Larangan Gharar Ketidakpastian Tinjauan hukum Islam terhadap metode reasuransi treaty non proportional excess of Loss

Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsure maisir judi artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga adanya unsure keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, di mana untung-rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan.

6. Larangan Gharar Ketidakpastian

Gharar dalam pengertian bahasa adalah al- khida‟ penipuan, yaitu suatu tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsure kerelaan. Wahbah al- Zuhaili member pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan al-taghrir, yang artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan harta atau sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian. Oleh karena itu dikatakan: al- dunya mata‟ul ghuruur artinya dunia itu adalah kesenangan yang menipu. 15 Gharar terjadi apabila, kedua belah pihak misalnya: peserta asuransi, pemegang polis dan perusahaan saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan menimpa, apakah minggu depan, tahun depan, dan sebagainya. Ini adalah salah satu kontrak yang dibuat berdasarkan pengandaian ihtimal semata. 15 A.M. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis, ibid h. 134 - 135 Menurut Islam, gharar ini merusak akad. Demikian Islam menjaga kepentingan manusia dalam aspek ini. Imam an-Nawawi menyatakan bahwa larangan gharar dalam bisnis Islam mempunyai peranan yang begitu hebat dalam menjamin keadilan. Jika kedua belah pihak saling meridhai, kontrak tadi secara zatnya tetap termasuk dalam kategori bay‟ al-gharar yang diharamkan. Walaupun nisbah persentase atau kadar bayar telah ditentukan agar peserta asuransi pemegang polis maklum, ia tetap juga tidak tahu, kapankah musibah akan terjadi? Di sinilah gharar terjadi. Selanjutnya pada bagian manakah gharar „ketidakpastian’ terjadi pada asuransi konvensional yang kita kenal selama ini? H.M. Syafi’i Antonio pakar ekonomi syariah menjelaskan bahwa gharar atau ketidakpastian dalam asuransi konvensional ada dua bentuk. 1. Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis. 2. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’I penerimaan uang klaim itu sendiri. Secara konvensional, kata Syafi’i, kontrak perjanjian dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan sebagai aqad tabaduli atau akad pertukaran, yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara syariah, dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu gharar karena kita tahu berapa yang akan diterima sejumlah uang pertanggungan, tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan jumlah sseluruh premi karena hanya Allah SWT. yang tahu kapan seseorang akan meninggal. Disinilah gharar terjadi pada asuransi konvensional. 16

7. Larangan Riba