Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2 Mungkin hal demikian akan mengisi sebuah pertanyaan bagi kita, bagaimana kalau suatu daerah mendirikan sebuah negara?. Apakah itu sebuah tindakan sepatis atau pemberontakan suatu daerah terhadap negara yang telah ada? Sebelum membahas permasalahan ini lebih jauh, kita harus tahu apa yang dimaksud dengan separatisme. Separatisme dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari konsep legitimasi dan atau ketaatan terhadap pemerintah yang sedang berkuasa. Diskursus ini telah dikembangkan oleh para pemikir Islam klasik semisal al-Ghazali, al-Mawardi, dan ibn Taimiyyah yang kemudian dikembangkan dalam konsep bughat atau pemberontakaan. Sepanjang temuan penulis ketika menganalisis penyebab sesungguhnya bughat tidak lepas dari tiga pra kondisi: Pertama, bughat disebabkan hanya sebatas masalah akses politik dan ekonomi yang diikuti oleh nafsu untuk berkuasa dengan cara menyingkirkan pemerintah yang sah. Dalam pandangan al-Mawardi tindakan bughat ini bisa disamakan dengan tindakan riddah atau keluar dari Islam sehingga dihukumi haram dan pemerintah yang sah diperbolehkan melakukan tindakan militer terhadapnya. Pandangan ini mengacu kepada peristiwa para nabi palsu pasca meninggalnya Nabi Muhammad saw yang kemudian menolak beberapa Rukun Islam, sehingga Abu Bakar memerintahkan untuk memerangi kelompok ini. 2 Kedua, bughat disebabkan karena persoalan ketidaksepakatan ide atau implementasinya dalam proses pemerintahan. Dalam konteks ini, menurut pandangan Abdul Qadir Jailani dalam buku Negara ide menurut Islam ketidaksepahaman 2 www. pandangan islam mengenai separatisme.com. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2011. 3 tersebut adalah sesuatu yang wajar dan mubah. Jika kemudian seseorang tidak sepakat terhadap tata regim yang berkuasa, dan tidak melakukan tindakan penentangan militer kepada negara, orang, atau organisasi tidak bisa dihukum ataupun ditindas. Sejarah Islam pertama pernah mencatat bagaimana Abu Bakar memberikan hak kepada Sa‟ad bin Ubadah yang tidak mau berbai‟at kepada kepemimpinan Abu Bakar, tidak menjadikan Sa‟ad bin Ubadah sebagai pemberontak yang harus dihukum. Ketiga, bughat tidak bisa dilepaskan karena pemerintah yang melakukan tindakan represif dan zalim kepada rakyat. Dalam konteks ini bughat menjadi sangat berdekatan dengan aktivitas amar makruf nahi munkar, artinya menjalankan aktivitas bughat menjadi kewajiban masyarakat. 3 Dalam hal ini Imam Al-Ghazali merumuskan sebuah metode pengukuran dengan konsep asy-sayukah?. Metode ini menyadarkan kepada asumsi bahwa jika masyarakat memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan penguasa yang zalim, dan tindakan bughat bisa dimenangkan dengan proses yang cepat dan tidak menimbulkan kemadharatan yang lebih banyak, maka aktivitas buhgat melalui pemberontakan bersenjata baru bisa dilakukan. Namun, dalam kenyataannya, sedemikian sulit ditemukan pra-kondisi bahwa kekuatan militeristik masyarakat sipil lebih kuat dibandingkan kekuatan meliter negara. Jadi, separatisme itu dalam hukum Islam tidak dibolehkan, disebabkan kita harus taat kepada pemerintahan. Separatisme itu juga banyak merugikan masyarakat, 3 httpasysyariah.com, Diakses Pada Tanggal 13 Juli 2011. 4 dan kalau kita lihat maslahatnya sungguh banyak dampak-dampak yang membuat masyarakat resah dan tidak nyaman dan aman. disebabkan banyaknya muncul separatis, yang mereka ingin mendirikan negara di atas negara. Ulama Hanafiyyah mendefinisikan bughat atau Pemberontakan adalah ke luar dari ketaatan kepada imam kepala negara yang benar sah dengan cara yang tidak benar tidak sah 4 . Meskipun di Indonesia telah terjadi metamorphosis ide separatisme dari masa Orde Lama ke Orde Baru, tidak berarti bahwa separatisme yang berkembang saat ini sama sekali berbeda dari akar sejarahnya. Beberapa gerakan separatisme yang masih berkembang sampai saat ini bahkan masih sering mengungkit- ungkit sejarah lama gerakan mereka untuk mempertahankan garis historis perjuanganya. Berikut ini sedikit tentang sejarah Gerakan Aceh Merdeka GAM yang merupakan salah satu gerakan separatisme di Indonesia. Gerakan Aceh Merdeka 5 pada tanggal 4 Desember 1976 sekelompok intelektual Aceh mengumumkan berdirinya negara Aceh, Sumatra. Presiden negara baru tersebut adalah Muhammad Hasan Tiro yang sejak 1950 menetap di New York. Latar belakang gagasan separatis ini pada dasarnya bersifat ekonomi, karena mereka melihat Aceh yang kaya sumber alam--terutama minyak--hanya menjadi sapi perah untuk kepentingan pemerintah 4 Muhammad Amin Suma, DKK, Hukum pidana Islam Di Indonesia, Jakarta: Pustaka Firdaus, Cet Pertama, 2001, h. 59. 