Model Pembelajaran Kooperatif Landasan Teori

31 Menurut Arends t.t dalam Suprijono 2011: 46,“model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas”. Joyce dalam Trianto 2009: 22, menjelaskan bahwa “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain”. Soekamto t.t dalam Trianto 2009: 5 mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan uraian mengenai model pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pedoman yang berupa kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

2.1.11 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Panitz t.t dalam Suprijono 2011: 54-5, “pembelajaran kooperatif adalah konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Nurulhayati 2002 dalam Majid 2014: 175, “pembelajaran kooperatif adalah 32 strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”. Lie 2010: 28 menyatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang menarik dan belum banyak diterapkan di sekolah yaitu pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Roger dkk. t.t dalam Huda 2014: 29 menyatakan bahwa: pembelajaran kooperatifmerupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsipbahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosialantara pembelajar-pembelajar dalam kelompok yang mana setiap pembelajarbertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan dimotivasi untukmeningkatkan pembelajaran anggota-anggotanya yang lain. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil di kelas akan belajar dan bekerjasama untuk mempelajari materi pelajaran dan menyelesaikan masalah demi mencapai tujuan bersama. Dengan pembelajaran kooperatif ini, semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan bekerjasama mempelajari sesuatu yang dapat menghasilkan suatu pendapat yang sempurna. Melalui kerjasama dalam pembelajaran kooperatif, siswa dilatih untuk mampu mengembangkan aspek sosialnya dengan cara berkomunikasi dan bekerjasama dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Roger dan Johnson t.t dalam Lie 2010: 31-6, mengemukakan ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu: 33 1 Saling ketergantungan positif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa agar merasa saling membutuhkan untuk mencapai tujuan. 2 Tanggungjawab perseorangan, dalam menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing anggota mempunyai tugas dengan beban tangungjawabnya sendiri. Setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Dengan demikian diharapkan mampu menumbuhkan tanggung jawab pada masing-masing individu. 3 Tatap muka, dalam pembelajaran kooperatif, semua anggota kelompok berinteraksi secara langsung untuk berdiskusi. Para anggota kelompok saling menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing sehingga akan memperkaya pengetahuan antaranggota kelompok. 4 Komunikasi antaranggotakelompok yang baik akan menentukan keberhasilan kelompok tersebut. Setiap anggota kelompok perlu untuk belajar mendengarkan pendapat anggota lain dan menghargai pendapatnya. Pendapat dari anggota kelompok ditampung kemudian didiskusikan bersama-sama. 5 Evaluasi proses kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil 34 kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Menurut Sharan 1990 dalam Isjoni 2013: 35, pembelajaran kooperatif akan membentuk kepribadian siswa yang lebih baik, karena siswa belajar menjalin hubungan persahabatan, mencari informasi dengan bahasa yang baik, bergaul sopan santun, menghargai pendapat teman, mempunyai rasa kepedulian terhadap teman lainnya, dan berpikir kritis dalam berdiskusi. Selain itu, siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif akan mempunyai tingkat kemampuan akademik yang lebih baik, karena termotivasi oleh teman satu timnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Bayraktar 2010, yang menyatakan bahwa: Reasons why the cooperative learning group was more successful than the control group could be that, the cooperative learning group students helped each other to learn better, motivated each other during action performances, and also worked as a group outside of the class meetings, in order to be able to better perform the actions. Maksud dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa alas an mengapa kelompok pembelajaran kooperatif lebih berhasil daripada kelompok kontrol yaitu siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif saling membantu untuk belajar lebih baik,memotivasi satu sama lain selama melakukan penampilan, dan juga bekerja sebagai sebuah kelompok di luar pertemuan, agar dapat melakukan penampilan yang lebih baik. 35 Pada dasarnya, tujuan utama dari pembelajaran kooperatif yaitu agar siswa dapat belajar bekerjasama dalam sebuah kelompok untuk menyelesaikan masalah dalam rangka membangun pengetahuannya sendiri dengan cara mengutarakan pendapatnya dan menghargai pendapat antaranggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus mampu memotivasi dan membantu teman satu timnya untuk melakukan usaha yang maksimal agar kelompok mereka berhasil. Ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih tujuan yang sama, mereka mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apa pun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok.

2.1.12 Model Pembelajaran Konvensional