Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena
mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill
keterampilan, attitude sikap, appreciation penghargaan, dan knowledge pengetahuan.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap,
dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh
guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah
model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat
bingung para pendidik.
7
Keterampilan dasar mengajar teaching skills, merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar teaching skills pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat
mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan
professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar.
8
Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI khususnya mata pelajaran fiqih selama ini secara umum tidak kunjung berubah. Pembelajaran
secara konvensional-tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta didik. Siswa juga dibiasakan dengan budaya diam sejak pendidikan terendah
7
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. III, h. 131.
8
Ibid., h. 80.
sehingga mereka tidak berani mengutarakan pendapat ataupun bertanya. Hal ini akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Sering sekali ditemukan siswa tidak
memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap penjelasan yang diberikan guru di depan kelas, tidak konsentrasi, mengobrol, atau mengerjakan tugas pelajaran lain.
Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasinya siswa salah satu caranya dengan
merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seorang siswa. Dalam dunia
pendidikan kita, siswa belum banyak terrangsang untuk mengajukan pertanyaan dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak terlatih dalam mengajukan
pertanyaan, siswa kurang percaya diri dengan konsep yang dimilikinya atau siswa tidak diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu guru juga dapat
mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memancing keaktifan siswa. Pertanyaan biasanya diajukan oleh guru pada saat awal memulai pelajaran dan
akhir pelajaran. Pertanyaan biasanya dijawab oleh anak tertentu saja, tidak semua turut aktif dalam menjawab pertanyaan. Apabila guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya kepada guru, hanya terlihat beberapa siswa saja yang aktif mengajukan pertanyaan.
Dalam proses pembelajaran strategi yang ditetapkan oleh guru di kelas hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan tidak
belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari teman, orang tua ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu
pengetahuan dimana pun berada. Siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya
menerima saja. Di dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peran penting dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru diharapkan dapat mengelola kelas dengan baik dan menyuguhkan pembelajaran yang
menyenangkan. Sayangnya sebagian besar guru hanya menggunakan metode ceramah saja, dan jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
dan menanggapi pelajaran secara leluasa. Akibatnya peserta didik merasa jenuh
dalam belajar bahkan sebagian peserta didik tidak memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Mereka
bercanda dan mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada diantara mereka yang asyik bermain dengan mainannya, seperti menggambar, gangsing, dan
sebagainya. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney 1973 mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keutuhan delapan keterampilan
mengajar tersebut di atas merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Setiap keterampilan mengajar memilki komponen dan prinsip-prinsip
dasar tersendiri. Termasuk keterampilan teknik bertanya guru atau keterampilan bertanya siswa akan berpengaruh terhadap kesegaran proses pembelajaran. Oleh
karenanya siswa harus menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah motivasi untuk belajar, mengembangkan ide dan gagasan yang dimiliknya.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa, bagi siswa kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
9
Kita semua belajar dari pertanyaan-pertanyaan yang kita tanyakan dan dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kita. Kita punya pertanyaan yang
ingin ada jawabannya, kita punya pertanyaan yang terkadang takut untuk ditanyakan, dan terkadang orang menanyakan sesuatu kepada kita yang kita tidak
9
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011, Cet. I, h. 85.
tahu jawabannya. Mungkin ada banyak pertanyaan yang kita harapkan tidak akan ditanyakan orang kepada kita, dan ada pertanyaan-pertanyaan yang kita tahu tidak
boleh kita tanyakan kepada orang lain tapi tetap kita tanyakan karena manusia pada dasarnya inginnya selalu tahu. Orang bertanya untuk mendapatkan
informasi, untuk meningkatkan pemahaman, dan bahkan untuk menarik perhatian. Sebagian pertanyaan yang ditanyakan mengagetkan, dan sebagian jelas
pertanyaan ada yang salah. Terkadang guru terlalu memperhatikan jawaban sehingga mereka melewatkan pentingnya pertanyaan, menanyakan pertanyaan
yang benar dan mendengarkan serta mempelajari pertanyaan yang ditanyakan para siswa mereka.
10
Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa, untuk mendorong siswa berpikir, dan untuk menyusun serta mengarahkan pembelajaran. Pertanyaan
digunakan oleh guru sebagai alat diagnosa dalam menentukan tingkat pengajaran yang diperlukan siswa untuk memulai pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan
untuk mengatur tingkah laku siswa atau pengaturan kelas biasanya dimaksudkan untuk membantu siswa mengingat aturan-aturan, sementara sebagian pertanyaan
memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan serta pendapat mereka sendiri. Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman
siswa. Pertanyaan bisa diberikan dalam suatu rangkaian cepat untuk membahas ulang isi pelajaran atau digunakan sebagai evaluasi akhir dari pembelajaran siswa.
Mempelajari seni bertanya pertanyaan yang tepat di waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat bisa merupakan salah satu dari aspek-aspek mengajar yang paling
menantang.
11
Alasan penulis mengambil pembelajaran fiqih karena pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami
pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi seorang muslim yang selalu taat menjalankan
syariat Islam secara kaffah sempurna.
10
Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008, Cet. I, h. 369.
11
Ibid,, h. 370.
Dalam pembelajaran fiqih di kelas VII sering kali siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga siswa apabila
diberi kesempatan untuk bertanya oleh gurunya hanya diam saja, ketika diberikan tugas tidak dapat menjawabnya. Hal ini disebabkan karena siswa kurang
memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Kurangnya minat siswa untuk bertanya biasanya karena mereka malu dan
takut kalau pertanyaannya kurang enak untuk didengar, walaupun mereka mungkin mempunyai pertanyaan yang sangat penting. Ada kesan yang penting
bagi mereka lulus tes. Padahal keberanian dan kemampuan bertanya sangat penting. Tanpa adanya suatu pertanyaan dalam pembelajaran maka dapat
dikatakan proses pembelajaran tersebut tidak berhasil karena tidak membuat siswa aktif.
Guru hendaknya tidak menganggap remeh mengenai teknik bertanya dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa pertanyaan berkualitas
dan berwibawa yang dilontarkan oleh guru kepada siswa atau siswa yang bertanya kepada guru dapat menuntut proses pembelajaran itu berwibawa dan membuat
peserta didik menjadi lebih aktif di kelas. Peserta didik merasa nyaman, aman dan tentram sehingga menjadi lebih terarah dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung tersebut. Dari latar belakang tersebut di atas penulis dalam penelitian ini mengambil
judul
“Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa 06
Bekasi ”