Adanya Niat Yang Melawan Hukum

29 tidak ada maksud untuk menggunakan kekuatan maka pembangkang itu belum dikategorikan sebagai separatisme atau bughat. Untuk bisa dianggap ke luar dari imam, disyaratkan bahwa pelaku bermaksud untuk mencopot menggulingkan imam, atau tidak mentaatinya, atau menolak untuk melaksanakan kewajiban yang dibebankan oleh syara‟. Dengan demikian, apabila niat dan tujuan pembangkangannya itu untuk menolak kemaksiatan, pelaku tidak dianggap sebagai separatisme atau bughat. Apabila seorang pembangkang melakukan jarimah-jarimah sebelum mughalabah penggunaan kekuatan atau setelah selesainya separatism atau bughat maka disini tidak diperlukan adanya niat untuk separatis, karena dalam hal ini ia tidak dihukum sebagai separatisme atau bughat, melainkan sebagai jarimah biasa. Adapun kejahatan yang masuk dalam kategori makar separatisme yang mengancam kepentingan hukum atas keamanan dan keselamatan Negara RI sebagaimana dimuat dalam buku Bab I Buku II KUHP, terdiri dari 3 bentuk yaitu 28 : 1. Makar yang menyerang terhadap kepentingan hukum bagi keamanan Kepala negara atau wakilnya. 2. Makar yang menyerang terhadap kepentingan hukum bagi keutuhan wilayah negara. 3. Makar yang menyerang terhadap kepentingan hukum bagi tegaknya pemerintah negara. 28 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Negara, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002, h. 11. 30

1. Makar Yang Menyerang Keamanan Presiden atau Wakilnya

Pada pasal 104 merumuskan: “makar dengan maksud untuk menghilangkan nyawa, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan presiden atau wakil presiden menjalankan pemerintahan, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama 20 dua puluh tahun”. 29 Jika rumusan itu dirinci, maka makar yang menyerang keamanan presiden atau wakilnya atau yang dirumuskan dalam pasal 104 itu adalah sebagai berikut: Unsur obyektif: 1 Perbuatan makar penyerangan Unsur-unsur subyektif: 2 Maksud yang ditunjuk pada: a Menghilangkan nyawa presiden atau wakilnya b Merampas kemerdekaan presiden atau wakilnya c Meniadakan kemampuan presiden atau wakilnya yang menjalankan pemerintahan. Makar itu dilakukan dengan kekerasan, sebab tanpa kekerasan tidaklah dapat dilaksanakan pembunuhan presiden atau penggulingan Pemerintahan. Ini berarti bahwa sekelompok orang dengan pernyataan tertulis disertai dengan ujuk rasa yang menghendaki supaya Presiden atau Pemerintah turun ganti tidaklah dapat disebut melakukan kejahatan makar. 30 29 Muhammad Amin Suma, DKK, Hukum pidana Islam Di Indonesia …, h. 71. 30 Muhammad Amin Suma, DKK, Hukum pidana Islam Di Indonesia …, h. 74. 31

2. Makar Yang Menyerang Keamanan Dan Keutuhan Wilayah Negara

Integritas suatu Negara adalah tejaminnya keamanan dan keutuhan wilayah negara. Karena itu keamanan dan keutuhan wilayah negara adalah wajib dipertahankan. 31 Kejahatan yang menyerang keamanan dan keutuhan wilayah ini adalah juga berupa kejahatan makar. Kejahatan makar yang dimaksud ini adalah yang dirumuskan pada pasal 106, yang rumusannya ialah: 32 “Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ketangan musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah negara, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 20 dua puluh tahun. Jika rumusan itu dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur : Unsur obyektif: perbuatan makar Unsur subyektif: maksud yang ditunjukan pada 2 hal yakni: a. Seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ketangan musuh b. Memisahkan sebagian dari wilayah negara Perbuatan makar di sini tidak identik dengan kekerasan geweld. Perbuatan dalam makar yang oleh pasal 87 disebutkan sebagai permulaan pelaksanaan, adalah berupa segala macam bentuk perbuatan dengan maksud untuk sebagian atau seluruh wilayah RI jatuh ketangan musuh dan atau sebagian wilayahnya terpisah dengan wilayah yang jika dilihat dari pasal 53 adalah berupa perbuatan pelaksanaan dalam rangka mencapai maksud tersebut. 31 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Negara …, h. 12. 32 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Negara …, h. 12.