Stasiun 3 Sungai Parbotikan Analisis Laboratorium Analisis Lambung dan Usus

c. Stasiun 3 Sungai Parbotikan

Stasiun 3 merupakan titik pertemuan antara aliran sungai Aek Pahu Tombak dan sungai Aek Pahu Hutamosu, stasiun ini berada pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut dengan kedalaman rata-rata sekitar 63,3 cm dan lebar sungai sekitar 12,8 m. Substrat pada stsiun ini berupa batu besar, batu kecil dan lumpur berpasir. Sepanjang badan sungai ditutupi dengan vegetasi berupa pohon, bambu, pakis dan tanaman herba lainnya Gambar 3.3. Secara geografis stasiun ini terletak pada 1 29’47,3” LU 99 02’38,9” BT. Gambar 3.3. Foto Lokasi Stasiun 3 Foto : Toberni, 2013. 3.4 Pengambilan Sampel 3.4.1 Pengambilan Sampel Ikan Sampel ikan diambil dengan menggunakan elektrofising dengan kapasitas 12 volt. Pengambilan ikan dilakukan selama 60 menit pada setiap stasiun, ikan yang didapat difoto kemudian dimasukkan ke dalam toples lalu diberi formalin 10. Sampel dibawa kelaboratorium Lembaga Penelitian dan Pusat Studi Lingkungan USU, diukur panjang total ikan, berat tubuh, dan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Kottelat et al., 1993; Fischer Whitehead 1974. Ikan dibedah dan diambil saluran pencernaannya lambung dan usus. Lambung dan usus dimasukkan kedalam botol yang berisi formalin 4 sebagai pengawet untuk keperluan analisis isi lambung. Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Makanan Alami Plankton

Sampel air dari permukaan diambil dengan menggunakan ember kapasitas 5 liter sebanyak 25 liter, kemudian dituang ke dalam plankton net jaring plankton. Sampel plankton yang terjaring akan terkumpul dalam bucket, selanjutnya dituang ke dalam botol film dan diawetkan dengan menggunakan lugol sebanyak 5 tetes dan diberi label. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Lembaga Penelitian dan Pusat Studi Lingkungan USU. Sampel diamati dengan menggunakan mikroskop dan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Edmondson 1963, Bold dan Wyne 1985, Streble dan Krauter 1988 dan Pennak 1989.

3.5 Analisis Laboratorium Analisis Lambung dan Usus

Ikan dibedah dengan menggunakan gunting bedah, dimulai dari anus menuju bagian dorsal di bawah line lateralis dan menyusuri garis tersebut sampai ke bagian belakang operculum kemudian ke arah ventral hingga ke dasar perut. Saluran pencernaan dipisahkan dari organ dalam lainnya kemudian diukur panjangnya, lalu dimasukkan ke dalam botol film untuk kemudian diawetkan dengan larutan formalin 4. Sedangkan isi lambung ikan akan diencerkan dengan aquades dan kemudian diamati di bawah mikroskop. Metode yang akan digunakan untuk menganalisis isi lambung ini mengacu kepada Effendie 1979, yaitu Metode Volumetrik. Dimana volume lambung dan usus ikan diambil, kemudian lambung dan usus yang berisi makanan diukur volumenya dengan menggunakan gelas ukur yang berisi air. Setelah itu isi lambung dan usus ikan dikeluarkan. Lambung yang kosong diukur lagi volumenya. Volume isi lambung dan usus ikan diukur dengan cara volume lambung dan usus ikan yang berisi makanan dikurangi dengan volume lambung dan usus ikan yang kosong. Sedangkan isi lambung ikan dipilah-pilah berdasarkan jenisnya di bawah dissecting microscope dan kemudian masing masing jenis isi lambung dan usus diukur Universitas Sumatera Utara volumenya. Selanjutnya persentase dari tiap jenis isi lambung tersebut dihitung dengan cara volume setiap jenis isi lambung dibagi dengan volume total isi lambung. Jenis makanan ikan sampel diketahui dengan pengamatan secara langsung terhadap saluran pencernaan, menggunakan mikroskop dengan pembesaran 20x dan identifikasi. Sampel isi lambung dan usus dihomogenkan sampai merata terlebih dahulu, kemudian diambil 1 tetes lalu diletakkan diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass. Sa mpel diamati dengan mikroskop sebanyak 30 kali lapang pandang dan setiap sampel diulang 5 kali. Pakan ala mi diidentifikasi menggunakan buku Edmondson 1959, Yamaji 1976, Bold dan Wyne 1985, Streble dan Krauter 1988 dan Pennak 1989.

3.6 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan