2. Untuk menganalisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan
perkebunan yang ada di Indonesia dengan komisaris independen sebagai variabel moderating.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut ; 1. Perusahaan perkebunan.
Memberikan kontribusi pemikiran kepada manajemen perusahaan perkebunan dan para pemakai laporan keuangan dalam memahami dan menyikapi
fenomena yang terkait dengan Good Corporate Governance sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas perusahaan.
2. Pengembangan bidang akademik. Sebagai sarana dalam menambah ilmu pengetahuian di bidang akuntansi
khususnya tentang Good Corporate Governance dan profitabilitas perusahaan. 3. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi untuk penelitian lebih lanjut
oleh calon peneliti berikutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Yonnedi Sari 2009 yang melakukan penelitian dengan judul “Impact of Corporate
Governance Mechanisms on Firm Performance ; Evidence from Indonesia’s State
Universitas Sumatera Utara
– Owned Enterprises SOEs”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yonnedi Sari 2009 adalah:
1. Penambahan variabel independen. Dalam penelitian yang dilakukan Yonnedi Sari 2009 menggunakan tiga variabel independen yaitu ukuran dewan
komisaris, komposisi dewan komisaris dan kepemilikan pemerintah. Sedangkan dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu
dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen.
2. Pengukuran variabel dependen yang digunakan. Variabel dependen penelitian yang buat Yonnedi Sari yaitu kinerja perusahaan yang diukur dengan Return
On Asset ROA, Return On Equity ROE dan Sales Employe Ratio SER. Pada penelitian ini variabel dependennya yaitu kinerja perusahaan yang
berfokus pada profitabilitas perusahaan yang menggunakan alat ukur Return On Equity ROE. Penulis memilih pengukuran profitabilitas dengan
menggunakan ROE dengan alasan sesuai dengan variabel dalam penelitian ini yaitu struktur kepemilikan yang berhubungan dengan modal yang
diinvestasikan oleh investor dalam sebuah perusahaan. 3. Objek yang dijadikan sampel. Perusahaan yang dijadikan sampel pada
penelitian Yonnedi Sari adalah perusahaan BUMN sedangkan dalam penelitian ini adalah berfokus pada perusahaan perkebunan yang ada di
Indonesia. 4. Perbedaan lainnya adalah penambahan variabel moderating. Dalam penelitian
ini komisaris independen digunakan sebagai variabel moderating yang juga merupakan bagian dari variabel independen lainnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori keagenan
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, pengelolaan dan pengendalian perusahaan dalam ekonomi modern semakin
dipisahkan dari kepemilikan. Hal ini sejalan dengan teori keagenan yang menunjukkan pentingnya memisahkan manajemen perusahaan dari pemilik.
Tujuan dari pemisahan tersebut adalah untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas dengan mempekerjakan agen profesional dalam mengelola perusahaan. Hal ini
bertujuan agar para manajemen perusahaan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sebagai agen bagi pemilik. Sementara pemilik berusaha untuk
memperoleh informasi, mengembangkan sistem insentif untuk memastikan tindakan agen demi kepentingan pemilik.
Teori keagenan pada dasarnya merupakan hubungan antara dua pihak yang mengatur hubungan antara pemberi kerja dengan penerima tugas untuk
melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemberi kerja adalah para pemegang saham, sedangkan penerima tugas yang disebut agen
adalah manajemen. Teori tersebut menyangkut hubungan kontraktual antara anggota-anggota dalam sebuah perusahaan. Hubungan kontraktual tersebut terjadi
ketika satu orang atau lebih pemegang saham atau investor principal mempekerjakan orang lain agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan. Hubungan tersebut
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan pengendalian di pihak manajemen Jensen dan Meckling, 1976.
Kedua belah pihak terkait kerja sama dan kontrak yang menyatakan hak dan kewajiban masing-masing. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk
menjalankan perusahaan, sedangkan agen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang ditugaskan oleh para pemegang saham kepadanya. Untuk kepentingan
tersebut prinsipal akan memperoleh hasil berupa pembagian laba, sedangkan agen memperoleh gaji, bonus, dan berbagai kompensasi lainnya.
Dalam melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan pada agen tersebut. Pemisahan antara kepemilikan dan
pengendalian perusahaan mendorong manajer untuk tidak memaksimalkan usahanya Jensen dan Meckling, 1976. Dalam konteks perusahaan, masalah
keagenan yang dihadapi investor mengacu pada kesulitan investor untuk memastikan bahwa dananya tidak disalahgunakan oleh manajemen perusahaan
untuk mendanai kegiatan yang tidak menguntungkan Wulandari, 2011. Menurut Jensen dan Meckling 1976, penyebab konflik antara manajer dan pemegang
saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana dan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan.
Teori keagenan mengemukakan dengan terpisahnya pemilik perusahaan pada perusahaan yang go publik, dengan orang yang mengelola perusahaan yaitu
manajemen disebut dengan agen. Karena pemisahan tersebut, maka akan terjadi gap atau konflik keagenan. Hal tersebut terajadi karena manajer tidak akan mau
bekerja untuk kepentingan pemilik perusahaan jika tidak selaras dengan kepentingan mereka Lubis dan Putra, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Jika antar pemegang saham dan manajemen memiliki kepentingan yang berbeda, muncul konflik yang dinamakan konflik keagenan agency conflict.
Pemisahan fungsi antara pemilik dan manajemen ini memiliki dampak negatif yaitu keleluasaan manajemen atau pengelola perusahaan untuk memaksimalkan
laba. Hal ini akan mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Kondisi ini
terjadi karena asymmetry information antara manajemen dan pihak lain yang tidak memiliki sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang
digunakan untuk memonitor tindakan manajemen Richardson, 1998. Manajemen dan pemilik melakukan kesepakatan atau kontrak kerja untuk
mencapai manfaat yang diharapkan. Lambert 2001 menyatakan bahwa dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas pemilik
principal, dan dapat memuaskan serta menjamin manajemen agent untuk menerima reward. Manfaat yang diterima oleh kedua belah pihak didasarkan pada
kinerja yang diperoleh perusahaan. Pada umumnya kinerja perusahaan diukur dari profitabilitas dimana besarnya profitabilitas diinformasikan oleh manajemen
kepada pihak pemilik melalui penyajian laporan keuangan. Dengan teori keagenan maka dapat menjelaskan fenomena masalah
keagenan di Indonesia khususnya di dalam struktur dewan dan struktur kepemilikan. Manajer mengendalikan perusahaan dan masalah keagenan yang
terjadi antara pemegang saham dan manajer.
2.1.2. Profitabilitas perusahaan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi
Universitas Sumatera Utara
keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban termasuk keuntungan dan
kerugian, dan arus kas. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari siklus akuntansi yang
memberikan gambaran keuangan tentang suatu perusahaan yang secara periodik disusun oleh manajemen perusahaan. Laporan keuangan memiliki sifat historis
yaitu memuat angka-angka tentang kinerja dan kondisi keuangan perusahaan pada masa yang lalu Sumarsan, 2011.
Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan dalam menilai penerapan sumber daya yang
dimiliki perusahaan, termasuk penerapan Good Corporate Governance. Profitabilitas perusahaan adalah ukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan
sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas
dari kegiatan perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya pada periode tertentu. Profitabilitas perusahaan atau yang sering disebut laba perusahaan sangat diperlukan untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya.
Profitabilitas dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya penerapan
seluruh sumber daya yang ada di dalam perusahaan diharapkan memaksimalkan profitabilitas yang akan diperoleh oleh perusahaan. Pertumbuhan laba perusahaan
yang baik mencerminkan penerapan dan seluruh sumber daya yang ada telah berjalan dengan baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu
perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan.
