nilai b lebih besar atau lebih kecil dari 3 berarti pertumbuhan ikan bersifat allometrik atau kurang baik karena pertumbuhan berat dan panjang tidak sebanding, artinya
kondisi ikan kurang baik. Jika b 3, maka allometrik positif, pertumbuhan berat lebih cepat dibanding pertumbuhan
panjang sehingga ikan tampak tidak normal karena terlalu gemuk. Jika b 3, maka allometrik negatif, pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding pertumbuhan
berat sehingga ikan tampak kurus atau tidak normal karena terlihat terlalu panjang.
d. Indeks Pilihan Makanan
Preferensi tiap organisme atau jenis plankton yang terdapat dalam alat pencernaan ikan ditentukan berdasarkan Indeks Pilihan index of electivity dalam Effendie 1997 sebagai
berikut: E
i
i i
i i
p p
+ −
r r
= Keterangan :
E = indeks pilihan ri = jumlah relatif jenis-jenis organisme yang dimakan
pi = jumlah relatif jenis organisme di perairan Indeks pilihan merupakan perbandingan antara organisme pakan ikan yang terdapat
dalam lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam perairan. Nilai indeks pilihan E berkisar antara +1 sampai –1.
0E1 berarti pakan digemari
–1E0 berarti pakan tersebut tidak digemari oleh ikan
E = 0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan terhadap pakannya.
Universitas Sumatera Utara
e. Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka- angka berdasarkan pada data panjang dan bobot. Faktor kondisi dihitung menggunakan rumus
umum yang dikemukakan oleh Effendie 1997 :
FK = Keterangan :
FK : faktor kondisi yang diamati berdasarkan panjang total
W : Bobot tubuh ikan gram
L : Panjang total tubuh ikan mm
a dan b konstanta
f. Analisis Korelasi antara Faktor Fisik Kimia dengan Indeks Preponderance
Analisis korelasi Pearson dilakukan terhadap jenis makan ikan berdasarkan nilai Indeks Propenderance IP yang tertinggi di seluruh stasiun penelitian. Analisis korelasi
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor fisik kimia dengan jenis makanan ikan, maka dilakukan dengan analisis korelasi Pearson SPSS ver. 20.00.
b
aL W
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis Makanan Ikan Keperas Puntius binotatus
4.1.1 Jenis Makanan Ikan Puntius binotatus Secara Umum
Analisis jenis makanan yang terdapat pada lambung dan usus ikan dilakukan terhadap 55 ekor ikan keperas yang terdapat di seluruh stasiun penelitian. Analisis jenis
makanan ikan dapat digambarkan berdasarkan perhitungan terhadap nilai Indeks Preponderance IP ikan tersebut Tabel 4.1. Analisis yang dilakukan terhadap semua
ikan keperas, tidak ada ditemukan usus ikan keperas yang kosong. Tabel
4.1. Nilai Indeks Preponderance IP Ikan Keperas P. binotatus Secara Umum
NO Organisme Makanan
Indek Preponderance Fitoplankton
1 Bacillariophyceae
55,5136 2
Chlorophyceae 23,8476
3 Cyanophyceae
3,1910
Zooplankton
4 Ciliophora
5,3760 5
Monogononta 6,9744
6 Detritus
5,0974
Perhitungan terhadap nilai Indeks Preponderance IP, ikan keperas di sungai Aek Pahu Tombak, Aek Pahu Hutamosu dan sungai Parbotikan secara umum banyak
memakan plankton dari kelompok Bacillariophyceae diikuti dengan Chlorophyceae Monogononta, Ciliophora, selain itu juga ditemukan potongan serangga dan beberapa
organisme yang telah tercerna sebagian dan dimasukkan kedalam kelompok detritus Kelompok organisme yang paling sedikit ditemukan adalah kelompok Cyanophyceae
dengan nilai IP 3.19 Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Tingginya nilai Bacillariophyceae disebabkan karena hasil pengamatan terhadap jenis plankton yang terdapat di alam menunjukkan bahwa jenis organisme
Bacillariophyceae merupakan organisme yang dominan ditemukan di seluruh lokasi tersebut, sehingga hal ini mengakibatkan ikan keperas lebih banyak mengonsumsi
jenis organisme tersebut. Menurut Hariyadi 1983, Bacillariophyceae merupakan kelompok plankton yang disukai oleh ikan-ikan mujair, nila, dan ikan mas. Basmi
1999 menyatakan bahwa Bacillariophyceae bereproduksi secara seksual dan aseksual, sehingga lebih cepat dalam memperbanyak diri dan mengakibatkan
jumlahnya sangat berlimpah di perairan, selain itu ukurannya yang kecil bisa masuk kedalam mulut ikan yang berukuran kecil, oleh karena itu Bacillariophyceae
cenderung dipilih ikan sebagai makanannya.
Menurut kriteria yang dikemukakan Nikolsky 1963, makanan ikan yang memiliki nilai IP 40, maka organisme tersebut sebagai makanan utama. Jika nilai
IP 4 – 40 maka organisme tersebut sebagai makanan pelengkap. Jika nilai IP 4 maka organisme tersebut sebagai makanan tambahan. Berdasarkan kriteria tersebut,
maka Bacillariophyceae adalah makanan utama bagi ikan keperas, Chlorophyceae, Monogononta, Ciliophora dan detritus sebagai makanan pelengkap, sedangkan
sebagai makanan tambahan adalah dari jenis Cyanophyceae.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan keperas memiliki usus yang lebih panjang dibandingkan dengan panjang tubuh Lampiran 2. Hal ini didukung oleh
pernyataan Huet 1971, bahwa ikan yang memiliki struktur anatomis panjang usus lebih panjang dibanding panjang tubuh adalah jenis ikan omnivora. Hal ini juga
ditunjukkan dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap usus ikan keperas, bahwa jenis organisme makanan yang ditemukan di dalam usus terdiri dari fitoplankton,
zooplankton dan detritus berupa potongan kaki serangga. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ikan keperas merupakan jenis ikan omnivora. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Effendie 1997, bahwa ikan keperas tergolong ikan euryfagus, yaitu ikan yang jenis makanannya bermacam-macam atau campuran. Menurut
Welcomme 2001, jenis makanan yang akan dimakan oleh ikan tergantung
Universitas Sumatera Utara
ketersediaan jenis makanan di alam, dan juga adaptasi fisiologis ikan tersebut misalnya panjang usus, sifat dan kondisi fisiologis pencernaan, bentuk gigi dan
tulang faringeal, bentuk tubuh dan tingkah lakunya.
4.1.2 Jenis Makanan Ikan Keperas Puntius binotatus Berdasarkan Jenis
Kelamin
Analisis jenis makanan ikan dilakukan terhadap 31 ekor ikan betina, dan 24 ekor ikan jantan di seluruh stasiun penelitian Tabel 4.2. Pada masing-masing stasiun penelitian
ditemukan 6 kelompok organisme di dalam usus ikan, baik jantan maupun betina. Dari 6 kelompok organisme yang ditemukan pada usus ikan betina dan jantan, kelompok
organisme terbanyak adalah Bacillariophyceae 59,05 dan 50,57. Kelompok organisme yang ditemukan pada usus ikan jantan, Chlorophyceae, Ciliaphora,
Monogononta dan detritus lebih banyak ditemukan dibanding dengan ikan betina. Jenis makanan yang ditemukan pada ikan jantan juga ditemukan pada ikan betina. Hal
ini menunjukkan bahwa variasi makanan ikan betina relatif tidak berbeda dengan variasi makanan ikan jantan. Tingginya nilai Bacillariophyceae disebabkan karena
pakan alami plankton yang terdapat di alam di dominasi dengan jenis organisme Bacillariophyceae, ketersedian pakan alami menyebabkan ikan keperas lebih memilih
jenis Bacillariophyceae sebagai makanan utama. Haryadi 1983, mengatakan bahwa kesamaan komposisi makanan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, jenis kelamin,
kondisi perairan, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan makanan.
Tabel 4.2. Nilai Indeks Preponderance IP ikan keperas P. binotatus
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Organisme
Indeks Preponderance Betina
Jantan Fitoplankton
1 Bacillariophyceae
59,0501 50,5687
2 Chlorophyceae
23,1337 24,8458
3 Cyanophyceae
3,0727 3,3565
Zooplankton
4 Ciliophora
5,0030 5,8976
5 Monogononta
5,5437 8,9748
6 Detritus
4,1968 6,3566
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik beberapa organisme makanan ikan keperas menurut Basmi 1999 adalah sebagai berikut:
Bacillariophyceae
Sel terdiri dari 2 bagian yang satu menutupi yang lain, memiliki hiasan yang halus dan bagus. Dijumpai melimpah baik di laut maupun di perairan tawar. Dinding sel
terdiri dari silikon silikat. Umumnya kromatofora berwarna coklat keemasan, klorofil ditutupi oleh pigmen berwarna coklat. Pada umumnya uniseluler soliter,
namun pada beberapa spesies ada yang hidup berkoloni koloni sederhanan dan saling bergandengan satu sama lain dengan sarung lendir. Makanan cadangan adalah
leukosin sejenis karbohidrat dan minyak lemak yang warnanya agak kekuningan. Stadia generatif umumnya berflagella yang tidak sama panjang. Habitatnya sangat
luas dan bersifat kosmopolitan. Algae ini mampu hidup di sumber air panas hingga 60
C, bahkan hidup teresterial. Reproduksi dapat secara seksual dan aseksual.
Chlorophyceae Algae hijau
Tubuh dapat uniseluler, koloni atau filamen; planktonis, berenang, menempel atau menetap; sel berisi plastida-plastida butir-butir pigmen yang berada didalam
kloroplast yang umumnya pigmen klorofil dominan berwarna hijau rumput dan umumnya bercahaya; makanan cadangan adalah tepung yang terdapat di dalam
pyrenoid; dinding sel ada dan sangat jelas terbuat dari bahan selulosa dan pektosa.
Cyanophyceae Algae biru
Tubuh uniseluler, koloni berbentuk filamen dengan cabang-cabang palsu atau tidak bercabang; tidak memiliki kloroplas; makanan cadangan diperkirakan adalah glikogen
dan sejenis tepung floridean; dinding sel tipis membran yang terbungkus lagi oleh material berlendir matriks yang terletak di luar dinding sel; sering mengandung
vakuola-vakuola palsu pseudovacuola yang membiaskan sinar, sehingga menjadikan sel-sel berwarna-warni.
Universitas Sumatera Utara
Coliophora
Ciliophora merupakan protista bersel satu yang permukaan tubuhnya ditumbuhi rambut getar. Ciliophora merupakan hewan yang bergerak dengan menggunakan alat
bantu rambut getar silia yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ciliophora hidup bebas dilingkungan berair, baik air tawar maupun air laut.
Ciliophora dapat hidup secara baik parasit maupun simbiosis.
Monogononta Cladocera
Panjang 0,2-0,3 mm, segmen tidak jelas, pada umumnya bagian tubuh toraks dan abdomen tertutup oleh sebuah kulit luar atau karapas yang tampak seperti dua tutup
bivalve, namun sebenarnya adalah selembar kulit yang melipat dan terbuka secara ventral terbuka kearah perut. Biasanya terdapat sebuah duri kecil spinula pada
ujung bagian belakang tubuhnya. Spesies-spesies yang limnetik hidup di danau dan air tawar biasanya berwarna cerah dan tembus cahaya, sementara spesies-spesies
yang hidup di kolam, litoral, dan di dasar perairan biasanya berwarna lebih gelap, berkisar mulai dari coklat kekuningan cerah sampai coklat kemerahan, keabu-abuan,
atau gelap sekali.
4.1.3 Jenis Makanan Ikan Puntius binotatus Jantan dan Betina Berdasarkan
Stasiun Penelitian
Jenis organisme yang ditemukan di dalam usus ikan pada masing-masing stasiun tidak berbeda Tabel 4.3. Pada stasiun 1, 2 dan 3 yang ditemukan didalam usus ikan
keperas betina adalah kelompok organisme jenis Bacillariophyceae 66,93 diikuti dengan Chlorophyceae, Monogononta, Ciliophora, Cyanophyceae dan detritus. Pada
kelompok ikan jantan di stasiun 1 ditemukan organisme yang dominan adalah dari jenis Chlorophyceae 41,90, diikuti dengan Bacillariophyceae, Ciliophora,
Detritus, Monogononta, dan terendah Cyanophyceae, sementara stasiun 2 dan 3 di dominasi oleh kelompok organisme Bacillariophyceae 56,46, diikuti dengan
Chlorophyceae, Monogononta, Ciliophora, Detritus dan Cyanophyceae. Perbedaan variasi makanan disebabkan oleh faktor pakan alami yang tersedian di alam, dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa jenis Bacillariophyceae merupakan kelompok yang
Universitas Sumatera Utara
dominan ditemukan di alam, sementara jenis Cyanophyceae merupakan kelompok yang lebih sedikit di temukan di alam. Variasi komposisi organisme makanan
tergantung pada kondisi perairan disetiap stasiun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie 1997 yang menyatakan bahwa adanya makanan dalam perairan selain
terpengaruh oleh kondisi biotik, ditentukan pula oleh kondisi abiotik lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.
Makanan merupakan faktor penentu bagi jumlah populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan Lagler, 1961. Effendie 2002, mengatakan bahwa
makanan merupakan salah satu faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kelimpahan makanan di dalam suatu perairan selalu berfluktuasi dan hal ini
disebabkan oleh daur hidup, iklim dan kondisi lingkungan. Menurut Lagler et al., 1977, pengetahuan mengenai makanan suatu jenis ikan dapat digunakan untuk
mengetahui kedudukan ikan tersebut, sebagai predator atau kompetitor, serta makanan utama dan makanan tambahan ikan tersebut.
Tabel 4.3 Nilai Indeks Preponderance IP ikan keperas P. binotatus Betina
dan Jantan Berdasarkan Stasiun Penelitian
No Jenis Organisme
Makanan
Indeks Preponderance Betina
Jantan St 1
St 2 St 3
St 1 St 2
St 3 Fitoplankton
1 Bacillariophyceae
62,6962 66,9346
57,7961 33,0584
56,4623 49,5299 2
Chlorophyceae 29,4594
21,4042 22,9350
41,9041 25,5985 26,7492
3 Cyanophyceae
2,6491 0,4081
3,0650 4,5520
2,0413 2,7623
Zooplankton
4 Ciliophora
1,2950 5,5154
6,2195 7,5866
4,7455 5,9770
5 Monogononta
2,8586 2,7565
8,6211 5,4560
8,6752 11,8483 6
Detritus 1,0416
2,9811 1,3634
7,4429 2,4772
3,1332 Keterangan : St = Stasiun
Keseluruhan dari 6 kelompok organisme makanan terdapat di setiap stasiun dan di setiap ikan baik jantan maupun betina. Namun tingkat kesukaan terhadap
makanan itu berbeda-beda. Hal ini membuktikan bahwa ikan cenderung mencari makan pada daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukainya
Nikolsky, 1963. Perbedaan strategi makanan ditentukan kebiasaan dalam
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan dan memilih makanan dan ketersediaan makanan di perairan Hinz et al., 2005, jenis kelamin dan perbedaan tingkat aktivitas Garcia Geraldi, 2005.
Tabel 4.4. Nilai Indeks Preponderance IP ikan keperas P. binotatus Seluruh
Stasiun Penelitian
No Jenis Organisme
Makanan Indeks Preponderance
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Fitoplankton
1 Bacillariophyceae
56,1185 58,1351
52,8633 2
Chlorophyceae 26,9475
22,2894 23,3692
3 Cyanophyceae
3,5150 2,4085
3,6826
Zooplankton
4 Ciliophora
4,0307 5,3531
6,1947 5
Monogononta 4,2089
6,0902 9,3889
6 Detritus
5,1796 5,7236
4,5013
Secara umum dapat dilihat bahwa jenis makanan ikan keperas pada setiap stasiun tidak berbeda jauh yaitu terdiri dari kelompok organisme Bacillariophyceae,
Chlorophyceae, Monogononta, Detritus, Ciliophora, dan Cyanophyceae Tabel 4.4. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan utama bagi ikan
keperas adalah organisme kelompok Bacillariophyceae, dan sebagai makanan pelengkap adalah Chlorophyceae, Monogononta, Detritus, Ciliophora, dan makanan
tambahan adalah dari jenis Cyanophyceae. Hal ini sesuai dengan pakan alami yang terdapat di alam, bahwa organisme jenis Bacillariophyceae merupakan jenis yang
dominan terdapat di alam, sementara jenis yang lebih sedikit ditemukan adalah organisme jenis Cyanophyceae. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie, 1997
bahwa suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanannya, ikan tersebut dapat bertahan hidup jika terdapat jenis
makanan yang disukainya. Jenis-jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya bergantung pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran, umur,
musim serta habitat hidupnya. Menurut Nykolsky 1963, ikan cenderung mencari makan pada daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukainya.
Dari hasil pengukuran faktor fisik kimia di setiap stasiun penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara stasiun penelitian tersebut. Hasil pengukuran
tersebut masih cocok untuk kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut, baik ikan maupun biota air lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Urutan kebiasaan makanan ikan terdiri atas: 1 makanan utama, yaitu makanan yang biasa dimakan dalam jumlah yang banyak; 2 makanan sekunder,
yaitu makanan yang biasa dimakan dan ditemukan dalam ususnya dalam jumlah yang lebih sedikit; 3 makanan insidental, yaitu makanan yang terdapat pada saluran
pencernaan dengan jumlah yang sangat sedikit; serta 4 makanan pengganti, yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia Nikolsky, 1963.
Menurut Roberts 1989, ikan keperas memakan zooplankton, larva serangga, dan akar beberapa jenis tanaman. Hasil penelitian Rahardjo 1987 di Rawa Bening
menjelaskan bahwa ikan ini sangat menyukai detritus, selain memakan phytoplankton dan zooplankton serta larva serangga.
4.2 Indeks Pilihan Ikan Keperas Puntius binotatus Terhadap Suatu Jenis
Makanan
Indeks pilihan merupakan perbandingan antara organisme pakan ikan yang terdapat dalam lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam perairan Tabel
4.5. Indeks pilihan ikan keperas terhadap suatu jenis makanan tertera pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.5. Jenis Organisme Makanan yang Terdapat di Alam dan di LambungUsus Ikan Keperas
Puntius binotatus
NO Jenis Organisme
Makanan
Terdapat di Alam indL
Terdapat di Lambung dan Usus Ikan St 1
St 2 St 3
St 1 St 2
St 3 B
J B
J B
J Fitoplankton
1 Bacillariophyceae
3150 1650
850 342
129 360
262 480
196 2
Chlorophyceae 2100
1400 1750
162 65
120 121
191 107
3 Cyanophyceae
150 300
20 9
10 15
33 15
Zooplankton
4 Ciliophora
50 300
100 19
15 35
28 51
27 5
Monogononta 350
350 150
22 14
18 44
73 47
TOTAL 5800
4000 2850
565 232
543 470
828 392
Keterangan : St = Stasiun
B = Betina J = Jantan
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengamatan terhadap organisme makanan yang terdapat di alam dengan organisme yang terdapat di lambung dan usus diperoleh bahwa organisme jenis
Bacillariophyceae adalah organisme yang ditemukan lebih dominan baik di alam maupun di lambung dan usus ikan keperas. Faktor yang menyebabkan organisme
Bacillariophyceae ditemukan melimpah selain karena bereproduksi secara seksual dan aseksual, di dukung juga oleh faktor fisik kimia lingkungan yang masaih mendukung
bagi kehidupan organisme tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ikan keperas lebih memilih organisme jenis Bacillariophyceae sebagai makanan utamanya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Effendie, 1997 bahwa suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanannya, ikan tersebut dapat
bertahan hidup jika terdapat jenis makanan yang disukainya. Jenis-jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya bergantung pada kesukaan terhadap jenis
makanan tertentu, ukuran, umur, musim serta habitat hidupnya. Menurut Welcomme 2001, jenis makanan yang akan dimakan oleh ikan tergantung ketersediaan jenis
makanan di alam, dan juga adaptasi fisiologis ikan tersebut misalnya panjang usus, sifat dan kondisi fisiologis pencernaan, bentuk gigi dan tulang faringeal, bentuk
tubuh dan tingkah lakunya. Tabel 4.6. Indeks Pilihan Ikan keperas
P. binotatus Terhadap Suatu Jenis Makanan
No. Jenis Organisme
Makanan Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Betina Jantan
Betina Jantan
Betina Jantan
Fitoplankton
1 Bacillariophyceae
-0,8041 -0,9213
-0,6418 -0,7259
-0,2782 -0,6252
2 Chlorophyceae
-0,8568 -0,9400
-0,8421 -0,8409
-0,8032 -0,8848
3 Cyanophyceae
-0,7647 -0,8868
-0,9355 -0,9048
1 1
Zooplankton
4 Ciliophora
-0,4493 -0,5385
-0,7910 -0,8293
-0,3245 -0,5748
5 Monogononta
-0,8817 -0,9231
-0,9022 -0,7766
-0,3453 -0,5228
Berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan Effendie 1997, bahwa nilai indeks pilihan makanan E berkisar antara +1 sampai -1, dimana nilai 0E1, berarti
pakan digemari, -1E0 pakan tersebut tidak digemari, dan nilai E = 0 berarti tidak ada seleksi ikan terhadap pakannya. Dari hasil perhitungan nilai indeks pilihan
makanan sesuai dengan kriteria diatas, maka pakan yang terdapat di stasiun 1 dan stasiun 2 tidak digemari oleh ikan keperas, sementara pada stasiun 3 pakan yang
Universitas Sumatera Utara
digemari oleh ikan keperas adalah organisme Cyanophyceae. Pada stasiun 3 organisme Cyanophyceae tidak ditemukan di alam, sementara ditemukan di usus ikan
keperas, hal ini dikarenakan oleh sifat ikan yang bergerak bebas dan tingkah laku ikan yang hidup diperairan berarus lebih aktif berenang, sehingga pergerakan ikan tersebut
lebih luas dalam mencari makanan. Menurut Effendie 1997, penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya sangat relatif. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
hubungan ini ialah penyebaran organisme makanan ikan, ketersediaan makanan, pilihan ikan terhadap makanannya serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi
perairan.
Ikan memakan makanan yang tersedia di sekitarnya ataupun mencerna makanan tersebut dengan baik. Faktor-faktor yang menentukan dimakan atau
tidaknya suatu jenis organisme makanan oleh ikan antara lain: 1 ukuran makanan, 2 ketersediaan makanan, 3 warna makanan, dan 4 selera ikan terhadap makanan.
Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu spesies ikan tergantung kepada kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan, serta suhu air,
juga kondisi umum dari spesies ikan tersebut Beckman, 1962.
4.3 Luas Relung Makanan Ikan Keperas Puntius binotatus