Koefisien Determinasi Kesimpulan Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak

Hasil output pengujian menunjukkan bahwa nilai test -0.647 dengan probabilitas 0.518 dengan signifikan sebesar 0.05. Nilai ini menunjukkan bahwa residual random atau tidak ada autokorelasi antar nilai residual dalam model regresi penelitian.

5.3 Koefisien Determinasi

Nilai R square atau nilai koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dalam variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada diantara 0 dan 1 yang berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Tabel 5.5 Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .573 a .329 .213 6.38671 a. Predictors: Constant, Komisaris_Independen, Dewan_Direksi, Kepemilikan_Institusional, Kepemilikan_Manajerial, Dewan_Komisaris b. Dependent Variable: Profitabilitas Nilai R Square sebesar 0.329 dengan Adjusted R Square sebesar 0.213. Hal ini mempunyai arti bahwa variabel independen seperti dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris independen X5 mampu menjelaskan variabel dependen yaitu profitabilitas Y sebesar 21.30, dan sisanya sebesar 78.70 dijelaskan oleh faktor lain diluar dari model penelitian ini. Faktor-faktor lain yang kemungkinan bisa mempengaruhi profitabilitas perusahaan diantaranya kebijakan dividen, kebijakan hutang, Corporate Social Responsibility CSR, keputusan investasi, ukuran perusahaan, perputaran modal perusahaan, sistem pengendalian intern perusahaan, karyawan perusahaan dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara

5.4 Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis pertama yang akan dilakukan adalah dewan komisaris X1, dewan direksi X2, kepemilikan institusional X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris independen X5 secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia. Untuk melihat pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen dihitung dengan menggunakan uji F, sedangkan untuk melihat pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen dihitung dengan menggunakan uji t. Hipotesis kedua yang akan diuji adalah komisaris independen X5 mampu memoderasi hubungan dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institisuional X3 dan kepemilikan manajerial X4 terhadap profitabilitas Y perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia. 5.4.1 Analisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen secara simultan terhadap profitabilitas perusahaan Untuk menguji apakah parameter koefisien determinasi signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan uji statistik Fisher atau uji F dengan tingkat keyakinan confidence level sebesar 95. Hasil pengujian statistik F uji simultan variabel dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris independen X5 terhadap profitabilitas perusahaan Y perkebunan yang ada di Indonesia diperoleh hasil sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik F Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 579.577 5 115.915 2.842 .033 a Residual 1182.913 29 40.790 Total 1762.490 34 a. Predictors: Constant, Komisaris_Independen, Dewan_Direksi, Kepemilikan_Institusional, Kepemilikan_Manajerial, Dewan_Komisaris b. Dependent Variable: Profitabilitas Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel . Jika F hitung F tabel maka H0 ditolak, dan jika F hitung F tabel maka H0 diterima. Cara lain yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi dengan alpha 0.05. Jika nilai Sig 0.05 maka H0 ditolak, sedangkan jika nilai sig 0.05 maka H0 diterima. Berdasarkan Tabel 5.6 nilai signifikansi sebesar 0.033 0.05 yang berarti H0 ditolak. Hal ini berarti dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris independen X5 secara simultan perpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Y perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia. 5.4.2 Analisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika t hitung t tabel maka H0 ditolak. Kriteria lain yaitu jika nilai Sig 0.05 maka H0 ditolak yang artinya koefisien regresi signifikan. Setelah dilakukan perhitungan maka hasil pengujian statistik t variabel dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris independen X5 terhadap profitabilitas perusahaan Y dapat dilihat dalam Tabel 5.7. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik t Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 29.881 12.636 2.365 .025 Dewan_Direksi -2.960 1.847 -.342 -1.603 .120 Dewan_Komisaris 4.161 1.912 .629 2.177 .038 Kepemilikan_Institusional -.071 .096 -.166 -.736 .467 Kepemilikan_Manajerial -2.242 3.884 -.156 -.577 .568 Komisaris_Independen -.646 2.204 -.092 -.293 .772 a. Dependent Variable: Profitabilitas Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, maka diperoleh model regresi penelitian sebagai berikut : Y = 29.881 - 2.960 X1 + 4.161 X2 - 0.071 X3 - 2.242 X4 – 0.646 X5 Hasil persamaan regresi di atas menujukkan bahwa nilai konstanta sebesar 29.881 menyatakan bahwa jika variabel independen bernilai nol, maka nilai profitabilitas Y adalah sebesar 29.881. Dari persamaan regresi tersebut, pengaruh masing-masing variabel independen terhadap profitabilitas dapat diinterpretasikan sebagai berikut : a. Variabel dewan direksi X1 Dewan direski memiliki koefisien sebesar -2.960. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu orang dewan direksi akan menurunkan nilai profitabilitas perusahaan sebesar 2.960 atau 296. Nilai t hitung variabel dewan direksi sebesar -1.603, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.120 dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.120 0.05. Dengan demikian hipotesis H0 diterima, artinya dewan direksi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Universitas Sumatera Utara b. Varibel dewan komisaris X2 Dewan komisaris memiliki koefisien sebesar 4.161. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu orang dewan komisaris akan menaikkan nilai profitabilitas perusahaan sebesar 4.161 atau 416.10. Nilai t hitung variabel dewan komisaris sebesar 2.177, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.038 dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.038 0.05. Dengan demikian hipotesis H0 ditolak, artinya dewan komisars berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. c. Variabel kepemilikan institusional X3 Kepemilikan institusional memiliki koefisien sebesar -0.071. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen kepemilikan institusional akan menurunkan nilai profitabilitas perusahaan sebesar 0.071 atau 7.1. Nilai t hitung variabel kepemilikan institusional sebesar -0.736, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.467 dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.467 0.05. Dengan demikian hipotesis H0 diterima, artinya kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. d. Variabel kepemilikan manajerial X4 Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar -2.242. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen kepemilikan manajerial akan menurunkan profitabilitas perusahaan sebesar 2.242 atau 224.2. Nilai t hitung variabel kepemilikan manajerial sebesar -0.557, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.568 dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.568 0.05. Dengan demikian hipotesis H0 diterima, artinya kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Universitas Sumatera Utara e. Variabel komisaris independen X5 Komisaris independen memiliki koefisien sebesar -0.646. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan saatu orang komisaris independen akan menurunkan profitabilitas perusahaan sebesar 0.646 atau 64.6. Nilai t hitung variabel komisaris independen sebesar -0.293, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.772 dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.772 0.05. Dengan demikian hipotesis H0 diterima, artinya komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. 5.4.3 Analisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan dengan komisaris independen sebagai variabel moderating Dalam penelitian ini pengujian variabel moderating komisaris independen dilakukan dengan uji residual, dengan bentuk persamaan sebagai berikut : X5 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e  e = a + b1Y Persamaan regresi yang kedua menggambarkan apakah variabel komisaris independen X5 merupakan variabel moderating dan ini ditunjukkan dengan nilai koefisien b1Y signifikan dan hasilnya negatif diantara variabel dewan direksi X1 dan dewan komisaris X2 yang mengakibatkan proftiabilitas perusahaan Y berpengaruh negatif. Ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu variabel merupakan variabel moderating yaitu jika koefisien parameter dependen variabel negatif dan hasilnya sangat signifikan lebih kecil dari 0.05, maka variabel tersebut merupakan variabel moderating. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8 Ringkasan Pengujian Hipotesis Kedua Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.112 1.027 1.083 .287 Dewan_Direksi -.098 .152 -.079 -.642 .526 Dewan_Komisaris .649 .105 .685 6.187 .000 Kepemilikan_Institusional -.004 .008 -.067 -.515 .611 Kepemilikan_Manajerial -.800 .287 -.390 -2.792 .009 a. Dependent Variable: Komisaris_Independen Berdasarkan Tabel 5.8 diperoleh persamaan regresi sebagai beriktu : X5 = 1.112 – 0.098 X1 + 0.649 X2 - 0.004 X3 -0.800 X4 Dari persamaan tersebut dilakukan lagi perhitungan sehingga menghasilkan variabel baru yaitu Residual_1 yang selanjutnya ditransform dalam nilai absolut yang bernama AbsRes_1 dan kemudian diregresikan terhadap variabel profitabilitas dengan hasil perhitungan pada tabel 5.9 berikut. Tabel 5.9 Hasil Uji Residual Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .521 .166 3.146 .003 Profitabilitas -.011 .009 -.214 -1.256 .218 a. Dependent Variable: AbsRes_1 Dari Tabel 5.9 dapat dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :  e = 0.521 – 0.011 Y Hasil perhitungan uji residual di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien parameternya sebesar -0.011 dan tidak signifikan karena nilai signifikansi 0.218 Universitas Sumatera Utara 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen bukan merupakan variabel moderating. Hal ini berarti komisaris independen tidak dapat memperkuat hubungan antara dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3 dan kepemilikan manajerial X4 terhadap profitabilitas perusahaan Y. 5.5 Pembahasan Hasil Penelitian 5.5.1 Pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen terhadap profitabilitas perusahaan Hasil pengujian hipotesis uji F dapat disimpulkan bahwa variabel dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3 kepemilikan manajerial X4, dan komisaris independen secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan Y. Faktor yang mendukung hipotesis penelitian ini diterima adalah GCG di perusahaan perkebunan di Indonesia telah diimplementasikan dengan baik. Dalam penerapan GCG di lingkungan perusahaan perkebunan di Indonesia telah mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh BAPEPAM Badan Pengawas Pasar Modal, peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER- 001MBU2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan Usaha Milik Negara, dan Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

5.5.2 Pengaruh dewan direksi terhadap profitabilitas perusahaan

Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel dewan direksi X1 berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel profitabilitas Universitas Sumatera Utara perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan ditolak. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurulita 2013 dimana ukuran dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas ROE perusahaan BUMN di Indonesia. Kemungkinan faktor yang mendukung hipotesis penelitian ini tidak didukung adalah keberadaan dewan direksi dalam perusahaan perkebunan yang tidak menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengurus perseroan, sehingga menyebabkan perusahaan tidak beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu kompetensi dan integritas dewan direksi yang ada di perusahaan kemungkinan masih lemah yang dikarenakan pengangkatan dewan direksi diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat. Dalam hal ini kemungkinan dewan direksi perusahaan memiliki posisi atau jabatan dalam perusahaan atau instansi yang lain. Seringkali mantan pejabat pemerintah ataupun yang masih aktif, biasanya diangkat sebagai direksi suatu perusahaan dengan tujuan agar mempunyai akses ke perusahaan ataupun instansi pemerintah. Dalam penelitian ini ada beberapa perusahaan yang direksinya memiliki jabatan lain baik di dalam perusahaan itu sendiri maupun di perusahaan lain. Pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk dari 6 orang jumlah dewan direksi terdapat 1 orang direksi yang memiliki jabatan di perusahaan lain yaitu sebagai direktur pada PT. Astra International, Tbk Laporan tahunan PT. Astra Agro Lestari, Tbk., 2013. Sedangkan pada PT. BW Plantation, Tbk dari jumlah total dewan direksi Universitas Sumatera Utara sebanyak 5 orang terdapat 2 orang direksi yang memiliki jabatan di perusahaan lain yaitu menjabat sebagai direktur di PT. Adhyaksa Dharmasatya, PT. Gaharu dan PT. Investindo Laporan tahunan PT. BW Plantation, Tbk., 2013. PT. Jaya Agro Wattie, Tbk memiliki dewan direksi sebanyak 6 orang dimana 1 orang direksi memiliki jawabatan sebagai anggota komite audit pada PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk Laporan tahunan PT. Jaya Agro Wattie, Tbk., 2013. Adapun pada PT. Sampoerna Agro, Tbk dari 6 orang jumlah direksi terdapat 1 orang direksi yang menjabat sebagai direktur PT. Binasawit Makmur. Laporan tahunan PT. Sampoerna Agro, Tbk., 2013. Sedangkan pada PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk dari 7 dewan direksi semuanya memiliki jabatan di perusahaan lain seperti di PT. Indo Agri, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk, PT. Laju Perdana Indah, PT. Indofood Fritolay Makmur, PT. Nestlé Indofood Citarasa Indonesia, Tbk dan menjabat direktur utama beberapa anak perusahaan perseroan Laporan tahunan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk., 2013. PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk dari 6 orang dewan direksi 3 dewan direksi yang memiliki jabatan pada perusahaan lain seperti menjabat komisaris PT. Purimas Sasmita, dan pemegang saham perseroan Laporan tahunan PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk., 2013. Sedangkan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk dari 5 dewan direksi terdapat 1 orang yang menjabat sebagai komisaris PT. Budi Starch Sweetener, Tbk dan 1 orang menjabat sebagai direktur PT. Budi Starch Sweetener, Tbk Laporan tahunan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk., 2013.

5.5.3 Pengaruh dewan komisaris terhadap profitabilitas perusahaan

Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil Universitas Sumatera Utara penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nurulita 2013 dimana ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas ROE perusahaan BUMN di Indonesia. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Yonnedi Sari 2009 yang mengemukakan adanya pengaruh negatif signifikan dari komposisi dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA namun tidak berdampak signifikan terhadap ROE dan SER perusahaan BUMN di Indonesia. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari 2009 bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, NPM, BOPO dan ROE. Peran dan tanggung jawab dewan komisaris sebagai pengawas terhadap implementasi kebijakan, dan memberikan nasehat kepada dewan direksi dalam menjalankan roda perusahaan telah terlaksana dengan baik. Selain itu karena kemampuan dewan komisaris dalam menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya maka kinerja dewan direksi akan semakin baik, sehingga pengelolaan terhadap dana investor akan terkelola dengan baik yang akhirnya perusahaan akan memperoleh profitabilitas yang maksimal.

5.5.4 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap profitabilitas perusahaan

Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional X3 berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari 2009 bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, NPM, BOPO dan ROE. Dan penelitian yang dilakukan oleh Kesuma 2005 bahwa Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap Universitas Sumatera Utara kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting 2013 dimana variabel kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional dalam perkebunan belum memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan kemungkinan disebabkan oleh persentase kepemilikan institusional banyak yang persentasenya hampir sama dengan kepemilikan publik, sehingga tekanan kepada perusahaan untuk menerapkan Good Corporate Governance masih kurang. Selain itu dalam kepemilikan institusional kemungkinan adanya kepentingan pihak lain dalam pembelian saham, sehingga perusahaan perlu memperhatikan tujuan dan latar belakang membeli saham perusahaan.

5.5.5 Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan

Hasil analisis regresi terhadap variabel kepemilikan manajerial X4 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibarani 2010 bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Kemungkinan faktor yang mendukung hipotesis penelitian ini tidak didukung adalah minimnya jumlah saham yang dimiliki oleh dewan direksi, dewan komisaris maupun manajer perusahaan. Kepemilikan saham manajerial belum dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, karena rendahnya proporsi kepemilikan saham manajerial sehingga kinerja perusahaan kurang baik. Pada perusahaan dengan kepemilikan oleh manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan Universitas Sumatera Utara kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai investor. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Dari beberapa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdapat 3 perusahaan yang memiliki persentase saham manajer yaitu PT. BW Plantation, Tbk., PT. Jaya Agro Wattie, Tbk dan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. Perusahaan tersebut hampir semuanya memiliki persentase kepemilikan saham manajarial yang sangat kecil sehingga belum dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer Laporan tahunan PT. BW Plantation, Tbk., PT. Jaya Agro Wattie, Tbk dan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk., 2013. Sedangkan sisanya sebanyak 4 perusahaan yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk., PT. Sampoerna Agro, Tbk., PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk., dan PT. Sinar Mas Agro Tesources, Tbk sama sekali tidak memiliki persentase kepemilikan saham manajerial Laporan tahunan PT. Astra Agro Lestari, Tbk., PT. Sampoerna Agro, Tbk., PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk dan PT. Sinar Mas Agro Tesources, Tbk., 2013.