Untuk memperoleh profitabilitas perusahaan bisa diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan karena setiap kegiatan
tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Selain melakukan
kegiatan operasional perusahaan, baik itu melalui penjualan baik barang dan jasa maupun kegiatan lainnya, untuk memaksimalkan profitabilitas perusahaan, salah
satunya bisa dilakukan dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Berdasarkan alasan tersebut, diharapkan bahwa tata kelola perusahaan
yang baik dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang salah satunya adalah meningkatkan profitabilitas yang dilaporkan.
2.1.3. Good Corporate Governance
Governance dasar artinya adalah pengaturan, selain itu ada juga yang menyebut tata pamong. Corporate governance didefinisikan sebagai suatu proses
dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan seperti pemegang saham,
Universitas Sumatera Utara
pemilik modal, komisaris, dewan pengawas dan direksi untuk meningkatkan keberhasilan dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika Sutedi, 2012.
Implementasi GCG didukung oleh Peraturan tentang Badan Usaha Milik Negara yaitu Undang-undang No. 19 Tahun 2003 telah disahkan pada tanggal 19
Juni 2003. Keberadaan Undang-Undang BUMN tersebut diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya, dimana BUMN sebagai suatu pilar pembangunan perekonomian perlu diberikan landasan hukum untuk lebih
memacu pembangunan nasional. Menurut Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01MBU2011
tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan Usaha Milik Negara, tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance adalah
prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI mendefinisikan GCG sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Kaen
2003 dalam Arifin 2006 mendefinisikan corporate governance sebagai sesuatu tentang siapa yang mengontrol perusahaan dan mengapa dia mengontrol.
Cadburry Committe 1992, seperti dikutip Daniri 2005 dalam Arifin 2006, mendefinisikan corporate governance sebagai prinsip yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
Universitas Sumatera Utara
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya.
Sutedi 2012 mengemukakan bahwa GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai
tambah value added untuk semua stakeholder. Berdasarkan beberapa defenisi di atas disimpulkan bahwa GCG pada
intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan stakeholder
terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi.
Sementara itu corporate governance juga memiliki beberapa prinsip dasar yang menurut versi FCGI meliputi:
1.
Adanya hak–hak pemegang saham yang harus diberi informasi yang benar dan tepat waktu, ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai
perubahan yang mendasar, dan turut memperoleh bagian keuntungan,
2.
Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham terutama kepada pemegang saham minoritas dan asing, dengan keterbukaan
transparansi informasi penting, melarang pembagian untuk pihak sendiri, dan melarang perdagangan saham oleh orang dalam insider trading,
3.
Diakuinya peran pemegang saham bersama pemegang kepentingan lain dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat,
4.
Adanya kemungkinan pengungkapan disclosure yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan,
kepemilikan, serta pemegang kepentingan, dan
Universitas Sumatera Utara
5. Adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang
saham. Hasil kajian Salim dalam Sutedi 2012 menyatakan bahwa wilayah
permasalahan corporate governance adalah sebagai berikut : a. Dipisahnya pemilik dengan pengelola perusahaan
b. Struktur kepemilikan yang beraneka ragam c. Pengawasan dari pemegang saham
d. Monitoring kreditor, disiplin dan proteksi e. Pasar untuk kontrol perusahaan
f. Pengatur pusat sekuritas g. Persaingan pasar
h. Keungan korporasi Tujuan GCG pada intinya adalah menciptakaan nilai tambah bagi semua
pihak yang berkepentingan Arifin, 2006. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal
yang meliputi investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan. Dalam praktiknya, GCG berbeda di setiap negara dan perusahaan
karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut
prinsip GCG, namun demikian pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan. Menurut Organization for Economic Corporation and Development
OECD, prinsip dasar GCG adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kewajaran fairness. Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun
mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari
adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda salah satu cara
mengatasinya adalah dengan menjual saham kepada manager. 2. Akuntabilitas accountability. Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan
adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan
komisaris, direksi independen, dan komite audit. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara
pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. 3. Transparansi transparency. Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan
kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan.
Prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
penyajian disclosure informasi yang dimiliki perusahaan. 4. Responsibilitas responsibility. Responsibilitas diartikan sebagai tanggung
jawab perusahaan untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada
sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan. Prinsip
Universitas Sumatera Utara
responsibilitas ini penekanannya diberikan kepada kepentingan stakeholders perusahaan.
Manfaat penerapan tata kelola perusahaan yang baik menurut Prijambodo 2012 lebih rinci diuraikan sebagai berikut :
1. Meningkatnya nilai value organisasi, berarti nilai koperasi terutama kepentingan dan perlindungan shareholders, sehingga terbangun kepercayaan
dan kredibilitas koperasi di mata anggota, mitra dan stakeholders lain. 3
2. Sumber-sumber daya organisasi dapat dimanfaatkan dengan baik, tepat sasaran, tepat waktu, tepat ukuran, minimalisasi pemborosan dan
penyimpangan sehingga terwujud efisiensi dan efektivitas organisasi. 3.
Organ-organ organisasi, berarti perangkat organisasi rapat anggota, pengurus dan pengawas berfungsi optimal, memungkinkan peningkatan kinerja
perangkat organisasi koperasi, penanganan resiko yang tepat, sehingga mencapai kinerja optimal.
Jika perusahaan benar-benar menerapkan prinsip-prinsip GCG, investor akan lebih percaya terhadap perusahaan. Jadi baik buruknya penerapan GCG akan
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan yang tujuan akhirnya meningkatkan nilai suatu perusahaan.
Pihak manajemen yang menjalankan dan mengelola sebuah perusahaan yang dikenal sebagai agen dalam teori keagenan biasanya terbagi kepada beberapa
bagian yang disesuaikan dengan kebutuhan sebuah perusahaan. Jajaran manajemen tersebut diantaranya terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi,
komisaris independen, komite-komite yang ada dibawah dewan komisaris seperti komite audit, komite renumerasi dan nominasi, audit intern dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu struktur kepemilikan perusahaan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta manajemen dan
dewan direksinya. Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham Muttaqin, 2013.
Kepemilikan perusahaan bisa saja terjadi secara anonim lewat pembelian kepemilikan perusahaan lewat mekanisme modal Prasetiyantoko, 2008.
Kepemilikan perusahaan merupakan dua mekanisme yang dapat mengendalikan masalah keagenan yang ada di suatu perusahaan yang akhinya dapat
memaksimalkan pencapaian profitabilitas perusahaan khusunya perusahaan perkebunan baik BUMN maupun perusahaan swasta yang ada di Indonesia.
Dalam penelitian ini mekanisme GCG yang akan teliti yaitu dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris
independen.
2.1.3.1 Dewan direksi
Menurut Yusrizal 2011 direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Menurut Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01MBU2011 pasal 19, direksi merupakan organ perseroan yang memiliki tanggung jawab dan
wewenang melaksanakan tugasnya sesuai dengan maksud dan tujuan BUMN, serta memastikan agar BUMN melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta
memperhatikan kepentingan dari berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
Tugas dan tanggung jawab direksi menurut peraturan tersebut yaitu : a. Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan itikad baik untuk kepentingan
BUMN dan sesuai dengan maksud dan tujuan BUMN, serta memastikan agar BUMN melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan
kepentingan dari berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Salah seorang anggota direksi ditunjuk oleh rapat direksi sebagai penanggung jawab dalam penerapan dan pemantauan GCG di BUMN yang bersangkutan.
c. Direksi harus menyampaikan informasi mengenai identitas, pekerjaan- pekerjaan utamanya, jabatan dewan komisaris di anak perusahaanperusahaan
patungan danatau perusahaan lain, termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalam satu tahun buku rapat internal maupun rapat gabungan dengan dewan
komisaris, serta gaji, fasilitas, danatau tunjangan lain yang diterima dari BUMN yang bersangkutan dan anak perusahaanperusahaan patungan BUMN
yang bersangkutan, untuk dimuat dalam laporan tahunan BUMN. d. Direksi wajib melaporkan kepada BUMN mengenai kepemilikan sahamnya
danatau keluarganya istrisuami dan anak-anaknya pada BUMN yang bersangkutan dan perusahaan lain, termasuk setiap perubahannya.
2.1.3.2 Dewan komisaris
Menurut Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01MBU2011 pasal 12 dewan komisaris atau dewan pengawas adalah organ perseroan yang memiliki
tanggung jawab dan wewenang melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai BUMN maupun
usaha BUMN dan memberikan nasihat kepada direksi dengan tujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
kepentingan BUMN dan sesuai dengan maksud dan tujuan BUMN, dan tidak dimaksudkan untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu.
Menurut Yusrizal 2011 komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan
anggaran dasar serta memberi nasehat kepada dewan direksi. Studi yang dilakukan oleh McKinsey Co. dalam Prasetyantoko 2008
dengan tajuk Investor Opinion Study menyimpulkan bahwa sebagian besar investor menganggap untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, pertama-tama
mereka perlu melakukan evaluasi mengenai peran dewan pengawas dalam melakukan tugasnya. Selain itu, dalam study tersebut dinyatakan bahwa lebih dari
80 persen investor mengatakan mereka rela membayar lebih untuk saham-saham perusahaan yang dikelola dengan baik.
Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini
diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya
dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham Wardhani, 2006.
Menurut peraturan menteri BUMN No. PER-01MBU2011 pasal 12 Dewan komisaris memiliki fungsi dan tanggung jawab sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan tugasnya, dewan komisaris harus mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan danatau anggaran dasar.
Universitas Sumatera Utara
2. Dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai BUMN usaha BUMN dan memberikan nasihat kepada direksi. 3. Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat 2,
dilakukan untuk kepentingan BUMN dan sesuai dengan maksud dan tujuan BUMN, dan tidak dimaksudkan untuk kepentingan golongan tertentu.
4. Dewan komisaris membuat pembagian tugas yang diatur mereka sendiri. 5. Dewan komisaris wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan
Dewan komisaris yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dan RKAP. 6. Dewan komisaris wajib menyampaikan laporan tentang tugas pengawasan
yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPSMenteri.
7. Dewan komisaris harus memantau dan memastikan bahwa GCG telah diterapkan secara efektif dan berkelanjutan.
8. Dewan komisaris harus memastikan bahwa dalam laporan tahunan BUMN telah memuat informasi mengenai identitas, pekerjaan-pekerjaan utamanya,
jabatan dewan komisaris di perusahaan lain, termasuk rapat yang dilakukan dalam satu tahun buku rapat internal maupun rapat gabungan dengan
direksi, serta honorarium, fasilitas, danatau tunjangan lain yang diterima dari BUMN yang bersangkutan.
9. Dewan komisaris wajib melaporkan kepada BUMN mengenai kepemilikan sahamnya danatau keluarganya pada BUMN yang bersangkutan dan
perusahaan lain, termasuk setiap perubahannya.
Universitas Sumatera Utara
10. Mantan anggota direksi BUMN dapat menjadi anggota dewan komisaris pada BUMN yang bersangkutan, setelah tidak menjabat sebagai anggota direksi
BUMN yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 satu tahun.
2.1.3.3 Kepemilikan institusional
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional dalam proporsi yang besar
juga mempengaruhi nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika lembaga institusi mampu menjadi alat pemonitoran yang efektif.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset
management Koh, 2003 dalam Veronica dan Bachtiar, 2005. Investor institusional memiliki kapabilitas untuk menganalisis laporan keuangan secara
langsung dibandingkan investor individual. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar lebih dari 5
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen Arif, 2006. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong
peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan
untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi
yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Semakin besar kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk memaksimalkan profitabilitas perusahaan.
2.1.3.4 Kepemilikan manajerial
Kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi
kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang sekaligus pemegang saham
tentunya akan menselaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri.
Menurut Downes dan Goodman 1999 dalam Thohiri, 2011 kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti dalam hal
ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Dalam
teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan manajer
mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan
menambah biaya perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan deviden yang akan diterima. Dengan peningkatan
kepemilikan managerial yang lebih baik dapat menyelaraskan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
manajer dan pemegang saham, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan Nurlela dan
Islahuddin, 2008. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka
manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham
yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan manfaat
secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila mereka salah dalam mengambil keputusan.
2.1.3.5 Komisaris independen
Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris, keberadaan komisaris independen sangat diperlukan. Secara langsung keberadaan
komisaris independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan
pemegang saham publik pemegang saham minoritas serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat
didalam pembiayaan usahanya. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan Amri, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Gani 2005 mendefenisikan komisaris independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan tidak memiliki hubungan afiliasi
dengan perusahaan yang dipilih secara transparan dan independen, memiliki integritas dan kompetensi yang memadai, bebas dari pengaruh yang berhubungan
dengan kepentingan pribadi atau pihak lain, serta dapat bertindak secara objektif dan independen dengan berpedoman pada perinsip-perinsip GCG transparency,
accountability, responsibility, fairness. Berdasarkan Pedoman Good Corporate Governance, komposisi atau
jumlah Komisaris Independen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau komposisi komisaris independen harus dapat menjamin
agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan yaitu salah satu dari
Komisaris Independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan. Menurut Peraturan Bapepam-LK tentang Kajian tentang Pedoman Good
Corporate Governance kriteria Komisaris Independen secara rinci yaitu : a. Berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik
b. Tidak mempunyai saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung
c. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Komisaris, Direksi dan Pemegang saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik
d.
Tidak mempunyai hubungan usaha dengan Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung
Misi komisaris independen adalah mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif dan menempatkan kesetaraan fairness di antara berbagai kepentingan
Universitas Sumatera Utara
termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris.
Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka komisaris independen harus secara proaktif mengupayakan agar dewan komisaris
melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Memastikan perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut.
b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-manajer profesional.
c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.
d. Memastikan perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan baik.
f. Memastikan prinsip dan praktek GCG dipatuhi dan diterapkan dengan baik. Tugas Komisaris independen sebagaimana yang dimaksud pada butir f di
atas antara lain berupa: a. Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.
b. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain.
c. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil.
Universitas Sumatera Utara
d. Kepatuhan perusahaan pada undang-undang dan peraturan yang berlaku. e. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.
Keberadaan komisaris independen bertujuan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen dan menjaga fairness serta memberikan
keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan
stakehorlder lainnya. Komisaris independen sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang ada terutama bagi perusahaan publik. Dengan adanya komisaris independen
semua pihak yang berkepentingan mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang suitabel dengan prinsip GCG, dimana komisaris dapat
memberikan pandangan dengan independensi dan akuntabilitas yang lebih tinggi.
2.2. Review Penelitian Terdahulu Theoretical Mapping
Penelitian tentang GCG sebelumnya telah banyak dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Dalam kesempatan ini peneliti ingin melakukan penelitian
pada perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia dengan menambah lama tahun data yang akan digunakan.
Penelitian yang dilakukan Kemalasari 2009 menunjukkan bahwa Secara simultan dan parsial penerapan Good Corporate Governance seperti dewan
komisaris, kepemilikan institusional dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan empat indikator, ROA, NPM, BOPO, dan ROE, bahkan
komite audit mempunyai pengaruh yang negative terhadap NPM serta Kepemilikan institusional terhadap ROE.
