Separastisme dan Lambang GAM

50 berkuasa di Indonesia dengan cara merebut daerah demi daerah di Indonesia, sehingga mendesak pemerintah RI untuk berpindah ke Yogyakarta dan bukit tinggi .Aksi itu ditambah dengan pelbagai langkah diplomasi yang melahirkan sebuah perjanjian, seperti perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville dan lain-lain yang berujung kepada berkurangnya wilayah kedaulatan indonesia .Hasil perundingan Meja Bundar malah menghadapkan RI dengan Republik Indonesia Serikat yang terdiri dari pelbagai negara lainnya, Seperti Negara Pasundan . Bentuk pemerintahan feredatif itu memilah-milah wilayah Indonesia dalam kesatuan etnik atau agama. 6 Namun, penerimaan bentuk negara federal itu hanya bersifat sementara dan langsung ditolak, terutama karena konteks politik dan sejarahnya yang berasal dari Van Mook Kusni, Febuari 2001. Atas kerja sama dengan kehadirn partai-partai politik, lokal dan organisasi etnik sebagai peserta pemilu. Seiring dengan itu semraknya bendera-bendera partai politik, lambang –lambang agama dan etnik, serta jatuh-bangunnya kabinet di tingkat pemerintahan pusat, telah memunculkan kesulitan dalam menjalankan perbaikan kesejahteraan rakyat. Lambat-laun juga timbul pembangkangan dari panglima-pangliam daerah militer terhadap pemerintah pusat. Kekecewaan itu lagi-lagi terhubung dengan keenganan pemerintah pusat mengalokasikan anggaran yang cukup bagi pembangunan daerah. Selain itu, jatuh bangunnya pemerintah pusat yang dijalankan dengan sisitem parlementer juga memunculkan antipati betapa politik hanya 6 Indra Jaya Piliang, Pengaruh Sistem Lambang Dalam Separatisme GAM Terhadap RI …., h. 30. 51 mempertarungkan kepentingan sempit. Bukannya mengisi kemerdekaan dengan upaya-upaya penyejahteraan rakyat secara cepat, pemerintahan pusat malah menjadi ladang terutam di daerah. Dari sana hadir perlawanan dan simbiolisasi awal untuk berhadapan dengan pemerintahan pusat, justru dari pihak tentara sendiri. Muncul apa yang disebut sebagai Dewan Banteng di padang pertengahan tahun 1956 yang dipimpin oleh letnan kolonel achmad husein ,Dewan Gajah diMedan yang dipimpimn oleh kolonel Barlian, pada Maret 1957 lahir Permesta Perjuangan Rakyat Semesta di makassar yang dipimpin oleh letnan Kolonel Ventje Sumual.simbol-simbol banteng, gajah dan garuda di jakarta .Perlawan simbolik itu lalu diikuti perlawanan bersenjata yang miskin persiapaan. Dari sini, pemerintahan pusat menerjunkan pasukan-pasukan dari pulau jawa untuk menumpas pemberontakan itu. Letnan satu LB Moerdani, pemimpin Kompi A Resimen Pasukan Komando. Angkatan Darat terjun untuk pertama kalinya di pekan baru, untuk melumpuhkan PRRI. Benny Moerdani mendapatkan wing penerjunnya saat itu juga pour, september 2007-6-8. Pertaruhan simbolis itu, baik yang disertai dengan pengerahan senjata atau kepada tidak, juga berlanjut di daerah lain. Momentum melakukan penguasaan teritorial, tetapi juga menyisakan ketidak percayaan kepada tentara-tentara lokal yang makin lama juga ditujukan kepada etnis lokal. Keberhasilan mengatasi pemberontakan itu dilanjutkan dengan penguasaan total berupa pengiriman komandan-komandan pasukan militer yang didominasi oleh etnis jawa 52 Kehadiran GAM juga tidak percaya dari kekecewaan demi kekecewaan itu, sebagaimana diungkapkan oleh Achmad Farhan Hamid dengan menyebut penguasa- penguasa Indonesia tidak mengerti jiwa bangsa Aceh dan telah berlaku zalim Hamid 2006;3 Sejak pertanyaan kemerdakaan 4 desember 1976, sampai penandatanganan Nota kesepahaman antara GAM denngan pemerintahan RI di jenewa, Swiss, pada 15 Agustus 2005, GAM melancarkan perang atas GAM. Perang itu dilakukan dengan beragam cara, baik diplomasi Internasional, pengerahan pasukan geriliya di hutan- hutan, pelatihan pasukan ke Libya, sampai kepada penyebaran propaganda dikalangan masyarakat Aceh dan diluar Aceh. Dari sisi politik, sejarah, sampai internasioanal, perang yang terjadi antara RI dan GAM ini menghasilkan telaah- telaah berupa buku, makalah, sampai artikel perang ini malah menghasilkan imputinasi terhadap pelaku-pelaku pelanggaran hak asasi manusia, sehingga menggerakkan kalangan aktivitivis yang anti kekerasan untuk melakukan advokasi atau pembelaan . Konflik separatis dan nasionalis itu juga menghasilkan lambing-lambang dimasing-masing pihak, GAM mengartikulasikan perlawanannya dengan cara menyusun lambing dan bendera yang disesuaikan dengan budaya dan sejarah Aceh, serta langsung menghadap-hadapkan dengan lambing nasional Indonesia. 53

D. Visi dan misi Gerakan Aceh Merdeka

1. Visi Gerakan Aceh Merdeka Visi Mewujudkan Aceh yang damai, demokratis, adil dan trasparan dengan menjunjung tinggi HAM dan perlindungan bagi Masyarakat Sipil, serta konsisten menuju keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. 7 2. Misi Gerakan Aceh Merdeka a. ACSTF berinisiatif mencari dan mempromosikan cara-cara penyelesaian damai yang berkelanjutan terhadap konflik Aceh melalui pendekatan dialog dan tanpa kekerasan dengan keterlibatan masyarakat internasional. b. ACSTF memfasilitasi komunitas internasional untuk terlibat dalam memperkuat kapasitas masyarakat sipil di Aceh, sebagai salah satu bagian tata dunia yang damai, yang menghormati HAM dan system demokrasi yang sejati. c. ACSTF memperkuat dan mengembangkan kerja-kerja yang selama ini telah dilakukan oleh komponen masyarakat sipil lainnya dalam proses damai dan demokrasi di Aceh. d. ACSTF menjaga keberlanjutan proses damai di Aceh, dengan mendorong partisipasi masyarakat sipil Aceh didalamnya. e. ACSTF mendorong dan mengawal pengimplimentasian Undang-undang Pemerintahan Aceh sesuai dengan maksud UU tersebut dibuat, serta mendorong penyempurnaannya agar sesuai dengan semangat perdamaian dan MoU Helsinki Perjanjian Damai RI dan GAM 15 Agustus 2005. 7 www.separatisme.com. Diakses Pada Tanggal 18 Agustus 2011. 54 f. ACSTF memfasilitasi sinergisasi dan komunikasi interaktif serta sehat antara komponen masyarakat sipil Aceh dengan pemerintah dan legislatif ditingkat Aceh dan Nasional. Pasca penandatanganan Memorandum of Understanding MoU Helsinki 15 Agustus 2005 dan Pilkada 2006 situasi politik dan keamanan di Nanggroe Aceh Darussalam NAD memang menunjukan perubahan positif yang signifikan. Namun hal ini bukan berarti tanpa catatan kritis atas kebijakan pemerintah RI dan perilaku kalangan Gerakan Aceh Merdeka GAM atau yang sekarang terwadahi dalam Komite Peralihan Aceh KPA. Betapa tidak, kita tetap melihat potensi konflik yang justru semakin meruncing antara kalangan GAMKPA dengan masyarakat Aceh umumnya. Hal ini terkait dengan agresifitas GAMKPA untuk menancapkan pengaruhnya dan mendominasi aspek-aspek kehidupan, khususnya di bidang politik dan ekonomi di NAD pasca pilkada 2006 Di bidang politik, akhirnya masyarakat menyaksikan bahwa kinerja kepala daerah dari unsur GAMKPA ternyata tidak kredibel. Mereka tidak memiliki kemampuan manajerial pemerintahan dan lemah dalam kepemimpinan sosial politik. Tak heran jika mereka akhirnya kesulitan untuk menjalankan roda pemerintahan. Kantor-kantor bupati dijaga ketat oleh para koleganya, mantan gerilyawan GAM, mereka bertindak seperti centeng dijaman kolonial. 8 Tamu-tamu dan surat-surat kepada bupati digeledah dan disensor secara over acting. Tak heran jika kehadiran mereka justru meresahkan PNS yang bekerja dan masyarakat yang mau berurusan dengan pemerintah. Di bidang ekonomi, saat ini 8 www.separatisme.com . Diakses Pada Tanggal 18 Agustus 2011.