5.5.6 Pengaruh komisaris independen terhadap profitabilitas perusahaan

Hasil analisis regresi terhadap variabel komisaris independen X5 menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibarani 2010 bahwa komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Fungsi komisaris independen untuk memberikan penilaian independen yang dapat menjadi pertimbangan dewan direksi dalam pengambilan keputusan Universitas Sumatera Utara agar tidak terjadi konflik antara pemegang saham dan manajemen dalam perusahaan perkebunan belum diimplementasikan dengan baik. Selain itu, komisaris independen kemungkinan dalam pemilihannya belum transparan dan independen. Ada kemungkinan komisaris independen masih memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan bahkan memiliki jabatan pada perusahaan lain, sehingga dalam menjalankan tugasnya komisaris independen tidak bisa bertindak secara maksimal, objektif dan independen sesuai dengan prinsip-prinsip GCG transparency, accountability, responsibility, fairness. Hal ini terlihat posisi komisaris independen dari beberapa perusahaan yang menjadi sampel memiliki jabatan di perusahaan lain. Pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk semua komisaris independen memiliki jabatan pada perusahaan lain. Diantaranya memiliki jabatan direktur Ephindo Energy Pte Ltd., perusahaan gas lapisan batubara pertama di Indonesia, menjabat sebagai komisaris independen PT. United Tractors, Tbk dan PT. Samudera Indonesia, Tbk., anggota Majelis Wali Amanah Universitas Indonesia dan Penasehat Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Selain itu ada juga yang menjabat sebagai anggota Majelis Wali Amanat ITB Institut Teknologi Bandung, sebagai anggota dari the-Washington- based International Policy Council on Agriculture Food and Trade yang berbasis di Washington Laporan tahunan PT. Astra Agro Lestari, Tbk., 2013. PT. Sampoerna Agro, Tbk memiliki 1 dari 2 orang komisaris independen yang memiliki jabatan pada perusahaan group Sampoerna yaitu menjabat sebagai komisaris independen pada PT. HM Sampoerna, Tbk Laporan tahunan PT. Sampoerna Agro, Tbk., 2013. Pada PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk 1 orang komisaris independen memiliki jabatan jabatan yang berbeda-beda pada beberapa Universitas Sumatera Utara perusahaan seperti menjabat ketua komite audit perusahaan, senior advisor di PT. Anugrah Capital dan komisaris independen PT. Harum Energy, Tbk Laporan tahunan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk., 2013. PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk dari 5 jumlah komisaris independen terdapat 2 orang yang memiliki jabatan di perusahaan lain. Beberapa jabatan tersebut antara lain menjabat sebagai sebagai Komisaris PT. Indosat, Tbk dan PT. Visi Media Asia, Tbk, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia KADIN, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia APINDO, Ketua Umum Federasi Asosiasi-asosiasi Industri Berbasis Elektronika dan Telematika F.GABEL, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia METI, dan Anggota Majelis Wali Amanat Millenium Challenge Account Indonesia MCA- Indonesia anggota Komite Inovasi Nasional oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu juga ada yang menjabat sebagai komisaris independen dan ketua komite audit PT. Duta Pertiwi, Tbk dan PT. Bumi Serpong Damai, Tbk., pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di tingkat sarjana dan pasca sarjana Laporan tahunan PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk., 2013. Pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk terdapat 1 orang komisaris independen yang memiliki jabatan pada perusahaan lain yaitu Komisaris pada PT. Villa Ayu, Direktur PT. Sunset Studio One Laporan tahunan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk., 2013. 5.5.7 Pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan dengan komisaris independen sebagai variabel moderating Hasil uji statistik dengan menggunakan uji residual menunjukkan bahwa interaksi antara dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan Universitas Sumatera Utara kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan dimoderasi oleh komisaris independen menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Variabel komisaris independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bukan merupakan variabel moderating. Hal ini berarti komisaris independen bukan merupakan variabel moderating, sehingga tidak dapat memperkuat hubungan antara dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan. Jumlah dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan oleh institusional dan kepemilikan oleh manajerial yang ada dalam perusahaan belum sepenuhnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena komisaris independen masih memiliki hubungan afiliasi hubungan kekerabatan dengan dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan. Komisaris independen tidak dapat menjalankan fungsinya untuk menjamin akuntabilitas setiap organ perusahaan dan mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif. Sehingga dalam menjalankan tugasnya komisaris independen tidak bisa bertindak secara objektif dan independen. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, uji hipotesis penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan secara simultan dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Secara parsial variabel independen menunjukkan dewan direksi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Temuan ini bertolak belakang dengan penelitian Nurulita 2013 dimana ukuran dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas ROE perusahaan. Dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yonnedi Sari 2009 yang mengemukakan dewan komisaris tidak pengaruh signifikan terhadap ROE perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nurulita 2013 dimana ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas ROE perusahaan. Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kemalasari 2009 bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, NPM, BOPO dan ROE. Penelitian Kesuma 2005 juga menemukan bahwa Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan ROA. Penelitian ini bertentangan dengan Ginting 2013 dimana variabel kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibarani 2010 bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibarani 2010 bahwa komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Variabel komisaris independen bukan sebagai variabel moderating yang memperkuat hubungan antara dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

11 143 104

Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 62 92

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

2 38 113

Pengaruh Implementasi Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Perusahaan Bumn Di Indonesia Dengan Kepemilikan Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

5 82 79

Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI (2009-2011)

0 40 107

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2007-2010)

1 46 99

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating Pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 46 80

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 42 90

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN DENGAN KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Pada Perusahaan Perkebunan yang Ada di Indonesia) TESIS

0 0 17