Penelitian Sibarani 2010 menunjukkan bahwa Secara simultan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris
Universitas Sumatera Utara
independen, ukuran dewan komisaris dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Melalui manajemen laba secara simultan kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan. Kepemilikan
manajerial dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba maupun kinerja keuangan. Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba tetapi tidak terhadap kinerja keuangan. Manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Penelitian Siallangan dan Machfoedz 2006 menunjukkan bahwa Mekanisme corporate governance secara statistik berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Mekanisme corporate governance yang terdiri dari: a kepemilikan manajerial secara negatif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, b dewan
komisaris secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan c komite audit secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan Tobin’s Q.
Penelitian Nurulita 2013 menunjukkan bahwa Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas sedangkan ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas ROE perusahaan BUMN di Indonesia. Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas Perusahaan ROE BUMN di Indonesia. Kepemilikan pemerintah memoderasi hubungan mekanisme Good Corporate
Governance terhadap profitabilitas ROE perusahaan BUMN.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan penelitian Yonedi dan Sari 2009 menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang positif signifikan mengenai pengaruh dewan komisaris
terhadap ukuran kinerja perusahaan yang diukurdengan ROA,ROE dan Sales Employe Ratio SER. Adanya pengaruh negatif signifikan dari komposisi dewan
komisaris terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA namun tidak berdampak signifikan terhadap ROE dan SER. Kepemilikan pemerintah memiliki
dampak negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA dan ROE.
Berikut ini disajikan beberapa peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian sebelumnya.
Tabel 2.1 Daftar penelitian terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian Nurulita,
Suci. 2013.
Pengaruh implementasi
mekanisme GCG terhadap
profitabilitas dengan
kepemilikan pemerintah
sebagai variabel moderating di
perusahaan- perusahaan
BUMN Indonesia.
Dependen Variabel : a. Profitabilitas
Independen Variabel : b. Ukuran Dewan
Direksi c. Ukuran Dewan
Komisaris d. Komisaris
Independen e. Komite Audit
Moderating Variabel : f. Kepemilikan
Pemerintah Ukuran
dewan direksi
berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif
signifikan terhadap
profitabilitas ROE perusahaan. Komisaris
Independen dan
Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
Perusahaan ROE. Kepemilikan
pemerintah memoderasi
hubungan mekanisme
GCG terhadap
profitabilitas ROE perusahaan BUMN.
Siallagan, Hamonangan
dan Machfoedz,
Mas’ud. 2006.
Mekanisme corporate
governance, kualitas laba dan
nilai perusahaan. Dependen Variabel :
a. Nilai Perusahaan Independen Variabel :
a. Kepemilikan Manajerial
b. Dewan Komisaris c. Komite Audit
Intervening Variabel : a. Kualitas Laba
Mekanisme corporate governance berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan. Mekanisme
corporate governance yang terdiri dari: a kepemilikan manajerial
secara negatif
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, b
dewan komisaris secara positif berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan, dan c komite audit secara
positif berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan Tobin’s Q.
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian Kemalasari,
Endang. 2009.
Pengaruh penerapan GCG
terhadap kinerja perusahaan
perbankan yang terdafta di Bursa
Efek Indonesia. Dependen Variabel :
a. Kinerja perusahaan Independen Variabel :
a. Dewan Komisaris b. Kepemilikan
Institusional c. Komite Audit
Secara simultan dan parsial penerapan
GCG dewan
komisaris, kepemilikan
institusional dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan ROA, NPM, ROE, BOPO, dan ROE.
Sibarani, Jojor Lisbet.
2010. Analisis
pengaruh corporate
governance terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di
BEI dengan manajemen laba
sebagai variabel intervening.
Dependen Variabel : a. Kinerja keuangan
Cash Flow ROA Independen Variabel :
a. Corporate governance
b. Kepemilikan institusional
c. Kepemilikan manajerial
d. Komposisi e. Komisaris
independen f. Ukuran dewan
komisaris g. Komite audit
Intervening Variabel :
a. Manajemen laba