29
Berbeda dengan hal di atas, berikutnya Yudhi Munadi membagi media berdasarkan indera yang terlibat. Menurut Aminudin Rasyad dalam Munadi,
Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman bahwa pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan five golden gate
of knowledge.
46
Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu manusia dalam perolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera
pendengaran dan indera penglihatan. Kedua inderawi ini adakalanya bekerja sendiri-sendiri dan adakalanya bekerja bersama-sama. Media pembelajaran yang
melibatkan indera pendengaran telinga saja kita sebut sebagai media audio; media yang melibatkan indera penglihatan mata saja kita sebut sebagai media
visual; dan media yang melibatkan keduanya dalam satu proses pembelajaran kita sebut sebagai media audio-visual. Proses pembelajaran tersebut melibatkan
banyak indera dalam arti tidak telinga dan mata saja, yang demikian itu dinamakan sebagai proses pembelajaran dengan multimedia.
47
3. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Oemar Hamalik
mengemukakan ciri-ciri
umum dari
media pendidikanmedia pembelajaran sebagai berikut.
a. Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari
kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati melalui panca indera kita.
46
Ibid., h. 53-54
47
Ibid
30
b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bias dilihat dan
didengar. c.
Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan komunikasi dalam pengajaran, antara guru dan siswa.
d. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik dalam
kelas maupun di luar kelas. e.
Pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu “perantara” medium, media dan digunakan dalam rangka pendidikan.
f. Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik,
yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.
48
4. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran menurut Derek Rowntree dalam Rohani adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan motivasi belajar;
b. Mengulang apa yang telah dipelajari;
c. Menyediakan stimulus belajar;
d. Mengaktifkan respon peserta didik;
e. Memberikan balikan dengan segera;
f. Menggalakkan latihan yang serasi.
49
5. Wacana Dialog sebagai Media Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana berarti komunikasi verbal; percakapan.
50
Sedangkan menurut Alwi yang dikutip oleh Okke, wacana adalah
48
Oemar Hamalik, Media Pendidikan Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994, h. 11
49
Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, h. 7-8
31
rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.
51
Sementara itu, Harimurti mengemukakan bahwa wacana discourse adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal,
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh novel, buku, seri ensiklopedia, dsb., paragraf,
kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
52
Berdasarkan uraian di atas, maka wacana memiliki pengertian informasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan ujaran yang biasanya berupa
buku, artikel, pidato, teks wawancara, dan teks percakapan dialog. Marrit dalam Syamsudin membagi wacana dari segi jenis pemakaiannya
ke dalam dua bentuk. Pertama, wacana monolog yaitu wacana yang tidak melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang
berkepentingan. Yang termasuk jenis wacana ini adalah semua bentuk teks, surat, bacaan, cerita, dan lain-lain yang sejenis. Kedua, wacana dialog yaitu wacana
yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan antara dua pihak seperti terdapat dalam obrolan, pembicaraan, teks drama, film strip, dan sejenisnya.
53
Sejalan dengan pendapat tersebut, Crystal dalam Wijana menyatakan bahwa analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat
50
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1265.
51
Oke SZK dan Ayu Basuki H, Telaah Wacana. Jakarta: The Intercultural Insitute, 2009, h. 11
52
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik: Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 259
53
Syamsudin AR, Studi Wacana. Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP Bandung, 1992, h. 13
32
pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.
54
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi sendiri dapat melalui dua cara, yaitu dengan bahasa lisan
dan bahasa tulis. Apa pun bentuknya, wacana selalu memuat penyapa pembicara dan pesapa pendengar. Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara,
sedangkan pesapa adalah pendengar.
55
Bisa dikatakan, wacana lisan ini dapat berbentuk teks percakapanteks wawancara yang biasa disebut dengan teks
wacana dialog. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti memilih media cetak atau media
tulis berupa teks wacana dialog. Peneliti menganggap media teks wacana dialog berupa teks percakapan adalah media yang dapat membantu pengajaran menulis
di sekolah, terutama menulis karangan narasi. Hal ini disebabkan karena wacana dialog merupakan media yang mudah diperoleh, murah, dan tidak perlu peralatan
khusus yang harus dibawa ke ruang kelas. Setiap orang akan mudah memperoleh wacana tersebut. Melalui media ini para siswa dituntut untuk bisa menceritakan
kembali isi dialog ke dalam bentuk karangan narasi.
E. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan