Pandangan Hukum Positif Tentang Gerakan Aceh Merdeka
62
negara. Pasal 104 berbunyi : makar yang melakukan dengan maksud membunuh presiden yang sedang memerintah atau dengan maksud menjadikan presiden tidak
mampu memerintah dihukum dengan hukuman mati, atau hukuman penjara seumur hidup, atau penjara selama-lamanya 20 tahun.
2
Pasal 107 ayat 1 berbunyi : Makar yang dilakukan dengan maksud akan meruntukan pemerintah, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun
lamanya Pasal 107 ayat 2 berbunyi: Pemimpin dan pengatur makar yang
dimaksudkan dalam ayat 1 dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya 20 tahun.
3
Meskipun 5 tidak disebutkan secara eksplisit dalam dua pasal tersebut, namun secara impilisit dapat dipahami, bahwa :
1. Yang dimaksud dengan presiden atau pemerintahan adalah presiden atau
pemerintahan yang sah. 2.
Makar itu dilakukan dengan kekerasan, sebab tanpa kekerasan tidaklah dapat dilaksanakan pebunuhan presiden atau pengulingan pemerintah. Ini berarti bahwa
sekelompok orang dengan pernyataan tertulis disertai atau tidak disertai dengan unjuk rasa yang menghendaki supaya presiden atau pemerintah turun diganti
tidaklah dapat disebut melakukan kejahatan makar.
2
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Negara …, h. 11.
3
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Negara …,, h. 73.
63
Sedangkan dalam perspektif pemerintah Indonesia, melihat bahwa GAM merupakan bagian dari separatisme atau pembangkangan terhadap tertib sosial dan
politik. Maka dalam konteks pemikiran Islam, aktivitas GAM bisa dihukumi dalam bab “bughat” atau pemberontakan, menumpahkan darah pemberontak adalah halal.
Sehingga dalam batas tertentu dari kaidah fiqh, tindakan represif pemerintah untuk menekan GAM menjadi benar adanya.
Pola untuk saling mengklaim kebenaran inilah yang kemudian menimbulkan ikhtiar berfikir lebih. Siapakah yang sebenarnya benar ? GAM ataukah pemerintah
Indonesia ? Ataukah pertanyaan yang paling pantas , bagaimana mempertemukan kedua fihak yang saling benar dalam konteks ishlah, sebagaimana telah disuratkan
dalam surat al-Hujurat ayat 8-10 ?. Apakah mungkin jalan rekonsiliasi dibangun ? Tampaknya pilihan rekonsiliasilah yang kemudian dibangun.