0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen bukan merupakan variabel moderating. Hal ini berarti komisaris independen tidak dapat memperkuat
hubungan  antara  dewan  direksi  X1,  dewan  komisaris  X2,  kepemilikan institusional  X3  dan  kepemilikan  manajerial  X4  terhadap  profitabilitas
perusahaan Y.
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian 5.5.1  Pengaruh dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan institusional,
kepemilikan  manajerial  dan  komisaris  independen  terhadap profitabilitas perusahaan
Hasil pengujian hipotesis uji F dapat disimpulkan bahwa variabel dewan direksi X1, dewan komisaris X2, kepemilikan institusional X3 kepemilikan
manajerial  X4,  dan  komisaris  independen  secara  simultan  berpengaruh  positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan Y.
Faktor  yang mendukung hipotesis  penelitian ini diterima adalah GCG di perusahaan perkebunan di Indonesia telah diimplementasikan dengan baik. Dalam
penerapan  GCG  di  lingkungan  perusahaan  perkebunan  di  Indonesia  telah mengikuti  peraturan  yang  ditetapkan  oleh  BAPEPAM  Badan  Pengawas  Pasar
Modal,  peraturan  Menteri  Negara  Badan  Usaha  Milik  Negara  No.  PER- 001MBU2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan
Usaha  Milik  Negara,  dan  Undang-Undang  RI  No.  40  Tahun  2007  Tentang Perseroan Terbatas.
5.5.2 Pengaruh dewan direksi terhadap profitabilitas perusahaan
Hasil  regresi  menunjukkan  bahwa  variabel  dewan  direksi  X1 berpengaruh  negatif  dan  tidak  signifikan  terhadap  variabel  profitabilitas
Universitas Sumatera Utara
perusahaan.  Dengan  demikian  hipotesis  yang  menyatakan  bahwa  dewan  direksi berpengaruh  terhadap  profitabilitas  perusahaan  ditolak.  Penelitian  ini  bertolak
belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurulita 2013 dimana ukuran dewan  direksi  berpengaruh  negatif  signifikan  terhadap  profitabilitas  ROE
perusahaan BUMN di Indonesia. Kemungkinan  faktor  yang  mendukung  hipotesis  penelitian  ini  tidak
didukung  adalah  keberadaan  dewan  direksi  dalam  perusahaan  perkebunan  yang tidak menyadari  akan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengurus perseroan,
sehingga  menyebabkan  perusahaan  tidak  beroperasi  sesuai  dengan  yang diharapkan.
Selain itu kompetensi dan integritas dewan direksi yang ada di perusahaan kemungkinan  masih  lemah  yang  dikarenakan  pengangkatan  dewan  direksi
diberikan  sebagai  rasa  penghargaan  semata  maupun  berdasarkan  hubungan keluarga  atau  kenalan  dekat.  Dalam  hal  ini  kemungkinan  dewan  direksi
perusahaan memiliki posisi atau jabatan dalam perusahaan atau instansi yang lain. Seringkali  mantan  pejabat  pemerintah  ataupun  yang  masih  aktif,  biasanya
diangkat sebagai direksi suatu perusahaan dengan tujuan agar mempunyai akses ke perusahaan ataupun instansi pemerintah.
Dalam  penelitian  ini  ada  beberapa  perusahaan  yang  direksinya  memiliki jabatan lain baik di dalam perusahaan itu sendiri maupun di perusahaan lain. Pada
PT. Astra Agro Lestari, Tbk dari 6 orang jumlah dewan direksi terdapat 1 orang direksi yang memiliki jabatan di perusahaan lain yaitu sebagai direktur pada PT.
Astra  International, Tbk Laporan tahunan PT.  Astra Agro  Lestari, Tbk., 2013. Sedangkan  pada  PT.  BW  Plantation,  Tbk  dari  jumlah  total  dewan  direksi
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 5 orang terdapat 2 orang direksi  yang  memiliki  jabatan di  perusahaan lain yaitu menjabat sebagai direktur di PT. Adhyaksa Dharmasatya, PT. Gaharu
dan PT. Investindo Laporan tahunan PT. BW Plantation, Tbk., 2013. PT.  Jaya  Agro  Wattie,  Tbk  memiliki  dewan  direksi  sebanyak  6  orang
dimana  1  orang  direksi  memiliki  jawabatan  sebagai  anggota  komite  audit  pada PT.  Fajar  Surya  Wisesa,  Tbk  Laporan    tahunan  PT.  Jaya  Agro  Wattie,  Tbk.,
2013.  Adapun  pada  PT.  Sampoerna  Agro,  Tbk  dari  6  orang  jumlah  direksi terdapat 1 orang direksi yang menjabat sebagai direktur PT. Binasawit Makmur.
Laporan  tahunan PT. Sampoerna Agro, Tbk., 2013. Sedangkan pada PT. Salim Ivomas  Pratama,  Tbk  dari  7  dewan  direksi  semuanya  memiliki  jabatan  di
perusahaan  lain  seperti  di  PT.  Indo  Agri,  PT.  PP  London  Sumatera  Indonesia, Tbk,  PT.  Laju  Perdana  Indah,  PT.  Indofood  Fritolay  Makmur,  PT.  Nestlé
Indofood  Citarasa  Indonesia,  Tbk  dan  menjabat  direktur  utama  beberapa  anak perusahaan perseroan Laporan  tahunan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk., 2013.
PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk dari 6 orang dewan direksi 3 dewan direksi  yang  memiliki  jabatan  pada  perusahaan  lain  seperti  menjabat  komisaris
PT. Purimas Sasmita, dan pemegang saham perseroan Laporan tahunan PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk., 2013. Sedangkan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk dari
5  dewan  direksi  terdapat  1  orang  yang  menjabat  sebagai  komisaris  PT.  Budi Starch  Sweetener, Tbk dan 1 orang menjabat sebagai direktur PT. Budi Starch
Sweetener, Tbk Laporan tahunan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk., 2013.
5.5.3 Pengaruh dewan komisaris terhadap profitabilitas perusahaan