Hasil output pengujian menunjukkan bahwa nilai test -0.647 dengan probabilitas 0.518 dengan signifikan sebesar 0.05. Nilai ini menunjukkan bahwa
residual random atau tidak ada autokorelasi antar nilai residual dalam model regresi penelitian.
5.3 Koefisien Determinasi
Nilai R square atau nilai koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dalam variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi berada diantara 0 dan 1 yang berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Tabel 5.5 Koefisien Determinasi
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1
.573
a
.329 .213
6.38671 a. Predictors: Constant, Komisaris_Independen, Dewan_Direksi, Kepemilikan_Institusional,
Kepemilikan_Manajerial, Dewan_Komisaris b. Dependent Variable: Profitabilitas
Nilai R Square sebesar 0.329 dengan Adjusted R Square sebesar 0.213.
Hal ini mempunyai arti bahwa variabel independen seperti dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3, kepemilikan manajerial
X4 dan komisaris independen X5 mampu menjelaskan variabel dependen yaitu profitabilitas Y sebesar 21.30, dan sisanya sebesar 78.70 dijelaskan oleh
faktor lain diluar dari model penelitian ini. Faktor-faktor lain yang kemungkinan bisa mempengaruhi profitabilitas perusahaan diantaranya kebijakan dividen,
kebijakan hutang, Corporate Social Responsibility CSR, keputusan investasi, ukuran perusahaan, perputaran modal perusahaan, sistem pengendalian intern
perusahaan, karyawan perusahaan dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis pertama yang akan dilakukan
adalah dewan komisaris X1, dewan direksi X2, kepemilikan institusional X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris independen X5 secara simultan dan
parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia. Untuk melihat pengaruh secara simultan antara variabel
independen terhadap variabel dependen dihitung dengan menggunakan uji F, sedangkan untuk melihat pengaruh secara parsial variabel independen terhadap
variabel dependen dihitung dengan menggunakan uji t. Hipotesis kedua yang akan diuji adalah komisaris independen X5
mampu memoderasi hubungan dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institisuional X3 dan kepemilikan manajerial X4 terhadap
profitabilitas Y perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia.
5.4.1 Analisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen
secara simultan terhadap profitabilitas perusahaan
Untuk menguji apakah parameter koefisien determinasi signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan uji statistik Fisher atau uji F dengan
tingkat keyakinan confidence level sebesar 95. Hasil pengujian statistik F uji simultan variabel dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan
institusional X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris independen X5 terhadap profitabilitas perusahaan Y perkebunan yang ada di Indonesia
diperoleh hasil sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik F
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression 579.577
5 115.915
2.842 .033
a
Residual 1182.913
29 40.790
Total 1762.490
34 a. Predictors: Constant, Komisaris_Independen, Dewan_Direksi,
Kepemilikan_Institusional, Kepemilikan_Manajerial, Dewan_Komisaris b. Dependent Variable: Profitabilitas
Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan F
hitung
dengan F
tabel
. Jika F
hitung
F
tabel
maka H0 ditolak, dan jika F
hitung
F
tabel
maka H0 diterima. Cara lain yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi dengan alpha
0.05. Jika nilai Sig 0.05 maka H0 ditolak, sedangkan jika nilai sig 0.05 maka H0 diterima. Berdasarkan Tabel 5.6 nilai signifikansi sebesar 0.033 0.05 yang
berarti H0 ditolak. Hal ini berarti dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris
independen X5 secara simultan perpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Y perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia.
5.4.2 Analisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen
secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan
Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika t
hitung
t
tabel
maka H0 ditolak. Kriteria lain yaitu jika nilai Sig 0.05 maka H0 ditolak yang artinya koefisien
regresi signifikan. Setelah dilakukan perhitungan maka hasil pengujian statistik t variabel dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional
X3, kepemilikan manajerial X4 dan komisaris independen X5 terhadap profitabilitas perusahaan Y dapat dilihat dalam Tabel 5.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik t
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
29.881 12.636
2.365 .025
Dewan_Direksi -2.960
1.847 -.342
-1.603 .120
Dewan_Komisaris 4.161
1.912 .629
2.177 .038
Kepemilikan_Institusional -.071
.096 -.166
-.736 .467
Kepemilikan_Manajerial -2.242
3.884 -.156
-.577 .568
Komisaris_Independen -.646
2.204 -.092
-.293 .772
a. Dependent Variable: Profitabilitas
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, maka diperoleh model regresi penelitian sebagai berikut :
Y = 29.881 - 2.960 X1 + 4.161 X2 - 0.071 X3 - 2.242 X4 – 0.646 X5 Hasil persamaan regresi di atas menujukkan bahwa nilai konstanta sebesar
29.881 menyatakan bahwa jika variabel independen bernilai nol, maka nilai profitabilitas Y adalah sebesar 29.881. Dari persamaan regresi tersebut,
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap profitabilitas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Variabel dewan direksi X1 Dewan direski memiliki koefisien sebesar -2.960. Hal tersebut menyatakan
bahwa setiap penambahan satu orang dewan direksi akan menurunkan nilai profitabilitas perusahaan sebesar 2.960 atau 296. Nilai t
hitung
variabel dewan direksi sebesar -1.603, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.120 dengan
alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.120 0.05. Dengan demikian hipotesis H0 diterima, artinya dewan direksi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Varibel dewan komisaris X2 Dewan komisaris memiliki koefisien sebesar 4.161. Hal tersebut menyatakan
bahwa setiap penambahan satu orang dewan komisaris akan menaikkan nilai profitabilitas perusahaan sebesar 4.161 atau 416.10. Nilai t
hitung
variabel dewan komisaris sebesar 2.177, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.038
dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.038 0.05. Dengan demikian hipotesis H0 ditolak, artinya dewan komisars berpengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan. c. Variabel kepemilikan institusional X3
Kepemilikan institusional memiliki koefisien sebesar -0.071. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen kepemilikan institusional
akan menurunkan nilai profitabilitas perusahaan sebesar 0.071 atau 7.1. Nilai t
hitung
variabel kepemilikan institusional sebesar -0.736, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.467 dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.467 0.05.
Dengan demikian hipotesis H0 diterima, artinya kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
d. Variabel kepemilikan manajerial X4 Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar -2.242. Hal tersebut
menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen kepemilikan manajerial akan menurunkan profitabilitas perusahaan sebesar 2.242 atau 224.2. Nilai
t
hitung
variabel kepemilikan manajerial sebesar -0.557, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.568 dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.568 0.05.
Dengan demikian hipotesis H0 diterima, artinya kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
e. Variabel komisaris independen X5 Komisaris independen memiliki koefisien sebesar -0.646. Hal tersebut
menyatakan bahwa setiap penambahan saatu orang komisaris independen akan menurunkan profitabilitas perusahaan sebesar 0.646 atau 64.6. Nilai t
hitung
variabel komisaris independen sebesar -0.293, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0.772 dengan alpha 0.05. Hal ini berarti sig 0.772 0.05. Dengan
demikian hipotesis H0 diterima, artinya komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
5.4.3 Analisis pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas
perusahaan dengan komisaris independen sebagai variabel moderating
Dalam penelitian ini pengujian variabel moderating komisaris independen dilakukan dengan uji residual, dengan bentuk persamaan sebagai berikut :
X5 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
e = a + b1Y Persamaan regresi yang kedua menggambarkan apakah variabel komisaris
independen X5 merupakan variabel moderating dan ini ditunjukkan dengan nilai koefisien b1Y signifikan dan hasilnya negatif diantara variabel dewan direksi
X1 dan dewan komisaris X2 yang mengakibatkan proftiabilitas perusahaan Y berpengaruh negatif. Ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk menyimpulkan
suatu variabel merupakan variabel moderating yaitu jika koefisien parameter dependen variabel negatif dan hasilnya sangat signifikan lebih kecil dari 0.05,
maka variabel tersebut merupakan variabel moderating.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Ringkasan Pengujian Hipotesis Kedua
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
1.112 1.027
1.083 .287
Dewan_Direksi -.098
.152 -.079
-.642 .526
Dewan_Komisaris .649
.105 .685
6.187 .000
Kepemilikan_Institusional -.004
.008 -.067
-.515 .611
Kepemilikan_Manajerial -.800
.287 -.390
-2.792 .009
a. Dependent Variable: Komisaris_Independen
Berdasarkan Tabel 5.8 diperoleh persamaan regresi sebagai beriktu : X5 = 1.112 – 0.098 X1 + 0.649 X2 - 0.004 X3 -0.800 X4
Dari persamaan tersebut dilakukan lagi perhitungan sehingga menghasilkan variabel baru yaitu Residual_1 yang selanjutnya ditransform dalam nilai absolut
yang bernama AbsRes_1 dan kemudian diregresikan terhadap variabel profitabilitas dengan hasil perhitungan pada tabel 5.9 berikut.
Tabel 5.9 Hasil Uji Residual
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
.521 .166
3.146 .003
Profitabilitas -.011
.009 -.214
-1.256 .218
a. Dependent Variable: AbsRes_1
Dari Tabel 5.9 dapat dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :
e = 0.521 – 0.011 Y Hasil perhitungan uji residual di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
parameternya sebesar -0.011 dan tidak signifikan karena nilai signifikansi 0.218
Universitas Sumatera Utara
0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen bukan merupakan variabel moderating. Hal ini berarti komisaris independen tidak dapat memperkuat
hubungan antara dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3 dan kepemilikan manajerial X4 terhadap profitabilitas
perusahaan Y.
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian 5.5.1 Pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan komisaris independen terhadap profitabilitas perusahaan
Hasil pengujian hipotesis uji F dapat disimpulkan bahwa variabel dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3 kepemilikan
manajerial X4, dan komisaris independen secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan Y.
Faktor yang mendukung hipotesis penelitian ini diterima adalah GCG di perusahaan perkebunan di Indonesia telah diimplementasikan dengan baik. Dalam
penerapan GCG di lingkungan perusahaan perkebunan di Indonesia telah mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh BAPEPAM Badan Pengawas Pasar
Modal, peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER- 001MBU2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan
Usaha Milik Negara, dan Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
5.5.2 Pengaruh dewan direksi terhadap profitabilitas perusahaan
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel dewan direksi X1 berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel profitabilitas
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan ditolak. Penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurulita 2013 dimana ukuran dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas ROE
perusahaan BUMN di Indonesia. Kemungkinan faktor yang mendukung hipotesis penelitian ini tidak
didukung adalah keberadaan dewan direksi dalam perusahaan perkebunan yang tidak menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengurus perseroan,
sehingga menyebabkan perusahaan tidak beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu kompetensi dan integritas dewan direksi yang ada di perusahaan kemungkinan masih lemah yang dikarenakan pengangkatan dewan direksi
diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat. Dalam hal ini kemungkinan dewan direksi
perusahaan memiliki posisi atau jabatan dalam perusahaan atau instansi yang lain. Seringkali mantan pejabat pemerintah ataupun yang masih aktif, biasanya
diangkat sebagai direksi suatu perusahaan dengan tujuan agar mempunyai akses ke perusahaan ataupun instansi pemerintah.
Dalam penelitian ini ada beberapa perusahaan yang direksinya memiliki jabatan lain baik di dalam perusahaan itu sendiri maupun di perusahaan lain. Pada
PT. Astra Agro Lestari, Tbk dari 6 orang jumlah dewan direksi terdapat 1 orang direksi yang memiliki jabatan di perusahaan lain yaitu sebagai direktur pada PT.
Astra International, Tbk Laporan tahunan PT. Astra Agro Lestari, Tbk., 2013. Sedangkan pada PT. BW Plantation, Tbk dari jumlah total dewan direksi
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 5 orang terdapat 2 orang direksi yang memiliki jabatan di perusahaan lain yaitu menjabat sebagai direktur di PT. Adhyaksa Dharmasatya, PT. Gaharu
dan PT. Investindo Laporan tahunan PT. BW Plantation, Tbk., 2013. PT. Jaya Agro Wattie, Tbk memiliki dewan direksi sebanyak 6 orang
dimana 1 orang direksi memiliki jawabatan sebagai anggota komite audit pada PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk Laporan tahunan PT. Jaya Agro Wattie, Tbk.,
2013. Adapun pada PT. Sampoerna Agro, Tbk dari 6 orang jumlah direksi terdapat 1 orang direksi yang menjabat sebagai direktur PT. Binasawit Makmur.
Laporan tahunan PT. Sampoerna Agro, Tbk., 2013. Sedangkan pada PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk dari 7 dewan direksi semuanya memiliki jabatan di
perusahaan lain seperti di PT. Indo Agri, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk, PT. Laju Perdana Indah, PT. Indofood Fritolay Makmur, PT. Nestlé
Indofood Citarasa Indonesia, Tbk dan menjabat direktur utama beberapa anak perusahaan perseroan Laporan tahunan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk., 2013.
PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk dari 6 orang dewan direksi 3 dewan direksi yang memiliki jabatan pada perusahaan lain seperti menjabat komisaris
PT. Purimas Sasmita, dan pemegang saham perseroan Laporan tahunan PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk., 2013. Sedangkan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk dari
5 dewan direksi terdapat 1 orang yang menjabat sebagai komisaris PT. Budi Starch Sweetener, Tbk dan 1 orang menjabat sebagai direktur PT. Budi Starch
Sweetener, Tbk Laporan tahunan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk., 2013.
5.5.3 Pengaruh dewan komisaris terhadap profitabilitas perusahaan
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nurulita 2013 dimana ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas
ROE perusahaan BUMN di Indonesia. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Yonnedi Sari 2009 yang mengemukakan
adanya pengaruh negatif signifikan dari komposisi dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA namun tidak berdampak signifikan
terhadap ROE dan SER perusahaan BUMN di Indonesia. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari 2009 bahwa dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, NPM, BOPO dan ROE.
Peran dan tanggung jawab dewan komisaris sebagai pengawas terhadap implementasi kebijakan, dan memberikan nasehat kepada dewan direksi dalam
menjalankan roda perusahaan telah terlaksana dengan baik. Selain itu karena kemampuan dewan komisaris dalam menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya
maka kinerja dewan direksi akan semakin baik, sehingga pengelolaan terhadap dana investor akan terkelola dengan baik yang akhirnya perusahaan akan
memperoleh profitabilitas yang maksimal.
5.5.4 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap profitabilitas perusahaan
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional X3 berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari 2009 bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
yang diukur dengan ROA, NPM, BOPO dan ROE. Dan penelitian yang dilakukan oleh Kesuma 2005 bahwa Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting 2013 dimana variabel kepemilikan
institusional berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional dalam perkebunan belum memberikan dampak
yang signifikan terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan kemungkinan disebabkan oleh persentase kepemilikan institusional banyak yang persentasenya
hampir sama dengan kepemilikan publik, sehingga tekanan kepada perusahaan untuk menerapkan Good Corporate Governance masih kurang. Selain itu dalam
kepemilikan institusional kemungkinan adanya kepentingan pihak lain dalam pembelian saham, sehingga perusahaan perlu memperhatikan tujuan dan latar
belakang membeli saham perusahaan.
5.5.5 Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan
Hasil analisis regresi terhadap variabel kepemilikan manajerial X4 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibarani 2010 bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Kemungkinan faktor yang mendukung hipotesis penelitian ini tidak
didukung adalah minimnya jumlah saham yang dimiliki oleh dewan direksi, dewan komisaris maupun manajer perusahaan. Kepemilikan saham manajerial
belum dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, karena rendahnya proporsi kepemilikan saham manajerial sehingga
kinerja perusahaan kurang baik. Pada perusahaan dengan kepemilikan oleh manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan
Universitas Sumatera Utara
kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai investor. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang bukan
pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Dari beberapa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
terdapat 3 perusahaan yang memiliki persentase saham manajer yaitu PT. BW Plantation, Tbk., PT. Jaya Agro Wattie, Tbk dan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk.
Perusahaan tersebut hampir semuanya memiliki persentase kepemilikan saham manajarial yang sangat kecil sehingga belum dapat membantu penyatuan
kepentingan antara pemegang saham dengan manajer Laporan tahunan PT. BW Plantation, Tbk., PT. Jaya Agro Wattie, Tbk dan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk.,
2013. Sedangkan sisanya sebanyak 4 perusahaan yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk., PT. Sampoerna Agro, Tbk., PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk., dan PT. Sinar
Mas Agro Tesources, Tbk sama sekali tidak memiliki persentase kepemilikan saham manajerial Laporan tahunan PT. Astra Agro Lestari, Tbk., PT. Sampoerna
Agro, Tbk., PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk dan PT. Sinar Mas Agro Tesources, Tbk., 2013.
5.5.6 Pengaruh komisaris independen terhadap profitabilitas perusahaan
Hasil analisis regresi terhadap variabel komisaris independen X5 menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibarani 2010 bahwa komposisi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Fungsi komisaris independen untuk memberikan penilaian independen
yang dapat menjadi pertimbangan dewan direksi dalam pengambilan keputusan
Universitas Sumatera Utara
agar tidak terjadi konflik antara pemegang saham dan manajemen dalam perusahaan perkebunan belum diimplementasikan dengan baik. Selain itu,
komisaris independen kemungkinan dalam pemilihannya belum transparan dan independen. Ada kemungkinan komisaris independen masih memiliki hubungan
afiliasi dengan perusahaan bahkan memiliki jabatan pada perusahaan lain, sehingga dalam menjalankan tugasnya komisaris independen tidak bisa bertindak
secara maksimal, objektif dan independen sesuai dengan prinsip-prinsip GCG transparency, accountability, responsibility, fairness.
Hal ini terlihat posisi komisaris independen dari beberapa perusahaan yang menjadi sampel memiliki jabatan di perusahaan lain. Pada PT. Astra Agro Lestari,
Tbk semua komisaris independen memiliki jabatan pada perusahaan lain. Diantaranya memiliki jabatan direktur Ephindo Energy Pte Ltd., perusahaan gas
lapisan batubara pertama di Indonesia, menjabat sebagai komisaris independen PT. United Tractors, Tbk dan PT. Samudera Indonesia, Tbk., anggota Majelis
Wali Amanah Universitas Indonesia dan Penasehat Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Selain itu ada juga yang menjabat sebagai anggota Majelis Wali
Amanat ITB Institut Teknologi Bandung, sebagai anggota dari the-Washington- based International Policy Council on Agriculture Food and Trade yang berbasis
di Washington Laporan tahunan PT. Astra Agro Lestari, Tbk., 2013. PT. Sampoerna Agro, Tbk memiliki 1 dari 2 orang komisaris independen
yang memiliki jabatan pada perusahaan group Sampoerna yaitu menjabat sebagai komisaris independen pada PT. HM Sampoerna, Tbk Laporan tahunan PT.
Sampoerna Agro, Tbk., 2013. Pada PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk 1 orang komisaris independen memiliki jabatan jabatan yang berbeda-beda pada beberapa
Universitas Sumatera Utara
perusahaan seperti menjabat ketua komite audit perusahaan, senior advisor di PT. Anugrah Capital dan komisaris independen PT. Harum Energy, Tbk Laporan
tahunan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk., 2013. PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk dari 5 jumlah komisaris independen
terdapat 2 orang yang memiliki jabatan di perusahaan lain. Beberapa jabatan tersebut antara lain menjabat sebagai sebagai Komisaris PT. Indosat, Tbk dan PT.
Visi Media Asia, Tbk, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia KADIN, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia APINDO, Ketua Umum
Federasi Asosiasi-asosiasi Industri Berbasis Elektronika dan Telematika F.GABEL, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia METI, dan
Anggota Majelis Wali Amanat Millenium Challenge Account Indonesia MCA- Indonesia anggota Komite Inovasi Nasional oleh Presiden Republik Indonesia,
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu juga ada yang menjabat sebagai komisaris independen dan ketua komite audit PT. Duta Pertiwi, Tbk dan PT.
Bumi Serpong Damai, Tbk., pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di tingkat sarjana dan pasca sarjana Laporan tahunan PT. Sinar Mas
Agro Resources, Tbk., 2013. Pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk terdapat 1 orang komisaris independen yang memiliki jabatan pada perusahaan lain yaitu
Komisaris pada PT. Villa Ayu, Direktur PT. Sunset Studio One Laporan tahunan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk., 2013.
5.5.7 Pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan
dengan komisaris independen sebagai variabel moderating
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji residual menunjukkan bahwa interaksi antara dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan dimoderasi oleh komisaris independen menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Variabel
komisaris independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bukan merupakan variabel moderating. Hal ini berarti komisaris independen bukan
merupakan variabel moderating, sehingga tidak dapat memperkuat hubungan antara dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial terhadap profitabilitas perusahaan. Jumlah dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan oleh institusional
dan kepemilikan oleh manajerial yang ada dalam perusahaan belum sepenuhnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena komisaris independen masih memiliki hubungan afiliasi hubungan kekerabatan dengan dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan. Komisaris
independen tidak dapat menjalankan fungsinya untuk menjamin akuntabilitas setiap organ perusahaan dan mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif.
Sehingga dalam menjalankan tugasnya komisaris independen tidak bisa bertindak secara objektif dan independen.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, uji hipotesis penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan secara simultan dewan direksi, dewan
komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Secara parsial variabel independen menunjukkan dewan direksi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Temuan ini bertolak belakang dengan penelitian Nurulita 2013 dimana ukuran dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas ROE
perusahaan. Dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yonnedi Sari 2009 yang mengemukakan dewan komisaris tidak pengaruh signifikan terhadap ROE perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Nurulita 2013 dimana ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas ROE perusahaan. Kepemilikan Institusional
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kemalasari 2009 bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, NPM, BOPO dan ROE. Penelitian Kesuma 2005 juga menemukan bahwa
Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan ROA. Penelitian ini bertentangan dengan Ginting 2013 dimana variabel kepemilikan
institusional berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sibarani 2010 bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibarani 2010 bahwa komposisi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Variabel komisaris independen bukan sebagai variabel moderating yang
memperkuat hubungan antara dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas perusahaan
perkebunan yang ada di Indonesia.
6.2 Keterbatasan Penelitian