53
Universitas Indonesia
8. Membedakan antara standar klinis dan standar penggunaan sumber,
memastikan bahwa pasien mendapatkan tingkat mutu asuhan yang secara minimal dapat diterima.
9. Mendukung secara aktif berpartisipasi dalam upaya penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur kriteria hasil pasien yang “sensitive-perawat”.
2.4.4.2 Fungsi Manajemen
1. Bersama personel lain dalam organisasi, membuat standar asuhan yang dapat
diukur dan mudah dipahami serta menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur jika standar itu telah terpenuhi.
2. Memilih dan menggunakan proses, kriteria hasil, audit struktur dengan tepat
sebagai alat kendali mutu. 3.
Mendapatkan akses ke sumber informasi yang tepat dalam mengumpulkan data untuk kendali mutu.
4. Menentukan ketidaksesuaian antara asuhan yang diberikan dengan standar
diunit dan mencari informasi lebih lanjut mengapa standar tersebut tidak terpenuhi.
5. Menggunakan temuan kendali mutu sebagai ukuran kinerja dan penghargaan
pekerja, membimbing, memberikan konseling, atau mendisiplinkan pegawai dengan tepat.
6. Mengikuti peraturan pemerintah, mengakreditasikan diri, dan melisensi
peraturan yang mempengaruhi kendali mutu.
2.4.5 Ciri Kepemimpinan Berwawasan Mutu
Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan penjaminan mutu ditentukan pula oleh ciri-ciri kepemimpinan yang dianut oleh seorang pemimpin.
Menurut Pusdiklat Kesehatan Depkes RI, 1999 dalam Bustami 2011 mengemukakan bahwa ciri-ciri kepemimpinan berwawasan mutu adalah sebagai
berikut: Sebagai contoh artinya seorang pemimpin dapat dijadikan contoh atau
model bagi stafnya, dalam perilaku kerja seorang pemimpin selalu mencerminkan
prinsip mutu. Memiliki kompetensi menyelesaikan masalah problem solving
artinya seorang pemimpin menguasai berbagai perangkat pemecahan masalah
Pengaruh penjaminan..., Iswati, FIK UI, 2012
54
Universitas Indonesia
dalam penjaminan mutu dan dapat menerapkannya dengan baik. Memiliki tujuan, maksudnya seorang pemimpin harus mempunyai tujuan yang jelas dan
tujuan tersebut ditetapkan secara bersama-sama dengan para anggota yang
dipimpinnya. Menjaga perasaan artinya seorang pemimpin selalu dapat menjaga
perasaan anggota yang dipimpinnya, ini dimaksudkan agar bawahan merasa senang dan mau melaksankaan tugas-tugas yang dilimpahkan kepadanya.
Toleran, seorang pemimpin harus toleran terhadap kegagalan, artinya seorang
pemimpin harus memahami bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk memperbaiki mutu belum tentu menghasilkan sesuatu yang diinginkan.
Profesional, seorang pemimpin harus profesional dan memahami tanggung jawab
utamanya yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi pelanggannya.
Kepemimpinan mutu menganut azas kepemimpianan transformasional, menurut Depkes
RI, 2001
dijelaskan beberapa
karakteristik kepemimpinan
transformasional. Ciri-ciri seorang pemimpin yaitu: Berperan sebagai
pembaharu, berani dan transparan, mempercayai dan memberdayakan anggota yang dipimpinnya, konsisten memegang nilai norma yang ada dan selalu
mengkomunikasikan nilai tersebut, mengembangkan organisasi yang selalu belajar learning organization, mempunyai visi yang didukung semua anggota
yang dipimpinnya, mempromosikan mutu pelayanan, tangguh strong driver dan selalu proaktif untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Pengaruh penjaminan..., Iswati, FIK UI, 2012
55
Universitas Indonesia
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori pengaruh penjaminan mutu keselamatan pasien terhadap tindakan keselamatan pasien di rumah sakit dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 2.1 Skema kerangka teori pengaruh penjaminan mutu keselamatan pasien oleh
kepala ruang terhadap tindakan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok Adaptasi dari Ardani 2003; Anugrahini
2010; Ching et al., 2009; Depkes RI, 2011; Hikmah 2008; KKP-RS, 2008; Marpaung 2005; Nilasari 2010; Pohan, 2007; Yahya, 2006.
Enam sasaran tindakan keselamatan pasien rumah sakit
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan
komunikasi yang
efektif 3.
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian
tepat lokasi,
tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan 6.
Pengurangan resiko pasien jatuh. Depkes, RI 2011
Faktor Pendorong 1.
Profesi
• Etika profesi
• Otonomi dan tanggung gugat
profesi •
Hubungan antar profesi •
Masalah moral 2.
Faktor ekonomi 3.
Faktor sosial politik •
Kesadaran masyarakat. •
Peraturan perundang- undangan.
• Akreditasi
• Tekanan internasional
Pohan 2007
Faktor yang Berpengaruh trehadap Pelaksanaan Keselamatan pasien
1. Internal
• Komunikasi
• Arus informasi yang tidak
jelas •
Sumber daya manusia •
Hal yang berhubungan dengan pasien
• Transfer pengetahuan di
rumah sakit •
Pola alur kerja
• Kegagalan teknis
•
Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
2. Eksternal
• Ekonomi.
• Peraturan dan kebijakan
departemen kesehatan
.
• Hubungan dengan
organisasi lain. Yahya, 2006; KKP-RS, 2008
Penjaminan mutu keselamatan pasien oleh kepala ruang
1. Pengukuran Mutu
•
Pembentukan kelompok
•
Penyusunan dan sosialisai standar
•
Pemilihan teknik Pengukuran
•
Membandingkan standar dengan kenyataan yang
dicapai 2.
Peningkatan Mutu
•
Penentuan sebab terjadinya kesenjangan antara
kenyataan dengan standar
•
Penyusunan rencana tindakan untuk mengatasi
kesenjangan yang ada.
•
Pelaksanaan kegiatan Pohan 2007
Faktor yang berhubungan
1. Usia
2. Jenis
kelamin 3.
Tingkat pendidikan
4. Struktur
Organisasi 5.
Lama kerja
6. Pelatihan
Ardani 2003; Anugrahini
2010; Ching et al., 2009;
Hikmah 2008; Marpaung
2005; Nilasari
2010
Keselamatan pasien
Pengaruh penjaminan..., Iswati, FIK UI, 2012