Rp9.750.000 sehingga dengan demikian ceding company harus membayar premi tambahan sebesar Rp 5.850.000.
Jika terjadi sesuatu klaim sebesar Rp 540.000 → ceding company menanggung Rp 400.000 dan reinsurer menanggung Rp 140.000.
42
Excess Of Loss, yang bila ditinjau dari sisi proteksi dan cara kerjanya terdapat dua bentuk yaitu:
1. Working Excess of Loss
Yang disebut dengan working cover adalah kontrak-kontrak excess of loss X-loss saat kedua pihak, pemberi sesi dan penanggung ulang, menerima
dan sepakat bahwa akan selalu terjadi kerugian-kerugian secara berkala. Karenanya mereka memberi proteksi jumlah bisnis harian yang dijamin. Titik-
titik kelebihan sisa adalah rendah dan mudak sekali dicapai karena kerugian- kerugian yang terjadi sehingga mereka dapat memberi perlindungan, baik
untuk setiap polis anyone policy maupun terbentang untuk setiap risiko anyone risk.
Dalam rangka memperjelas tentang cara kerja kedua jenis working X- loss cover seperti yang telah disebutkan di atas, dibawah ini akan diberikan
suatu contoh dengan angka-angka sebagai berikut:
42
Hendroyono, Property and Pocuniary Insurance, ibid., h. 49 - 50
a Sebuah penanggung telah memiliki X-loss cover yang menjamin bisnis
kebakaran untuk Rp 300.000.000 i.e.o Rp 50.000.000. Suatu saat terjadi kebakaran yang menimbulkan kerusakan-kerusakan atas 3 risiko atau
bangunan yang berdekatan. Biaya perbaikan atas setiap kerusakan dari ketiga bangunan tersebut masing-masing sebesar Rp 30.000.000,
Rp20.000.000, Rp 15.000.000. Dalam satu peristiwa ini penanggung membayar seluruh kerugian dari ketiga gedung termaksud sebesar
Rp65.000.000, jumlah gabungan atau kerugian akumulatif = aggregate loss. Karena kejadian atau peristiwa ini penanggung ulang wajib
membayar bagian
yang menjadi
tanggung jawabnya
sebesar Rp15.000.000, bila jaminan cover dari pihak penanggung ulang telah
diatur dan disepakati atas dasar setiap kejadian atau perisitiwa. b
Namun, apabila jaminan yang diberikan oleh penanggung ulang dalam working X-loss cover diatur dan disepakati untuk setiap risiko, harus
diperhatikan lebih dahulu jumlah kerugian dari setiap bangunan yang mengalami kerugian dalam satu kejadian atau peristiwa termaksud.
Dengan contoh angka-angka kerugian seperti yang telah dikemukakan di atas, maka penanggung ulang bebas dari tanggung jawab atas ketiga
bangunan yang mengalami kerugian karena jumlahnya masih di bawah U.N.R untuk setiap risiko atau bangunan tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perhitungan atau penetapan premi untuk kontrak reasuransi non proportional adalah berbeda dengan
perhitungan atau penetapan premi pada kontrak reasuransi proportional. Untuk X-loss treaties metode penetapan premi pada working X-loss pada
dasarnya sangat tergantung pada sistem burning cost berdasarkan pada statistik lima tahun.
Di bawah ini akan disajikan dasar perhitungan premi untuk working X- loss treaty dengan angka-angka statistik sebagai berikut.
Tahun Jumlah Premi
1 Tahun Jumlah Kerugian
Kejadian Jumlah Kerugian
2005 2006
2007 2008
2009 1.500.000.000
1.750.000.000 2.000.000.000
3.250.000.000 4.500.000.000
665.000.000 595.000.000
295.000.000 475.000.000
770.000.000 14
14 8
10 15
95.000.000 80.000.000
30.000.000 55.000.000
110.000.000 Total
13.000.000.000 2.800.000.000
61 370.000.000
Metode perhitungan burning cost didasarkan pada kerugian yang melampaui excess point selama jangka waktu tertentu lima tahun dibagi
dengan premi untuk jangka waktu yang sama dan dikaitkan dengan seratus persen. Berdasarkan contoh seperti tersebut di atas, maka:
370.000.000 Burning costs =
x 100 = 2,846 13.000.000.000
Burning cost murni ini biasanya ditambah faktor beban loading factor yang lazimnya sebesar 10070 atau 10075 untuk biaya-biaya dengan
memperhatikan naik turunnya bisnis dimasa depan dan sedikti keuntungan yag diharapkan bagi penanggung ulang.
Bila faktor beban yang diterapkan 10075, burning cost akhir menjadi 2,846 x 10075 = 3,795 dan tarif ini akan digunakan untuk perhitungan
premi working X-loss covers tahun 1991. Dalam praktek, biasanya ditetapkan pula tarif minimum dan maksimum agar terdapat kelenturan fleksibilitas
bukan ditetapkan suatu tarif tetap. Contoh lain dapat dikemukakan bahwa adakalanya penanggung ulang akan
menggunakan tarif minimum dan maksimum yang didasarkan pada pengalaman yang sebenarnya dari tahun 2009 dan diperhitungkan pada akhir
tahun 2009. Apabila jumlah premi untuk tahun 2009 mencapai Rp 4.800.000.000 dan jumlah kerugian yang melampaui U.N.R. seluruhnya
sebesar Rp 150.000.000 burning cost untuk tahun itu adalah 150.000.000
x 100 = 3,125 4.800.000.000
Metode perhitungan suku premi working X-loss covers
Selanjutnya, bila faktor beban tambahan yang dikenakan adalah 10075 tarif premi menjadi 10075 x 3,125 = 4,167 dan dalam jumlah
uang premi yang harus dibayar kepada penanggung ulang adalah 4,167 x Rp4.800.000.000 = Rp 200.016.000. Dengan metode perhitungan premi akhir
untuk working X-loss covers seperti yang telah dikemukakan di sini, premi yang sebenarnya harus dibayar baru dapat diketahui pada akhir tahun 2009.
Dengan kenyataan ini penanggung ulang harus menunggu demikian lama untuk menerima pembayaran premi meskipun dapat saja terjadi kemungkinan
bahwa para penanggung ulang sewaktu-waktu sudah harus membayar ganti kerugian selama jangka waktu satu tahun yang sedang berjalan. Metode
pembayaran premi demikian jelas tidak menguntungkan pihak penanggung ulang.
Untuk mengatasi hal yang demikian, lazimnya pihak penanggung ulang akan menetapkan suatu jumlah minimum deposit yang diperkirakan
jumlahnya lebih kecil dari jumlah premi yang diperkirakan akan diperoleh setelah akhir tahun 2009, pada saat jumlah pendapatan premi secara
keseluruhan telah diketahui. Apabila minimum deposit untuk tahun 2009 tersebut ditetapkan
Rp150.000.000 dan
dengan perkiraan
pendapatan premi
sebesar Rp4.800.000.000 serta jumlah pemi yang harus dibayarkan kepada
penanggung ulang sebesar Rp 200.016.000. pada saat perhitungan penyesuaian pihak penanggung pertama selaku
tertanggung yang
bersangkutan harus membayar lagi sejumlah Rp 50.016.000. Berbicara tentang minimum deposit, pada umumnya pihak
penanggung ulang menganggap atau mengartikan sebagai jumlah premi yang paling kecil minimum premium yang harus dibayar oleh pemberi
sesitertanggung. Jadi, bila perhitungan akhir dari jumlah premi yang harus diterima oleh penanggung ulang lebih kecil dari minimum deposit M.D,
premi yang harus dibayar pihak tertanggung penanggung pertama adalah sebesar jumlah minimum deposit yang telah ditetapkan.
Minimum deposit lazimnya dibayar setiap triwulan dan paling banyak dilakukan empat kali angsuran, dengan pembayaran pertama pada tanggal
awal berlakunya masa pertanggungan katakanlah 1 Januari, pembayaran kedua pada tanggal 1 April, ketiga pada tanggal 1 Juli, dan yang keempat pada
tanggal 1 Oktober dari tahun yang bersangkutan. Contoh perhitungan premi yang harus dibayar lebih kecil dari
minimum deposit adalah sebagai berikut. data : 1. Jumlah premi seluruhnya selama satu tahun Rp 4.000.000.000
2. Jumlah klaim yang dibayar setelah U.N.R. Rp 60.000.000 3. Faktor loading = 10075 dan M.D. = Rp 150.000.000
60.000.00 Tarif premi =
x 100 = 1,50 4.000.000.000
100 Tarif premi plus faktor loading =
x 1,50 = 2,00 75
Perhitungan premi dalam jumlah uang = 2,00 x Rp 4.000.000.000 adalah Rp 80.000.000. Hasil perhitungan akhir ini ternyata lebih kecil dari
jumlah minimum deposit yang ditetapkan Rp 150.000.000. Dalam hal seperti
ini pihak penanggung ulang tidak perlu mengembalikan kelebihan minimum deposit yang telah mereka terima.
43
2. Catastrophical Excess of Loss