalahan pelanggaran yang dilakukan sangat berat dan tidak dapat ditolerir oleh pihak perusahaan.
2 Negatif Urutan-urutan pendisplinan yang negatif ini, disusun berdasarkan tingkat
kekerasanya, dari yang paling lunak sampai dengan yang paling berat. Perlu diperhatikan disini pemecat sering menimbulkan perselisihan.
2.1.4.4 Faktor –faktor yang mempengaruhi Displin Kerja
Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi kedisplinan kerja pada karyawan su
atu perusahaan yang datangnya dari atasan atau pimpinan perusahaan disertai dengan suatu peraturan yang mengikat pada diri pekerja untuk tunduk dan patuh pada apa
yang yang telah digariskan oleh perusahaan. Didalam hubunganya dengan permasalahan diatas maka faktor yang
berpengaruh adalah faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk didalam faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang bersangkutan,
tata hubungan dan tujuan. Sedangkan yang termasuk didalam faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar perusahaan yang terdiri dari politik, ekonomi, sosial
budaya dan geografis. Didalam kaitanya dengan masalah tersebut diatas manusialah yang paling
besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lainnya terhadap kelancaran usaha suatu perusahaan. Oleh sebab itulah pada dasarnya manusia yang menyebabkan
perusahaan tersebut bergerak dan berusaha dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Gauzali 2000 : 252 didalam diri manusia tersebut terdapat suatu
perilaku yang dapat berpengaruh langsung terhadap disiplin kerja karyawan, yaitu sebagai berikut :
1 Absensi Apabila seorang tenaga kerja tidak hadir ditempat maka ia dikatakan absen.
Tingkat absensi yang semakin tinggi atau dengan kata lain semakin banyaknya tenaga kerja yang absen, maka akan semakin menyulitkan perusahaan didalam usaha untuk
mencapai target produksi yang telah ditetapkan oleh yang bersangkutan. Kerugian tersebut terjadi sebab jadwal kerja yang terpaksa tertunda, mutu barang cenderung
berkurang, terpaksa melakukan kerja lembur serta jaminan sosial yang masih juga harus dibayarkan. Oleh sebab itulah perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin
untuk menekan tingklat absensi tersebut yang serendah –rendahnya. Tenaga kerja yang absen tersebut dapat disebabkan oleh bermacam –macam
alasan , misalnya cuti,sakit,ijin ataupun alpa. Banyak sedikit tenaga kerja tersebut akan mencerminkan kedisiplinan pada tenaga kerja didalam menyelesaikan tugas –
tugas yang telah diberikan oleh perusahaan kepadanya. Dan selanjutnya tinggi rendahnya tingkat disiplin kerja karyawan tersebut akan langsung berpengaruh
terhadap produktivitras tenaga kerja. Kemudian untuk lebih jelasnay mengenai masalah absensi tersebut menurut
Ranupandojo 2000 : 56 0 yaitu antara lain alpa, ijin, dan sakit. Diantara alasan tenaga kerja yang absen tersebut yang lebih mencerminkan
tidak adanya apakah tenaga kerja yang bersangkutan bosan terhadap pekerjaannya, tidak senang terhadap lingkungan kerjanya tersebut memang tidak terdisiplin
terhadap pekerjaan yang telah dibebankan oleh periusahaan kepadanya atau malas untuk bekerja.
a. Alpha Ketidakhadiran karyawan tanpa adanya keterangan, hal semacam ini masih terjadi,
seharusnya karyawan memberikan alasan yang tepat unuk dapat meninggalkan pekerjaan tanpa membuat pekerjaan yang telah diberikan mengalami penundaan
dalam penyerahan pada atasan. b. ijin
Seringya tenaga kerja tersebut meminta ijin untuk tidak masuk kerja, disini perlu mendapatkan perhatian, sebab kemungkinan saja keperluan –keperluan yang
dimaksud merupakan alasan yang dicari – cari saja. Kemungkinan sekali hanya dipergunakan untuk mencari pekerjaan yang lain ataupun untuk mengerjakan
pekerjaan yang lainnya. c. Sakit
Jika tenaga kerja tersebut tidak hadir ditempat keraj disebabkan oleh sakit, biasanya hal tersebut diluar kemampuannya. Namun apa bila jumlah dari absensi
yang disebabkan oleh sakit tersebut sangat mencolok, maka sebaiknya diadakan penelitian, apakah sakitnya tersebut disebabkan oleh pekerjaannya. Ruang kerjanya
kurang sehat, tekanan moral ataupun mungkin hanya pura-pura sakit. 2 Labour turn over
Didalam arti yang luas, Labour turn over tersebut dapat diartikan sebagai aliran tenag kerja yang masuk dan yang keluar. Labour turn over tersebut merupakan
petunjuk kestabilan bagi tenaga kerja. Semakin tinggi turn over tersebut, maka sering terjadi pergantian tenaga kerja dan hal tersebut diatas akan dapat merugikan
perusahaan, sebab apabila sampai seorang tenaga kerja meninggalkan perusahaan, maka akan membawa berbagai biaya, seperti :
a. Biaya penarikan tenaga kerja, menyangkut waktui dan fasilitas untuk wawancara, penarikan dan mempelajari penggantian.
b. Biaya latihan, menyangkut waktu pengawasan, departemen personalia dan tenaga kerja yang dilatih.
c. Apa yang dikeluhkan untuk tenaga kerja yang baru tersebut lebih kecil dari pada yang telah dihasilkan oleh tenaga kerja yang baru tersebuit.
d. Tingkat kecelakaan para tenaga kerja yang baru tersebut pada umumnya adalah tinggi.
e. Peralatan produksi yang tidak dapat dipergunakan sepenuhnay oleh karyawan. f. Banyaknya pemborosan yang disebabkan oleh adanya tenaga kerja yang baru
tersebut. g. Perlu memerlukan kerja lembur apabila tidak ingin mengalami penundaan
penyerahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila suatu perusahaan yang Labour turn
over -nya tinggi, maka dapat diketahui bahwa tingkat kedisplinan karyawanya
adalah rendah. 3 Adanya keterlambatan kerja
Adanya keterlambatan kerja diluar kebiasaan pada umumnya disebabkan oleh kemalasan. Jadi dalam hal tersebut diatas disebabkan oleh faktor manusianya.
Apabila hal tersebut berlarut-larut, maka akan mengakibatkan produktivitas karyawan menurun.
4 Sering terjadinya kesalahan dalam melaksanakan atau melkasanakan tugas – tugasnya sehari-hari bukan pekerjaan yang baru lagi, kemungkinan sekali juga
disebabkan oleh faktor-faktor diluar manusia. Misalnya saja kesalahan material, kerusakan mesin-mesin maupun Lay out.
5 Adanya pemogokan
Jika ada dalam perusahaan terjadi pemogokan maka hal tersebut jelas menandakan tidak adanya rasa kedisplinan didalam mengerjakan tugas-tugas
yang telah dibebani oleh perusahaan kepada karyawan yang bersangkutan. Tindakan pemogokan tersebut tidak dibenarkan dan tidak bijaksana.
2.1.4.5 Usaha - Usaha Dalam Menegakkan Kedisplinan Kerja