kematangan gonad, ketersediaan makanan dan tingkah laku ikan. Pada ikan betina hal ini dipengaruhi oleh indeks kematangan gonad. Faktor kondisi ini menunjukkan
keadaan ikan, baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk hidup dan reproduksi. Faktor kondisi dapat digunakan untuk mengindikasikan kecocokan terhadap lingkungan dan
musim Lagler et al., 1977. Perbedaan faktor kondisi ikan pada setiap stasiun diinterpretasikan sebagai indikasi dari berbagai sifat-sifat biologi dari ikan, seperti
kegemukan dan kesesuaian dari lingkungannya Manik, 2005. Nilai FK yang didapat menggambarkan bahwa kondisi ikan keperas Puntius binotatus betina dan jantan
termasuk dalam kategori kurang pipih, hal ini sesuai dengan hubungan panjang dan bobot ikan dengan pola pertumbuhan allometrik negatif.
Menurut Effendie 1979 bahwa besarnya faktor kondisi tergantung pada banyak hal antara lain jumlah organisme yang ada, kondisi organisme, ketersediaan
makanan, dan kondisi lingkungan perairan. Semakin tinggi nilai faktor kondisi menunjukkan adanya kecocokan antara ikan dengan lingkungannya. Semakin besar
nilai FK maka dapat dikatakan faktor kondisinya baik.
4.7 Faktor Fisik Kimia Lingkungan
Faktor abiotik merupakan faktor yang penting untuk diketahui nilainya karena sangat mempengaruhi faktor biotik lainnya di suatu perairan. Faktor abiotik yang diukur
meliputi faktor fisika-kimia lingkungan. Adapun hasil pengukuran faktor fisika-kimia lingkungan yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian, seperti pada Tabel 4.10
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Nilai Rata-Rata Parameter Lingkungan yang Diukur pada Masing- Masing Stasiun Penelitian
No. Parameter
Satuan Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
1 Suhu
26,250 C
20 25,567
2 pH
- 7,230
6,873 6,333
3 TDS
mgl 30
65 41,333
4 DO
mgl 7,233
6,933 7,4
5 BOD
mgl
5
1,03 1,17
1,43
a. Suhu Air
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa temperatur air pada ketiga stasiun penelitian berkisar 20 – 26,25°C, dengan temperatur tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar
26,25°C dan terendah pada stasiun 2. Rendahnya suhu pada stasiun 2 disebabakan adanya kanopi disepanjang badan sungai sehingga menutupi sinar matahari yang
masuk ke badan air. Suhu pada ketiga stasiun penelitian tersebut masih dapat mendukung bagi kehidupan ikan pada perairan tersebut.
Suhu suatu perairan sangat mempengaruhi keberadaan ikan. Suhu air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan ikan tidak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Suhu air yang cocok untuk pertumbuhan ikan di daerah tropis adalah berkisar antara 15 – 30
o
C dan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 5
C Cahyono, 2000. Menurut Sutisna dan Sutarman 1995, kisaran suhu yang baik bagi ikan adalah antara 25
C – 35 C. Kisaran suhu ini
umumnya berada di daerah tropis. Hasil pengukuran suhu pada ketiga stasiun pada dasarnya masih normal dan sesuai dengan baku mutu air dalam PP No.82 tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, yaitu Deviasi 3.
b. Total Dissolved Solid TDS
Dari pengukuran yang telah dilakukan, besarnya nilai padatan terlarut pada perairan berkisar antara 30 – 65, dimana padatan terlarut tertinggi berada di stasiun 2, dan
terendah di stasiun 1. Tingginya padatan terlarut pada stasiun 2 disebakan karena pada lokasi tersebut kondisi badan sungai sangat keruh dan kondisi sungai berarus kencang,
Universitas Sumatera Utara
hal ini mengakibatkan adanya senyawa organik dan anorganik yang yang terlarut dalam air. Menurut Kristanto 2002, jumlah padatan terlarut pada perairan
berpengaruh terhadap penetrasi cahaya. Semakin tinggi padatan terlarut berarti akan semakin menghambat penetrasi cahaya ke dalam perairan. Hal ini secara langsung
akan berakibat terhadap penurunan aktivitas dari fotosintesis oleh organisme berhijau daun yang terdapat pada perairan semisal hydrophita dan fitoplanktoan.
Menurut Rifai et al., 1983, cahaya merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan ikan. Cahaya dibutuhkan ikan untuk mengejar mangsa,
menghindarkan diri dari predator, membantu dalam penglihatan, proses metabolisme dan pematangan gonad. Secara tidak langsung peranan cahaya matahari bagi
kehidupan ikan adalah melalui rantai makanan. Selanjutnya Cahyono, 2000 mengatakan air yang terlalu keruh dapat menyebabkan ikan mengalami gangguan
pernapasan karena insangnya terganggu oleh kotoran. Selain itu dapat menurunkan atau melenyapkan selera makan karena daya penglihatan ikan terganggu. Berdasarkan
PP No. 82 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, nilai Total Dissolved Solid ini masih sesuai dengan standart baku mutu air yaitu 1000 ml.
c. pH Derajat Keasaman