Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

21 Universitas Indonesia disepakati, dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda pada atau dekat daerah insisi. Menggunakan tanda yang tidak ambigu contoh; tanda “x” merupakan tanda yang ambigu. Daerah yang tidak dioperasi, tidak ditandai kecuali sangat diperlukan. Menggunakan penanda yang tidak mudah terhapus misalnya gentain violet. Sebelum dilaksanakan operasi menerapkan pengisian checklist keselamatan operasi untuk memastikam: Tepat pasien; Tepat prosedur; Tepat daerah lokasi operasi. Rumah sakit harus mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien. Elemen penilaian sasaran menurut Depkes RI, 2011 diantaranya rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan pembedahan. Kebijakan dan prosedur perlu dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi. Penelitian Nilasari, 2010 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang bermakna ketrampilan perawat dalam penandaan sisi tubuh yang benar sebelum dan sesudah pelatihan keselamatan pasien p= 0.00, α= 0.05.

2.1.6.5 Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi Pengaruh penjaminan..., Iswati, FIK UI, 2012 22 Universitas Indonesia pada aliran darah blood stream infections dan pneumonia yang sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis Depkes RI, 2011. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan hand hygiene yang tepat, bahkan mengingat pentingnya mencuci tangan maka mencuci tangan memakai sabun sedunia atau global handwashing day, diplokamirkan pada 15 Oktober 2008 serentak di 70 negara dan 5 benua. Pedoman hand hygiene dilakukan dengan enam langkah yang dijadikan standar oleh WHO, 2007 yaitu: Pada saat sebelum dan sesudah menyentuh pasien, sebelum dan sesudah tindakan aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien, sebelum dan setelah melakukan tindakan invasif, setelah menyentuh area sekitar pasien lingkungan, memakai alat pelindung diri APD yaitu alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari resiko pajanan darah, cairan tubuh ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala, kacamata pelindung, apron jas dan sepatu pelindung. Rekomendasi WHO, 2007 adalah mendorong implementasi penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs tersedia pada titik-titik pelayanan, tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebersihan tangan yang benar, mengingatkan penggunaan tangan bersih di tempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan observasi dan teknik-teknik yang lain. Elemen penilaian sasaran pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan menurut Depkes RI, 2011 rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum misalnya WHO Patient Safety. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Pengaruh penjaminan..., Iswati, FIK UI, 2012 23 Universitas Indonesia

2.1.6.6 Pengurangan Risiko Pasien Jatuh