5 Indra Jaya Piliang Pengaruh Sistem Lambang Dalam Separatisme GAM Terhadap RI. Yogyakarta : Ombak, 2010, h. 79. 5 pusat di Jakarta Jawa. Mereka mencita- citakan pembebasan dari yang disebut-sebut sebagai “Kolonialisme Jawa”. 6 Gaya pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dan berbau militer telah mampu meredam gejolak untuk memisahkan diri dari NKRI. Pada masa itu, segala ancaman yang mengindikasikan adanya upaya- upaya untuk memisahkan diri langsung dicap sebagai tindakan pemberontakan dan dapat ditindak dengan cara- cara militer. 7 Sejak semakin semaraknya isu tentang Hak Asasi Manusia HAM di awal 1990-an, gerakan- gerakan separatis ini seolah menemukan “amunisi” baru yang dapat memunculkan kembali eksistensi mereka. Dengan mendompleng isu pelanggaran HAM, mereka tak gentar melakukan propaganda untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari dunia internasional. Propaganda yang biasa mereka lontarkan adalah adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia. 8 Selain dapat mengangkat eksistensi kelompok separatis, pemboncengan terhadap isu HAM ini juga akan menyeret persoalan separatis yang semula merupakan persoalan domestik Indonesia menjadi persoalan internasional. Dengan demikian strategi pemboncengan terhadap isu HAM ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, dengan membonceng isu HAM ini dapat mengangkat kembali eksistensi mereka, dan sisi lain, dapat melebarkan skala persoalan dari domestik menjadi internasioanal. 6 Indra Jaya Piliang Pengaruh Sistem Lambang Dalam Separatisme GAM Terhadap RI …, h. 6. 7 www.separatisme.com . Diakses Pada Tanggal 18 Agustus 2011. 8 Otto syamsuddinishak, Perang dan Perdamaian Di Aceh, Jakarta: LSPP,2008, h. 13. 6 Kasus Timor-Timur dapat dijadikan contoh betapa strategi mendompleng isu HAM merupakan strategi yang cukup membuahkan hasil dan sepertinya akan menjadi startegi utama bagi kelompok- kelompok separatis untuk mendapatkan dukungan politik dari dunia internasional. Gerakan separatisme oleh Gerakan Aceh Merdeka GAM di Aceh, Republik Maluku Selatan RSM di Maluku, dan Organisasi Papua Merdeka OPM di Papua adalah kelompok- kelompok separatis yang aktif menggunakan strategi ini. Pemboncengan terhadap isu HAM ini tentu mengakibatkan penyelesaian ancaman separatisme di Indonesia menjadi semakin kompleks. Penerapan otonomi daerah khusus tidak serta-merta menyurut kehendak kelompok separatis untuk kembali ke pangkuan NKRI. Hal ini karena kelompok separatis merasa mereka lebih punya nilai tawar untuk meminta konsesi yang lebih besar kerena mereka merasa mendapat dukungan- atau minimal, mendapat perhatian dari dunia internasional. Akibatnya, karena merasa mendapat dukungan atau perhatian dari dunia internasional, kelompok separatis ini sering menuntut diperlakukan atau memperlakukan diri secara over valued melebihi nilai kenyataan sesungguhnya. Sebagai contoh, dalam perundingan Helsinki antara pemerintahan RI dengan GAM beberapa waktu lalu jelas-jelas menunjukkan bahwa GAM telah diperlakukan dan memperlakukan diri sedemikian over valued. GAM yang sama sekali tidak berpengalaman dalam mengurus pemerintahan yang sesungguhnya dan hanya merupakan sebagian kecil dari elemen masyarakat Aceh, diperlakukan dan memperlakukan diri sebagai satu- satunya representasi masyarakat Aceh dalam 7 menentukan masa depan Aceh. Terlepas dengan GAM, perundingan di Helsinki belum sepenuhnya menjadi penyelesaian yang benar- benar tuntas bagi persoalan konflik di Aceh. 9 GAM yang diperlakukan dan memperlakukan diri secara over valued telah mengakibatkan tidak terwakilinya kelompok masyarakat Aceh yang lain selama ini memilih tidak bersikap sebagaimana GAM. Dampak yang kemudian muncul adalah munculnya berbagai persoalan baru menyangkut masa depan Aceh. Kecenderungan seperti di Aceh ini sepertinya dilakukan pula oleh kelompok separatis di Papua dan Maluku. Apalagi, diduga terdapat pihak- pihak tertentu dari luar negeri terutama Australia, yang terlibat dan mensponsori aktivitas gerakan separatisme di Indonesia. Perdamaian adalah salah satu prinsip yang ditanamkan oleh ajaran Islam kepada kaum muslim, karena kata Islam yang menjadi nama agama berasal dari kata as- Salậm yang artinya perdamaian. Karena as-Salậm dan al-Islam itu sama-sama bertujuan menciptakan ketentraman, keamanan, dan ketenangan. Akan tetapi, jika hubungan yang semestinya terjalin itu menjadi pecah,dan putusnya tali persaudaraan, sehingga sebagian berbuat dzalim kepada yang lain, maka pada saat itu kaum bughat pemberontak wajib diperangi. Salah satunya yaitu konflik yang terjadi di Indonesia dulu, yaitu konflik Gerakan Aceh Merdeka GAM. Pada kasus GAM gerakan Aceh merdeka terdapat unsur-unsur pidana yaitu; pembangkangan terhadap negara yang mana banyak korban yang berjatuhan demi menjadikan Aceh merdeka dari Indonesia atau NKRI. Maka 9 www.separatisme.com . Diakses Pada Tanggal 18 Agustus 2011. 8 dalam skripsi ini menjelaskan bagaimana hukum tindakan GAM itu sendiri menurut pandangan hukum Islam dan hukum positif. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul “GERAKAN SEPARATISME TERHADAP NEGARA YANG SAH DAN ASPEK PIDANANYA Menurut Persfektif Hukum Islam Dan Hukum Positif Studi Kasus GAM.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini menjelaskan apa sebetulnya dan bagaimana pola pengaturan masalah negara yang sah, serta bagaimana pengaturan sanksi dan pandangan dari apa yang telah terkandung di dalam hukum Islam dan hukum positif. Untuk mendapatkan pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi ini penulis membatasi, meliputi hal- hal sebagai berikut; 1. Separatisme yang penulis maksud, adalah separatisme terhadap negara yang sah dan memisahkan diri dari wilayah negara sendiri. 2. Hukum Islam dan hukum positif yang penulis maksud, adalah kajian hukum Islam dan hukum positif yang membahas tentang separatisme terhadap Negara yang sah dan Aspek pidananya studi kasus Gerakan Aceh Merdeka. Di dalam hukum Islam menerangkan tentang bughat atau separatisme itu tidak diperbolehkan. Karena Islam mengajarkan kita untuk berbuat yang baik bukan pemberontakan. Sedangkan hukum positif pun sama melarang untuk berbuat makar atau separatisme yang mana dijelaskan pada pasal 139 a dengan ancaman lima tahun penjara. Gerakan separatis Gerakan Aceh merdeka adalah sebagai akibat dari adanya 9 perlakuan yang tidak adil dari pemerintah. Pemerintah dianggap sebagai penjarah kekayaan di bumi Aceh. Setelah mempertimbangkan kemampuan penulis dan waktu yang terbatas. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk memilih permasalahan mana yang menjadi fokus penulisan skripsi ini. Lebih jelasnya dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana pandangan Hukum positif tentang Gerakan Aceh Merdeka GAM? 2. Bagaimana pandangan ulama-ulama mengenai pengertian separatisme pada kasus Gerakan Aceh Merdeka GAM? 3. Apa bentuk sanksi hukum yang ditentukan dalam hukum Islam dan hukum positif terhadap separatisme dalam kasus GAM?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah; 1. Untuk mengetahui apakah gerakan Aceh merdeka itu adalah separatisme menurut hukum positif. 2. Untuk mengetahui pengertian separatisme menurut pendapat para ulama-ulama dan pada kasus gerakan Aceh Merdeka. 3. Untuk mengetahui sanksi atau hukuman yang ditentukan pada hukum Islam dan hukum positif pada kasus Gerakan Aceh merdeka GAM. Manfaat khusus penulis skripsi adalah untuk menambah memperkaya khazanah keilmuan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya di